Novel Once in a Moon dan Sepasang Gajah Sumatra Di Sampulnya

Rindu Kota Yogya : Masjid Bawah Tanah Taman Sari (Sumur Gumuling)

                Sudah sampai di penghujung tahun 2011 rupanya. Selama setahun ini, senang sekali aku bisa menemani kalian, berbagi mengenai pengalaman menarik dan banyak hal pada kalian semuanya.



                Masih tersisa satu tempat lagi yang belum aku ceritakan dalam seri ‘Rindu Kota Yogya’ pada kalian semua. Ya, tepat sekali! Penutup petualanganku dan Kawaii Angel di Kota Yogya adalah di Masjid Bawah Tanah yang ada di komplek pemandian raja keraton ‘Taman Sari’.

                Awalnya, kami sama sekali tidak tahu betul persisnya tempat ini berada saat sedang berkeliling di komplek Taman Sari. Untunglah, kami bertemu dengan seorang pemandu wisata (beliau adalah masyarakat sekitar yang tinggal di komplek itu) yang menyapa kami,  dan akhirnya bercerita banyak hal mengenai komplek Taman Sari. Beliau mengajak kami berkeliling, mengenalkan beberapa tempat peninggalan keraton yang mash berdiri kokoh disana. Salah satunya, ya...Masjid Bawah Tanah Sumur Gumuling.

                Memasuki masjid yang termasuk ke dalam salah satu masjid terunik di Indonesia ini, kami menuruni anak tangga menuju ke tempat yang berada lebih rendah daripada bangunan di sekitarnya. Jelas saja, karena masjid ini memang dibangun di bawah tanah, mengikuti saluran air yang mengelilingi Komplek Taman Sari (The Water Castle). Dari depan pintu masuknya saja, kami sudah disambut lorong yang langsung menuju ke bawah tanah, tempat masjid ini berdiri.

                Masjid Bawah Tanah ini termasuk warisan budaya di masa Keraton  Kasultanan Yogyakarta. Menurut penuturan sang pemandu (beliau keturunan langsung dari abdi dalem keraton karena memiliki kartu tanda pengenal yang hanya dimiliki para abdi dalem), bahwa masjid ini dahulu dijadikan sebagai tempat ibadah para bangsawan keraton. Masjid ini dibangun sekitar tahun 1750-an. Wah, sudah cukup tua juga ya!

                Masjid ini berbentuk lingkaran yang memiliki banyak saluran air di dalamnya. Di bagian tengah masjid, terdapat 5 buah tangga yang menuju ke lantai atas masjid. Empat buah tangga membentuk panggung kecil yang di bawahnya terdapat sebuah sumur. Sementara, sebuah tangga lagi yang berada di bagian atas, terhubung langsung ke lantai atas masjid. Tangga tertinggi itu menenjukkan arah kiblat (Makkah). Kelima tangga tersebut melambangkan 5 prinsip dasar agama Islam (Rukun Islam).





                Menurut cerita pemandu wisata kami, pada jaman dahulu, imam masjid akan berdiri di tangga teratas tersebut untuk menyampaikan khutbah shalat Jum’at. Bentuk masjid yang berupa lingkaran pun, memberikan keuntungan tersendiri, karena khutbah itu dapat di dengar oleh seluruh jama’ah.

                Pada lantai atas yang merupakan tempat ibadah khusus untuk kaum Adam, terdapat banyak sekali jendela. Dari jendela ini, kita dapat melihat langsung rumah-rumah para penduduk desa (keturunan abdi dalem keraton). Selain itu, mimbar untuk imam shalat pun berada di lantai ini.





                Syang sekali, masih butuh banyak sekali renovasi yang harus dilakukan untuk kembali memperindah masjid ini sebelum diresmikan oleh UNESCO sebagai bagian dari warisan budaya kita.




Komentar

  1. Aku dulu ke jogja ko nggak tahu tempat itu. Yailah kudet-___-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tempatnya emang terpencil dan nggak gampang ketauan, Fahri. Itupun aku baru tahu waktu ke sana. Pas lagi di Komplek Taman Sari nemu guide giu dan diajaklah ke Sumur Gumuling.

      Hapus

Posting Komentar