Novel Once in a Moon dan Sepasang Gajah Sumatra Di Sampulnya

KemSasNas 3



                We Here and You’re Not


                Udara perlahan-lahan berubah menjadi sejuk, ketika angkot yang kutumpangi semakin menanjak tinggi, mengikuti alur jalan sempit di daerah Ciapus, Kabupaten Bogor. Suasana kota Bogor yang hiruk-pikuk hampir menyerupai Jakarta, menghilang. Cuma hijau, tenang, hhh ... begitu menyenangkannya berdekatan dengan vegetasi dataran tinggi ciptaan Tuhan, dan indahnya tanah airku ini. Terima kasih Tuhan, penatku mulai menguap terbang ke langit biru oleh hamparan hijau yang memanjakan mataku.
                Sambutan dari deretan pinus yang tumbuh di tepi jalan, setelah langkahku melewati loket masuk Curug Nangka, merupakan penanda kalau aku akan menemukan petualangan batin yang sudah begitu lama kutunggu-tunggu. Rindu akan pertemuan dan bertukar pengalaman, juga berbagi semangat yang secara ajaib mampu men-charge semangat menulisku yang - jujur saja - sudah mendekati titik kritisnya.
                Perjumpaan. Selanjutnya, dimulailah permainan demi permainan yang serupa lem, lengket membaluri tubuhku dengan ‘kebersamaan’ kami, para Cendolers. Satu untuk semua, bukan semua untuk satu.  Kami yang semula hanya bertegur sapa di laman facebook grup CENDOL (Cerita Nulis Diskusi OnLine), akhirnya bersua juga. Semua yang tadinya hanya kami ekspresikan dengan kata, kini mampu kami tunjukan dengan pelukan. Ahhh, aku sayang kalian semua.


                Sesuatu yang amazing sebab sulit sekali kutemukan dalam sekedar buku bacaan. Mungkin ya, aku menemukannya dari deretan alfabet yang biasa kucerna. Tetapi, melewati 31 Agustus hingga 1 September bersama para Cendolers, Suker, lengkap dengan Kepsek kami, Mayok0 Aik0, terlalu berharga untuk aku lupakan begitu saja.
                Di dinginnya udara malam yang menerobos masuk aula, tempat kami melanjutkan rundown acara yang sudah ditetapkan sebelumnya, ada ‘makna’ yang kini menenggelamkan aku pada rindu. Haru. Hmm, otakku sulit menemukan kosakata yang tepat untuk mengungkapkan perasaanku. Bayangkan saja! Di malam itu, seolah nggak ada batas antara penulis pemula sepertiku, juga penulis lain yang sudah menelurkan beberapa karyanya. Kami semua sama! Bahkan Kepsek pun dengan antengnya ikut terlelap di atas kasur berselimut udara berembun di tengah-tengah kami semua. Sungguh, semua melebur dalam kata ‘CENDOL’.


                Terima kasih Tuhan, atas waktu yang Engkau hadiahkan untukku, mempertemukan aku dengan teman-teman CENDOL-ku, membiarkan aku merasakan sejuk yang baru  ... kala kupandang Curug Nangka bersama semua sahabatku.


                CENDOL, hontou ni arigatou gozaimasu, telah menjadi pijakan bagiku untuk memulai mimpi-mimpi kecilku. Yuk, kita berjuang bersama. Semangkaaaa ...! Sukstress ya! Yeah!
               

Komentar

  1. Love u pull, Chaa. Next time semoga kita semua diberi kesempatan pertemuan selanjutnya dengan segenap cendolers :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Love you too Mba Lego.
      Aamiin ya rabbal alamin.
      CENDOL emang keren ^.~

      Hapus

Posting Komentar