Novel Once in a Moon dan Sepasang Gajah Sumatra Di Sampulnya

Kita Kini Adalah Manusia Plastik di Dunia Plastik

Ilustrasi
(sumber : elshinta.com)

Setelah membaca sebuah artikel di VOA , aku jadi berpikir, ternyata kita memang telah hidup di dunia plastik dan telah berubah wujud menjadi manusia plastik.
                

Kawan, jika ada kampanye yang menentang penggunaan plastik secara berlebihan (dalam arti menghindari penggunaan plastik), bisa jadi kita memandang bentuk plastik itu sendiri dengan pandangan yang sempit. Plastik bukan hanya berupa botol air mineral bening yang biasa kita beli, atau bukan sekedar kantong kresek warna-warni yang kita temukan dimana-mana. Bahkan dalam pakaian yang kita kenakan, ada saja unsur plastik di dalamnya.
                
Kawan, yuk kita perhatikan sekeliling kita! Coba perhatikan keadaan di sekitarmu. Mungkin saat ini kamu sedang asik membaca postinganku ini di laptopmu. Sekarang perhatikan kabelnya, adakah isolator listriknya disana? Tahukah kamu, isolator itu terbuat dari bahan plastik (bakelite)? Belum lagi dengan keyboard-nya, layarnya. Wah, banyak bukan. Nah, sekarang arahkan pandanganmu ke samping. Adakah kamu temukan gelas minum plastik yang kamu gunakan untuk menemanimu browsing? Aha, jika ada, ternyata kamu juga menggunakan bahan plastik untuk kebutuhanmu yang lain ya. Lalu bagaimana dengan radio di kamarmu? Televisi di ruang keluarga? Bahkan karpet yang tergelar cantik di ruang tamu rumahmu. Ehm, keset di depan pintu kamar mandi? Astaga, ternyata di sekitar kita sudah ada begitu banyak benda yang terbuat dari plastik. Hey, lihat, kancing bajumu juga terbuat dari plastik, kawan!
                
Hmm,  adakah di antara kamu yang tahu sejarah perkembangan bahan plastik yang kini telah menjadi sampah ketiga terbanyak di Bumi ini? Ya. Bisa dikatakan penemu bahan plastik ini adalah seorang jenius yang berasal dari Belgia, Leo Hendrik Baekeland (1863-1944). Beliau ini sebenarnya menemukan jenis plastik bakelite, yang pada akhirnya begitu banyak dikembangkan kini. Beliau bukanlah pelopor penemuan plastik. Sebelumnya telah tercetak nama John Wesley Hyatt yang menemukan plastik jenis seluloid. Hanya saja karena sifat bakelite yang lebih tahan panas, maka jenis bakelite-lah yang dianggap sebagai bentuk plastik yang kini kita kenal.
                
Awalnya, ada suatu bahan yang benama shellac (lak, semacam bahan seperti plastik keras dan kaku) yang digunakan sebagai isolator listrik dalam industri elektronik pada masa itu. Bahan ini terbuat dari semacam serangga yang hanya hidup di wilayah Asia Tenggara. Nah, ternyata awal mula ditemukannya plastik itu, hanya bertujuan untuk melindungi keberadaan serangga ya. Bukan hanya itu, bahan shellac ini juga memiliki harga yang cukup mahal, sehingga ketika ditemukan bahan yang lebih ekonomis, beralihlah masyarakat dunia dari shellac ke penggunaan bahan plastik (bakelite) ini.
                
Jadi, tidak salah kan kalau masyarakat jaman dulu menganggap penemuan plastik adalah era baru yang dapat menyelamatkan keberlangsungan hidup serangga shellac? Nah, bagaimana dengan saat ini ya? Apa kini fungsi plastik akan digeser dengan munculnya penemuan baru yang dianggap lebih ramah lingkungan? Seperti plastik yang terbuat dari kentang? Lalu apa di masa mendatang anak cucu kita malah akan kembali menemukan sesuatu yang dianggap lebih baik dalam keberlangsungan hidup mereka? Itulah sebabnya, dalam postinganku kali ini hanya akan membagi sekelumit kecil dari lingkup dunia kita saat ini.
                
Lalu apa sebenarnya plastik itu? Plastik adalah istilah umum bagi Polimer, material yang terdiri dari rantai panjang karbon dan elemen-elemen lain yang mudah dibuat menjadi berbagai bentuk dan ukuran. Plastik dibuat dengan cara polimerisasi yaitu menyusun dan membentuk secara sambung-menyambung bahan-bahan dasar plastik yang disebut monomer.
                
Plastik sendiri memiliki begitu banyak jenisnya. Jenis-jenis utama dari plastik adalah sebagai berikut :
©  PE (Poly Etylene)
Sifat dari PE ini tidak tahan panas, fleksibel, permukaannya licin, ada yang buram dan ada pula yang tembus cahaya, serta memiliki titik leleh 115°C. Bahan ini biasa dijadikan sebagai kantong plastik, botol plastik, film, cetakan, pembungkus kabel modern, dan lainnya.
©       PP (Poly Propylene)
Sifat dari PP ini lebih tahan panas, keras, flesksibel, dapat tembus cahaya, ketahanan kimianya cukup bagus, dan memiliki titik leleh 165 °C. Bahan ini sering dijadikan bahan pendukung dalam industri otomotif, ember, dan bahkan mainan anak-anak.
©       PS (Poly Styrene)
PS tidak terlihat buram, hampir seperti gelas. Bahan ini kaku, mudah patah, buram terhadap sentuhan, dan akan meleleh pada suhu 95°C. Bahan plastik ini juga mudah kita temui, seperti pada penggaris plastik, gantungan baju, rak penyimpanan dalam kulkas, bahkan pada catridge printer.
©       PET (Polyethylene Terephtalate)
Mungkin PET ini sudah lebih kita kenal, kawan. Tentu saja karena lambang PET dengan bentuk recycle segitiga dan angka 1 di dalamnya yang biasa tertera di botol air mineral. Jenis ini keras, tahan terhadap pelarut, dan memiliki titik leleh pada suhu 85°C. Tapi bukan hanya dijadikan sebagai bahan pembuat botol minum air mineral, bahan PET juga bisa dijadikan sebagai bahan tambahan dalam industri fiber textile, bahkan pada tas bantal dan peralatan tidur.
©       PVC (Poly Vinyl Chlorida)
Bagaimana dengan PVC? Bahan ini lebih keras dan kaku, dapat bersatu dengan pelarut, dan memiliki titik leleh pada suhu 70°C - 140°C.
               
Wah, sudah panajang lebar dijelaskan mengenai jenis-jenis utama plastik, tapi kamu masih saja penasaran ya kawan? Pertanyaan yang kembali muncul adalah, bagaimana caranya agar kita mengetahui jenis plastik apa yang ada di sekitar kita. Mungkin kita bersama hanya akan menemukan sedikit jawaban mudah. Ya, benar sekali. Kita dapat melihat jenis plastik apa yang kita gunakan, dengan membaca tanda segitiga recycle yang ada pada produk plastik itu. Lambang recycle ini antara lain :



©             PET — Polyethylene Terephthalate
Biasa dipakai untuk botol plastik yang transparan seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Botol Jenis PET ini direkomendasikan hanya untuk sekali pakai, kenapa? Bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat apalagi panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) lho. Di dalam membuat PET, menggunakan bahan yang disebut dengan antimoni trioksida, yang berbahaya bagi para pekerja yang berhubungan dengan pengolahan ataupun daur ulangnya, karena antimoni trioksida masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan, yaitu akibat menghirup debu yang mengandung senyawa tersebut. Terkontaminasinya senyawa ini dalam periode yang lama akan mengalami: iritasi kulit dan saluran pernafasan. Bagi pekerja wanita, senyawa ini meningkatkan masalah menstruasi dan keguguran, pun bila melahirkan, anak mereka kemungkinan besar akan mengalami pertumbuhan yang lambat hingga usia 12 bulan. Ih waw banget ya, kawan.
©       HDPE — High Density Polyethylene
Pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (high density polyethylene) di bawah segitiga. Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, galon air minum, kursi lipat, dan lain-lain. HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Sama seperti PET, HDPE juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian, karena pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu.
©       V — Polyvinyl Chloride
Tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di tengahnya, serta tulisan V — V itu berarti PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis plastik yang paling sulit didaur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan plastik berbahan PVC ini saat bersentuhan langsung dengan makanan tersebut karena DEHA ini lumer pada suhu -15°C. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.
©       LDPE — Low Density Polyethylene
Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE – LDPE (low density polyethylene) yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari minyak bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang lembek. Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60oC sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen. Plastik ini dapat didaur ulang, baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat, dan memiliki resistensi yang baik terhadap reaksi kimia. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini.
©       PP — Polypropylene
Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP – PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik, terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Carilah dengan kode angka 5 bila membeli barang berbahan plastik untuk menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman.
©       PS — Polystyrene
Tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS – PS (polystyrene) ditemukan tahun 1839, oleh Eduard Simon, seorang apoteker dari Jerman, secara tidak sengaja. PS biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dan lain-lain. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Selain tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari, karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf, juga karena bahan ini sulit didaur ulang. Pun bila didaur ulang, bahan ini memerlukan proses yang sangat panjang dan lama. Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga.
©       Plastik lainnya
Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan OTHER – Other (SAN ? styrene acrylonitrile, ABS - acrylonitrile butadiene styrene, PC - polycarbonate, Nylon). Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan plastik kemasan. PC - Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita (sippy cup), botol minum polikarbonat, dan kaleng kemasan makanan dan minuman, termasuk kaleng susu formula. Dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah fungsi imunitas. Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat makanan ataupun minuman karena Bisphenol-A dapat berpindah ke dalam minuman atau makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan. Ironisnya botol susu sangat mungkin mengalami proses pemanasan, entah itu untuk tujuan sterilisasi dengan cara merebus, dipanaskan dengan microwave, atau dituangi air mendidih atau air panas. SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan. Biasanya terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring kopi, dan sikat gigi, sedangkan ABS biasanya digunakan sebagai bahan mainan lego dan pipa. SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk digunakan.
                
Nah, kawan. Ternyata plastik ini memiliki cukup banyak jenis. Memiliki kegunaan yang juga sangat membantu dalam keberlangsungan hidup kita. Tetapi, semakin sering kita menggunakan plastik ini, maka akan semakin menimbunnya jumlah sampah plastik yang bertebaran di Bumi kita ini. Sayangnya, plastik yang tidak mudah terurai kembali, membuat kita haruslah semakin bijak dalam menggunakan jenis bahan ini. Belakangan ini, teman-teman kita di SMK 3 Madiun telah menemukan salah satu cara untuk mengurangi jumlah sampah plastik, yaitu dengan mengubahnya menjadi bentuk berbeda, bahan bakan pengganti minyak bumi. Aha, ini bisa jadi salah satu solusi untuk mengurangi jumlah sampah plastik juga.
                
Plastik sudah terlanjur ditemukan dan digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Plastik tidak dapat dengan mudah kita hilangkan dari kehidupan kita. Nah, sekarang, hanya dibutuhkan sikap hati-hati dan bijaksana kita dalam menggunakan berbagai produk yang juga menyertakan plastik.
                
Kita memang lahir dan dibesarkan dalam dunia plastik, kawan. Jadi, ayo bijak menggunakan plastik. Salam hangat dari teman plastikmu.

*dari berbagai sumber

Komentar

Posting Komentar