Laju
taxi yang menembus gerimis malam itu, 23 Februari 2014, merembeskan perasaan
ajaib yang nggak mampu kuterka apa namanya. Sejenis rasa senang, mendebarkan
jantungku tiap kali mengingat bahwa aku baru saja melalui hari yang berbeda
dibandingkan hari-hari kemarin. Aku menemukan diriku yang dituntut untuk
mandiri dan bertindak lebih dewasa. Aku dipaksa keluar dari cangkang ‘ragu-ragu’
yang selama ini menyelimuti aku.
Pengalaman
hari ini nggak akan aku lupakan. Aku belajar banyak, dan diajari banyak cara
untuk bekerja secara mandiri. Apalagi ... di Balai Kartini, pada festival Musim
Panas Sounds Good Handshake Festival JKT 48 ini, aku hanya bertugas sendirian.
Dua orang temanku yang sama-sama dari divisi digital media sedang bertugas di
Semarang, di Karnaval SCTV 2014.
Mas
Endar dan Mas Adit pastilah sama sibuknya denganku. Tugas kami semua sama saja
porsinya, menantang. Jadi mau mengeluh seperti apapun, malah rasanya aku nggak
mampu menikmati pekerjaan yang memang (sebenarnya) aku impikan. Tentu saja,
karena aku suka ke tempat-tempat baru yang belum pernah kukunjungi. Event-event
seru. Ya ... walaupun Mas Endar dan Mas Adit khawatir padaku, sebab badanku
yang mungil dan tingkahku yang bagi mereka, belum bisa dikategorikan dalam
tipikal cewek tangguh alias tomboy ... untuk ukuran divisi kami yang bukan
hanya butuh otak tapi juga fisik.
Aku
merasakan bagaimana rasanya berdesakan di antara fans JKT 48 yang kebanyakan
laki-laki. Serempaknya elu-elu mereka tiap kali idola mereka melakukan hal-hal
yang memancing decak kagum. Juga menemukan binar mata mereka yang penuh
semangat untuk berdetakan dengan personil JKT 48. Antusias. Luar biasa.
Belum
lagi ketika para personil JKT 48 mampir di booth-ku ... booth perusahaan yang
kini menjadi tempatku bekerja ... Tolak Angin Sido Muncul. Mereka mengerubungi
kami hanya untuk memotret apa saja yang dilakukan personil JKT 48 ini.
Terima
kasih atas hari dan pelajaran yang menyenangkan, Tuhan. Engkau selalu
menyediakan hari yang penuh pengalaman agar aku nggak lagi manja dan terkurung
takut dalam ‘cangkang’ yang kubuat sendiri.
Komentar
Posting Komentar