Sudah
cukup! Aku harap, inilah kekalutan terakhirku. Tadi pagi aku beranjak dari
tempat tidurku dengan semangat yang telah lebih dulu lowbat sejak kemarin. Lalu
tubuhku pun masih terasa lelah karena semalaman aku memaksa mataku untuk
membaca beberapa artikel untuk kujadikan bahan essay.
Pasrah.
Ya mau bagaimana lagi? Sudah sejak Mei tahun ini aku hanya berstatus
pengangguran tersembunyi, padahal aku lulus dengan luar biasa keren sekali
(bukan sombong tapi inilah hasil kuliahku yang sampai lupa makan siang dan gila
diskusi). Bukan karena aku pengangguran lalu hidup menyendiri menyepi di rumah.
Tapi, karema selama ini aku masih digilai oleh aktivitas yang tak mengikat
waktuku seutuhnya, aku menghabiskan hariku dengan menulis dan mengharapkan
penghasilan dari sana. Walaupun sang penghasilan itu tak tentu munculnya di
setiap bulannya. Belum lagi dengan beberapa les yang kuikuti, karena begitu
inginnya aku dapat live on overseas nantinya (tentunya dengan membawa nama
Indonesia dan mengharumkannya disana), semoga saja beberapa tahun ke depan dan
aku tak perlu terlalu lama menunggunya. Aku masih ingin dapat melanjutkan
kuliahku di luar negeri dengan usahaku sendiri, kalau bisa dengan kekuatan
finansial yang kupunya sendiri.
Pikiran
kalut yang terus saja menghantuiku untuk dapat bekeja di luar rumah sedari aku
berhasil lulus kuliahlah yang membuatku sampai sekarang, setidaknya hingga
kemarin malam masih berusaha melamar pekerjaan yang sesuai dengan jurusan
kuliah yang kuambil. Aku telah memasrahkan, dan menyediakan diriku secara
cuma-cuma, untuk menjadi manusia robot. Manusia yang hanya bekerja demi uang
tanpa memikirkan apa yang jiwaku butuhkan, dan apa yang sebenarnya aku mau.
Barulah
siang ini, setelah kutempuh perjalanan membosankan di commuter line, aku
mendapatkan tamparan untuk yang kesekian kalinya.
Memang
beberapa hari yang lalu aku mengirimkan surat lamaran magang kepada KSEI
(Kustodian Sentral Efek Indonesia), setelah melihat sebuah lowongan magang
mereka di bidang sosial. Aku segera mengirimkan CV pada mereka, dan jadilah
mereka menghubungiku via call. Hhh ... dengan luar biasa kawan, hasilnya hari
ini aku ditolak.
Nah,
saat wawancara itulah aku serasa ditampar berkali-kali. Aku dihadapkan pada 2 orang HRD, dan keduanya
terus mencecarku dengan satu hal yang sangat berbahaya, ‘Passionmu sebenarnya
di bidang apa?’. Telak. Matilah aku, tertindih pertanyaan fenomenal itu.
Mereka
menghela napas saat membaca CV-ku, terutama segudang prestasi yang kudapatkan.
Mereka menemukan bahwa aku lebih mengarah pada dunia kepenulisan dan ***
(rahasiaaaaa). Belum lagi dengan hasil transkip nilaku yang cukup memuaskan,
namun di mata kuliah yang selalu bersinggungan dengan akuntansi, aku selalu
bermasalah disana. Berbeda sekali dengan mata kuliah yang berhubungan dengan
management secara umum, lebih bersifat sosial dan tak terlalu banyak
membutuhkan rumus-rumus perhitungan. Mereka juga terkejut dengan nilai bahasaku
yang lebih baik. Kesimpulan mereka adalah sebenarnya aku kurang tepat dalam
memilih jurusan kuliah. Oh, baiklah, kalau itu aku masih bisa terima. Tetapi,
aku TIDAK SALAH PILIH JURUSAN! Toh aku menjalaninya dengan bahagia karena
menemukan begitu banyak lomba karya ilmiah yang menyenangkan, khususnya analisis
secara sosial tadi. Aku mahasiswi berprestasi! Grrrr .... Dan jurusan yang
kupilih ini relevan dengan cita-citaku yang emang maruk (soalnya ada 2 impian
tapi bisa sejalan).
“Selama
saya masih ada di tempat ini, saya tidak akan mengijinkan Anda untuk bergabung
dengan kami.” Ucap sang kepala HRD dengan tatapan tenang namun nada bicaranya
terdengar tegas.
Mereka
beranggapan bahwa aku sebaiknya mengikuti passion-ku. Sebab jika aku
mengingkarinya, jadilah aku manusia robot yang bisa punya keinginan bunuh diri
lebih besar setelah terjun di perusahaan mereka.
Aku
patah hati seketika. Entah ini tamparan dari HRD yang keberapa kalinya. Telah
begitu banyak yang menyarankan aku untuk memasrahkan diriku terjun ke dunia
yang memang begitu kusukai ini. Dunia yang abstrak bahkan begitu sulit untuk
aku sentuh seutuhnya saat ini. Toh, di dunia yang sebenarnya sangat kugilai
sejak aku masih begitu belia (kelas 3 SD aku telah menelurkan karyaku di sebuah
koran lokal di Mataram) ini, aku malah lebih bisa menerapkan ilmu managemnt
yang pernah kupelajari semasa kuliah. Ditambah dengan kemampuanku yang lain
(yang ini rahasia dulu ya) yang begitu relevan dengan cita-cita yang kupunya
(aku ingin menjadi diplomat sejak dulu).
“Kamu bunuh
diri namanya, kalau memaksa masuk di wilayah yang nggak bisa bersahabat dengan
hatimu.” Itulah ucapan terakhir sang HRD yang membuat bulu kudukku meremang
sedetik kemudian.
Hufth.
Fufufufu .... Passion itu ternyata tombak ya. Dia bisa menusuk ke luar dan
menyediakan begitu banyak pundi-pundi untukmu. Namun bisa juga menusuk ke dalam
dirimu jika kamu mengingkarinya. Tuhan memang adil. Tuhan telah dengan baik
hatinya menunjukkan arah yang seharusnya kamu tuju melalui hatimu. Sungguh,
Tuhan telah menyiapkan begitu banyak tempat pada begitu banyak jiwa, agar
memberi manfaat yang luar biasa bagi kehidupan ini. Tuhan menyediakan sebuah
tempat yang eksklusif untuk kebahagianmu, jika kamu menyadari begitu banyak sinyal
darinya dan menyediakan dirimu untuk terjun secara utuh dan penuh semangat di
dalamnya. Soalnya kalo masih malas-malasan ya sama saja hasilnya.
NB : Aku pun masih harus banyak belajar kawan. Jadi, ayo
kita berjuang bersama ...!
Salam hangat.
Wah dalam juga pernyataan HRD itu :p hihi gara-gara minatku, aku DO kuliah dan sampai sekarang jadi pengangguran :p
BalasHapusHai hai dweedy ... hmm so nice name dear.
HapusWah, kamu sampai DO? 0.0
lanjutkan saja mimpimu dweedy...
believe it and try hard to make it happen --> kata kakak agnesmo
soooo ganbatte ^.~