Novel Once in a Moon dan Sepasang Gajah Sumatra Di Sampulnya

Belajar Menjadi Anak Besar



Mengeluh tak pernah menghadiahkan solusi bagiku. Ketika aku menemukan diriku yang sekarang, bukan lagi Cha yang dulu sering menyemangati orang lain sebab hidupku terasa begitu ringan atau sekedar memimpikan diriku berada di posisi sekarang, kini hanya berdiam ketika terdorong oleh kepentingan demi kepentingan yang meminta aku berdiri dan memuntahkan apa saja yang tersangkut di kepalaku ... bukan untukku namun untuk wadah yang begitu besar.

Sejak lulus kuliah, bukankah ini pekerjaan impianku? Aku sering sekali bertanya-tanya pada diriku sendiri tiap kali merasa lelah. Aku hanya sanggup menghela napas, mencari celah udara di ruang terbuka hanya agar aku mampu tertawa dan menjadi diriku sendiri. Sungguh, sadar benar aku kini, bahwa kehidupan nggak akan selamanya datar dan seolah tanpa beban. Menjadi ‘anak besar’ menuntut aku untuk lebih tangguh berdiri di atas kakiku sendiri, memikirkan apa yang orang lain butuhkan dari diriku, dan menyanggupinya dengan ucapan ‘semua akan segera teratasi’.

Namun kupastikan, aku masih Cha yang dulu, Angel Rui yang dulu.  Bukan dalam artian aku masih egois dengan mementingkan kebahagiaanku seorang. Aku tahu, aku masih memegang prinsip itu, untuk membahagiakan orang lain maka aku harus memberikan rasa bahagia dulu kepada diriku sendiri. Itu kan yang namanya memberi dengan ketulusan? Sebab mata yang bahagia dan berpura-pura itu akan selalu terlihat oleh siapa saja. Iya kan?

Senang sekali, kini aku telah menyandang sebutan copywriter’ tiap kali aku berangkat ke kantor di pagi hari. Menghela napas sedalam yang kubisa ketika kulihat rupa gedung kantorku dari kejauhan. Melukiskan senyum senang setiap menemukan kursi, meja, juga laptop yang selalu membantuku senin samapi sabtu. Ah, ya, ini tempatku sekarang.

Maka menjadi anak besar nggak mudah, namun keyakinanku mengatakan kalau aku pasti SANGGUP. Aku MAMPU memberikan segala yang kupunya dan kubisa demi kebahagiaan orang-orang yang kini mengelilingiku. Berbagi dengan JUJUR dan berhenti tersenyum tiap kali kebohongan itu mampir. Hanya SATU kekuatan yang kupercaya akan selamanya menjaga rangkakan kecilku untuk menjadi anak besar, dialah TUHAN YANG MAHA BESAR.


Komentar

  1. ah, ya. kamu sudah jadi anak besar, Cha. Kamu sudah kerja rupanya, sudah berdiri di atas kaki sendiri..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Isma. Dan aku menemukan 'kenyataan' yang dulu nggak pernah kucicipi apalagi sekedar kutahu.
      Bukannya kamu juga akan segera jadi anak besar, Isma?

      Hapus

Posting Komentar