Novel Once in a Moon dan Sepasang Gajah Sumatra Di Sampulnya

I Run to the Golden Sunset

Di Dataran Tinggi Dieng, sepanjang hari yang kutemui hanya mendung yang memberat di langitnya, tetesan gerimis yang jatuh, serta kabut yang datang lebih cepat. Kupikir, aku mengunjungi istana para dewa dewi di saat yang kurang tepat. Impian untuk melihat golden sunrise dari Sikunir, nggak kesampaian. Rasanya ada yang kurang memang, tetapi waktu libur akhir tahun Icha yang nggak terlalu panjang, memaksa kami untuk lekas meninggalkan Dieng. Membuat kami harus merasa puas, walaupun pulang tanpa disuguhi pertunjukan utama.
                

Tetapi, Tuhan memang Maha Baik. Siapa sangka aku menemukan pemandangan yang lebih megah, luar biasa, saat belum terlalu jauh dari istana Di Hyang? Bahkan setengah tubuhku dibanjiri cahaya senja yang merah keemasan. Seolah aku pulang ke Jakarta, diantar oleh Di Hyang hingga bisa menyambut malam dengan perasaan penuh, buncah oleh syukur.
 
Golden Sunset from Banjarnegara
(Dokumen Pribadi)

                
Bus Sinar Jaya melintasi jalanan di Banjarnegara. Bus yang kunaiki dari terminal Mendolo, Wonosobo, ini ... masih harus menjemput penumpangnya di beberapa wilayah di Banjarnegara.  Dan saat perlahan keluar dari Wonosobo, hingga menyambangi beberapa penumpangnya, aku hanya memandang lurus pada jalan raya yang dilalui bus ini. Tafakur. Menikmati suguhan cantik yang menyirami tubuhku. Utuh.
                
Thanks Lord, You give me a golden sunset. So amaze. Its like a gift i never think before. Dalam hati, aku berkali-kali berseru penuh gembira. Tuhan memanglah Maha Baik. Maha Agung. Dan ... beruntunglah aku dalam semua perjalanan yang kutempuh. Tuhan mengabulkan doa, bahkan menghadiahiku lebih. Aku bisa menikmati golden sunset dalam perjalanan pulang. Golden sunset milik Banjarnegara.

Komentar