Novel Once in a Moon dan Sepasang Gajah Sumatra Di Sampulnya

Diary Seorang Gadis

                Kata siapa, menjadi seorang gadis itu begitu mudah dan penuh kebanggan akan kecantikan? Kata siapa, seorang gadis itu tidak punya tanggung jawab yang begitu besar?

                TIDAK!



                Aku merasa, seorang gadis adalah sebuah jiwa yang penuh damai dan lembut. Namun sekali waktu, jiwa itu akan bergejolak dan kehilangan arah. Kadang jiwa itu berotasi pada pusat rotasi yang tidak seharusnya.

                Benar saja ungkapan begitu banyak orang. Gadis itu bagaikan sekuntum bunga. Sekali layu seumur hidup akan seperti itu. Kesalahan yang dilakukan hanya dalam beberapa menit yang panas dan penuh gairah, akan merubah arah kehidupan seorang gadis hingga dia pulang menuju surga.

                LALU, DUNIA MACAM APA INI? DUNIA INI TELAH DIPENUHI OLEH BEGITU BANYAK NAFSU TIDAK TERKENDALI. BEGITU BANYAK RACUN PADA UDARA YANG BERTIUP, SEHINGGA TERKONTAMINASI PADA SETIAP PIKIRAN UNTUK MENGIKUTI ALUR YANG DIBUAT OLEH DUNIA YANG BEGITU MENJEBAK!

                Harta yang paling berharga dari seorang gadis adalah keperawanannya, harga dirinya, martabatnya. Gadis hebat, sanggup menjaga semuanya dengan cara yang baik dan amanah. Hadiah itu bukan hanya miliknya, tapi itu juga adalah harta keluarganya, karena kehormatan keluarganya juga disematkan pada dirinya. Tuhan pun hanya menitipkan sebuah gembok saja padanya, dan jika rusak, Tuhan tidak akan bersedia menggantinya dengan yang baru.

                JIKA TERJADI SEBUAH KESALAHAN FATAL, BUKAN TUHAN YANG HARUS DISALAHKAN! BUKAN PULA NAFSU BEJAD YANG HARUS DICERCA! APALAGI MENYALAHKAN KEADAAN! BAHKAN TIDAK ADA GUNANYA MENYALAHKAN KEADAAN! BUAT APA JUGA, MENYALAHKAN BISIKAN SETAN? TIDAK ADA GUNANYA!

                Tuhan, cara seperti apa yang harus dijalani seorang gadis untuk terus menjaga kesucian dan kemurnian dirinya? Sungguh, sering dekat denganmu pun, kadang terselip lupa yang menjerumuskan.

                Tuhan, aku tidak ingin dikatakan munafik! Aku pun seorang pendosa! Aku tak sesuci dzat-Mu.

                Tuhan, aku begitu takut pada neraka-Mu. Neraka dunia. Juga, neraka akhirat.

                Tuhan, kirimilah aku seorang laki-laki yang penuh kasih. Laki-laki yang mengerti esensi cinta yang utuh. Laki-laki ang tidak akan berpegangan pada nafsunya semata untuk memiliki tubuh dan batinku. Laki-laki yang halus budi. Laki-laki yang takut dan sanggup menjaga kesucian aku jika menjadi pendampingnya, seperti yang ayahnya lakukan pada ibunya, juga pada saudara perempuannya.

                Sungguh dunia ini kejam pada jiwa yang mungil, jiwa yang berusaha menjaga warna putih dirinya.

Komentar