Novel Once in a Moon dan Sepasang Gajah Sumatra Di Sampulnya

Para Pencari Fajar



                Lava Tour Merapi menjadi salah satu kegiatan yang disajikan kepada kami, para peserta Just Write 2. Sebuah petualangan singkat yang baru pertama kali kualami, mungkin juga untuk bebeerpa temanku yang lainnya. Aku dan mereka mencari jejak kemunculan fajar di kaki Merapi.
                Waktu itu, subuh masih bergelayut manja di pelukan bumi. Matahari sedang mempersiapkan diri untuk menyambut lambaian tangan kami, anak-anak manusia yang selalu penasaran pada indah cahayanya di kala pagi. Dari Villa Mawar Asri, kami berangkat menggunakan mobil-mobil Jeep yang sudah disediakan panitia. Di atas Jeep itulah, wajah kami berkali-kali dibelai angin dingin Kaliurang, sembari mata kami dimanjakan oleh ketenangan suasana pagi. Sesaat, aku merasa seperti terbang ketika memandang langit yang perlahan warnanya berubah biru muda.
                Kinahrejo menjadi titik pemberhentian kami. Tepat, saat fajar baru saja keluar dari peraduannya.
   

                Kami melambaikan tangan kami pada mentari, ketika ia mulai mendaki puncak Merapi. Udara mulai menghangat, menyingkirkan kabut yang sempat menghalangi pandangan mata kami pada sang Merapi kokoh di kejauhan sana. Jelaslah sudah apa yang dilakukan begitu banyak warga penambang pasir. Aktivitas mereka ternyata sudah berlangsung sedari gelap, menggali dan mengangkut berkubik-kubik pasir dengan truk.
   
                Kami sampai! Kami memijak tanah berpasir Kinahrejo kini. Kami membaui aroma pagi disana. Kami terbuai dongeng letusan Merapi yang dikisahkan pemilik Jeep yang kami tumpangi. Kisah tentang desa yang tak lagi bisa dihuni. Tentang Desa Jambu yang kini hanya berupa hamparan tanah berpasir, desa yang dulunya dipenuh-sesaki warga dan ternak sapi mereka, dimana tak ada seorangpun yang menjadi korban keganasan Merapi padahal letaknya hanya 7 km dari puncak gunung (sekitar 900 mdpl). Kami terjebak pada lorong waktu sejarah memilukan yang lagi-lagi ditoreh Merapi. Kami pun paham, bahwa tak ada yang tahu apa-apa rencana Tuhan.

    
                Dari rangkaian acara Just Write 2 kami menemukan begitu bnyak makna, pelajaran hidup yang tak mungkin dengan mudah kudapati jika kami tak ikut memijak kaki Merapi. Terima kasih banyak yang sebesar-besarnya kepada panitia Just Write 2 juga Diva Press Group yang telah menghadiahkan perjalanan manis ini untuk kami semua.

Komentar

  1. Merindu... sampai sekarang, aku belum bisa abis pikir, aku termasuk orang beruntung yang diberi kesempatan bertemu kawan-kawan dari seluruh penjuru Indonesia, di tanah Jogja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku pun sama beruntungnya. Pengalaman yang sulit sekali terlupakan ya, Vind. Dulu kita masih unyu, sekarang sudah beranjak besar. Ahhh, kangen kalian semua. Lama banget kita nggak saling bertukar kabar lagi.

      Hapus

Posting Komentar