Hooo thinking about our younger years
There was only you and me
We were young and wild and free
“Jodoh
itu apa dan bagaimana sih?” pertanyaan ini berputar-putar di otak saya sejak
kami melangkah keluar dari
Masjib Besar Al-Istiqomah Pangandaran hingga kami
sampai di pintu kecil menuju tepi pantai.
Angin
Pantai Barat Pangandaran sore itu nggak sekencang angin di
Pantai Batu Hiu, tetapi
cukup kuat. Sebuah bendera merah yang berkibar di tepian, tanda bahwa ombak
pantai ini sedang kurang ramah untuk diajak berenang dan bersenang-senang untuk
beberapa saat. Buih putihnya sudah terlihat dari kejauhan, lalu menghempas
dengan cepat ke tempat saya berdiri, di bawa ombak. Sedari tiba, aroma laut
sudah mengajak saya mengalunkan Heaven, lagu milik Bryan Adam, namun sayangnya
saya lebih suka dengan versi akustik yang dinyanyikan oleh Boyce Avenue dan
Megan Nicole, di dalam hati.
|
Pantai Barat Pangandaran |
“Duduk
sini yuk Cha.” Ajak Nurul Djanah, sembari mengambil tempat duduk di atas
hamparan pasir Pantai Barat Pangandaran yang kecoklatan.
|
Kuda Pantai Barat Pangandaran |
Saya nggak lagi peduli dengan
ombak yang berkali-kali menghempas dan hampir mengenai kami. Orang-orang yang
asik menikmati sore mendung itu dengan berjalan sembari mengobrol, dua tiga
kali lewat di depan kami. Kuda-kuda tunggangan bersama tuannya yang berkostum
partai entah apa, melintas, berharap saya tertarik dan menyewa kudanya untuk
saya tunggangi, mungkin. Membawa saya pada mood super mellow.
Love is all that I need
And I found it there in your heart
It isn’t too hard to see we’re in heaven
Langit
kelabu, dengan cahaya senja yang hanya muncul sebentar sekali, kemerahan, kalah
dengan awan awan mendung yang sudah berkerumun tipis. Horizon dan laut hampir
nggak ada bedanya. Sore itu, andai saya memperbolehkan diri saya tega untuk
bersikap egois pada Nurul, saya ingin diam saja, menatap ujung dari Samudera
Hindia yang menjadi batas selatan di Kabupaten Pangandaran, hingga bisa menangis.
Sayangnya sulit sekali bagi saya untuk menangis belakangan ini.
Hoo once in your life you find someone
Who will turn your world around
Bring you up when you feeling down
Akhirnya,
saya dan Nurul Djanah banyak mengocehkan tentang masa lalu yang menyisakan
lebam di hati kami. Luka yang seumur-umur mungkin hanya akan kami ingat lagi,
kami cecapi sedikit, sebagai pelajaran bahwa hidup ini tak perlu kami lalui
dengan takut akan diri sendiri, kemudian pesimis pada masa depan. Obrolan
tentang impian-impain yang menyenangkan. Seolah masa depan memiliki hak istimewa
yang meminta untuk kami perjuangkan dengan lebih keras lagi. Lalu berbagai
refleksi kehidupan bahagia yang kami inginkan. Kehidupan yang memberi guna,
bukan hanya bagi kami, namun sesama yang entah siapa.
Beranjak ke berbagai candaan
tentang kehidupan orang-orang di sekitar kami yang bahagia dengan memilih hidup
yang sederhana. Ah, saya sendiri sepanjang awal malam itu hingga kini – saat
menuliskan postingan ini – masih menyimpan ketakutan akan diri saya sendiri.
Sebagai perempuan, saya nggak mau terjebak dalam kehidupan sepi, menyendiri.
Termasuk sulitnya saya jatuh hati. Hadeh, ternyata ujung-ujungnya kami berdua
sama saja. Hingga kami putuskan menikmati kehidupan yang kami punya untuk
belajar, mengejar prestasi, berbagi, dan berbahagia.
Now nothing could change what you mean to me
Oh there’s lot that I could say
But just hold me now
Cause our love will light the way
|
Sudah Malam Belum mau Pulang |
Senja
yang menghilang di Pantai Barat Pangandaran waktu itu, menyajiikan cerita yang
kemudian menemukan kesimpulan nyelenehnya sendiri. Perjalanan yang membawa saya
ke Pangandaran bersama Nurul Djanah. Persahabatan kami yang terjalin seperti
ini, padahal kami jarang bertemu bertahun-tahun. Impian kami masing-masing.
Inilah yang dinamakan jodoh ya. Sebab berjodoh dan menjebakkan diri dalam
‘love’ tak harus selalu tentang pasangan lelaki dan perempuan, tetapi juga
sahabat yang saling ada untuk mengejar impian yang sama walau nggak serupa.
I will waiting for so long
For something to arrive
For love to come along
Now our dream are coming true
To the good time and the bad
I’ll be standing there by you
|
A Friend Is Like This? |
Terima
kasih banyak Nurul Djanah, untuk kamu yang senang membagi sudut pandang gadis
usia 20-anmu, dan berbagi impian, bersama-sama. Thanks, you bring me up when I
am feeling down, and make it like we’re in heaven. I am so proud to be your
friend.
sekitar 5-6 tahun lalu pantai ini jadi favorit saya kalau bosan dengan kerjaan. sekarang sudah jarang ke Pangandaran, mungkin sudah banyak yang berubah ya mbak.
BalasHapusIya, sudah banyak Mas, sepertinya. Wuah, dulu mas nya tinggal dekat Pangandaran kah, makanya sering ke sini?
HapusSemoga persahabatan kalian langgeng ya. Bener tu, love bukan selalu tentang pasangan laki-laki dan perempuan. Persahabatan juga seperti itu.
BalasHapusBtw, itu di pantainya sampe jamberapa. Sampe gelap-gelapan gitu. Romantis banget.. hehe
Seingatku sampe sekitar jam 7 lewat Mba. Betah banget dari senja sampai malam, ngobrol ala ala curhat gitu.
HapusAamiin. Makasih doanya ya Mba.
2 kali lihat postingan ini buat inget saya sama sang istri pergi honeymoon ke bali
BalasHapusdan rasanya pengen ke sana lagi
Cieeee mas nya. Semoga bisa honeymoon sama istri lagi dalam waktu dekat ya mas.
HapusDuh pingin ke pantai ini. Kapan bisa ke Bali? :(
BalasHapusAyooo mba ajakin keluarga piknik. Sebentar lagi kan musim liburan.
HapusPas aku ke Pangandaran dulu juga mendung dan pas terkenang sama wanita juga, hahaha :D
BalasHapusCieeee mas wijna. Wuaaaa dulu mblusuk ke Pangandaran ga naik sepeda kan mas? Hehehee ... peace.
Hapusya ga lah mbak, naik mobil. Klo diinget2 lagi ntar soundtrack album pertamanya D'Masiv keputar semua, hahaha :D
HapusDuh duh. Sabar ya Mas Wij.
HapusEntah kenapa ketika gue baca ini, seakan gue bener-bener sedang ada dan ikut bersama yang nulis post ini. Jago bener buat diksinya. Gue akui deh.. Cara mengolah katanya rapih. Nicelah.
BalasHapusGue sih, ngeliat pangandaran bagaikan tempat di mana ketenangan itu bisa hadir (merasakan dari deskripsi) dan semakin ditambah penyimpan waktu oleh gambar, gue makin yakin tempat ini keren. Karena gue belum pernah ke pangandaran. Semoga bisa merasakan apa yang terlihat dan apa yang tergambar.
Makasih banyak mas Heru. :)
HapusAyo mas jalan jalan ke pantai. Kan udah mulai memasuki musim liburan.
Asyik, ya, cara berceritanya. Nggak kerasa udah selesai aja.
BalasHapusJadi ikut merasakan suana pantainya. Keren. Kudanya juga keren. Hehehe. :D
Senangnyaa punya sahabat dekat seperti itu. Aku juga punya. Bersyukur banyak-banyak atas itu. :')
Pangandaran. Aku pengin ke sana. Aku suka pantai. Tempat tinggalku juga banyak pantainya. Mungkin kita bisa saling mengajak, gitu? Hihi. *hopes* :')
Makasih banyak Rizka. Iya, alhamdulillah kita punya sahabat yang saling mendukung ya.
HapusWahhh kamu tinggal dimana. Asik dong ya tinggal dekat pantai. Bolehlah ya kapan kapan aku mampir ke pantai di kotamu.
Emang pantai itu tempat yang cucok banget buat menggalaukan akan kehidupan. Emang cewek umur 20an udah mulai gakau soal jodoh dan masa depan ya. Mau dibawa kemana idup ini, mau jadi apa nanti, phnya kehidulan seperti apa yanv akan direngkuh, siapa jodohku. Pertanyaan2 itu emang bikin galau abis. *malahcurhat
BalasHapusBut well, thats life.
Iya banget. Kalau galau, ya ke pantai. He em banget mba, dilema umur 20-an selalu gitu ya.
Hapusbanyak mendengar cerita bagus tentang pantai pangandaran. air pantai memang terkadang bisa bikin tenang dan menghanyutkan, apalagi kalau udah sore menjelang~
BalasHapusIya banget. Pantai emang tempat yang asik buat curhat.
Hapus