Novel Fantasi Majava : Sebuah Dunia Berlatar Lokal Sunda

Sampah Koran (Lagi)


Selamat Idul Adha 1433 H. Semoga aku belum terlambat untuk mengucapkannya ya. ^.^
               
Baiklah ... bagaimana dengan hari liburan kalian, gals? Khususnya untuk yang muslim, pastilah kemarin menjadi ajang kamu ber-silaturahmi ria dengan sanak keluarga ya. Ada keseruan apa denganmu, kemarin?
                
Hmm ... dalam postinganku kali ini, aku nggak akan menyoroti tentang ajang silaturrahmi-nya, ataupun juga ajang kita berbagi dengan saudara kita yang lain. Memperhatikan tetang nasib hewan-hewan kurban juga bukan, dear. Soalnya aku takut banget sama hewan kurban. Disuruh ngeliput tentang pemotongan mereka aja aku nggak berani, nggak tega nemuin ada aja hewan yang ngamuk, kadang ada juga yang nangis. Ooohh .... #nggakpenting
                
Kembali lagi ke fenomena yang nggak pernah absen sehabis shalat Ied berlangsung. Its about sampah koran yang selalu bertebaran dan ditinggalkan begitu saja setelahnya.

Tebaran Koran
                
Mungkin benar kalau setiap Idul Fitri dan Idul Adha selalu ada panitia yang sejak sebelum acara, telah sibuk bertugas untuk menyiapkan tempat ibadah, menggelar alas plastik yang nantinya akan dilipat setelahnya. Panitia juga bertugas menyiapkan pembatas antara shaf laki-laki dan shaf perempuan, termasuk mengatur jamaah sebelum pelaksanaan ibadah. Tak luput pula dengan tugas panitia sebagai pengedar keropak, dan lainnya. Sehingga di setiap akhir acara, biasanya ketua panitia akan meminta para jamaah untuk sekedar menumpuk koran yang telah mereka gunakan sebagai alas ibadah, agar mempermudah tugas panitia. Apa salahnya kalau kita sedikit membantu?
                
Awalnya aku pikir, mungkin karena kebanyakan yang berada di barisan belakang itu tak mendengarkan dengan seksama. Atau mungkin ... mereka lebih dulu meninggalkan tempat sebelum acara selesai. Habisnya aneh aja ... kenapa selalu shaf belakang yang begitu? Kalo bagian depan, kenapa bisa tertib ya? #nyindir #jahat
                
Tetapi kembali lagi kepada setiap individu yang dimintai tolong itu, tak semuanya melaksanakan. Terutama yang berada di barisan paling belakang, atau mungkin yang tak terlalu diperhatikan oleh panitia ... mereka dengan lebih leluasa meninggalkan sampah koran mereka dalam keadaan terhampar. Satu orang saja yang melakukannya, akan diikuti oleh beberapa orang lainnya. Akhirnya ... apalagi kalau bukan diikuti oleh orang-orang yang seterusnya.
                
Aku menangkap hal menarik dari fenomena yang tak pernah luput terlihat sehabis shalat Ied setiap tahunnya ini. Ternyata, satu contoh baik yang dilakukan, akan memancing orang-orang disekitar, untuk ikut melakukan hal yang sama. Begitupun sebaliknya, kawan. Aku menemukan kecenderungan saling mencontoh ini, seolah ada dorongan tidak ingin dianggap berbeda.
                
Bagaimana kalau aku dan kamu setiap sehabis shalat Ied, merapikan sampah koran kita masing-masing seperti ini ....

Tumpukan Koran
                
Bukankah ini dapat membantu kerja panitia? Sekaligus sebagai ucapan terima kasih atas kerja keras mereka dalam mempersiapkan tempat untuk kita beribadah bersama-sama?  Hmm ... kalau pahala, biar Tuhan yang menimbang ya, kawan.

Komentar

  1. Hikss, saya biasa pake koran Cha untuk alas sajadah. Tapi sebisa mungkin setelahnya langsung kumpul bekas koran yang dipakai itu. Aahh semoga kita semakin sadar untuk menjaga lingkungan yah. Skalian bantu kerja panitia biar gak perlu repot2 pungutin sampah2 kita.

    BalasHapus

Posting Komentar