Dulu
aku membenci perpisahan. Sejujurnya, hingga kini pun aku takut pada perpisahan.
Namun lama-kelamaan, aku disadarkan oleh berbagai kenyataan yang silih berganti
mampir dalam kehidupanku, bahwa konsekuensi dari pertemuan memanglah
perpisahan. Sebuah cerita akan selalu memiliki ending. Lagu pun demikian.
Bahkan langit yang memunculkan fajar pun, akan memberikan senja sebagai penutup
hari.
Hari
pertama aku menjadi murid TK, tak pernah kuingat dengan jelas. Namun hari
kelulusan sebagai murid TK-lah yang bisa kuingat, sebab orangtuaku berinisiatif
untuk mengabadikan hari itu dalam sebuah potret. Sama saja ketika SD, SMP, SMA,
hingga jenjang S1 berhasil kuselesaikan. Selalu saja hari perpisahan yang
diabadikan.
Mengapa
bukan hari pertemuan? Dan mengapa juga, hari perpisahan itulah yang begitu
membekas di hati?
Kini,
setelah bekerja, perpisahan dan pertemuan itu bergantian tanpa batas yang
jelas. Baru di saat aku merasa nyaman bekerjasama dengan seseorang, tak berapa
lama dia memutuskan untuk pergi, pindah, mencari kehidupan yang baru. Mungkin,
suatu waktu, aku juga akan berlaku serupa itu. Meninggalkan seseorang atau
sesiapa saja yang merasa dekat dengan hatiku, demi impianku.
Tuhan,
tangga menuju impian ini memang penuh haru ya?
Segala
yang tak kutemukan di hari pertemuan, setelah larut dalam proses waktu yang
panjang, memunculkan rasa kehilangan yang luar biasa menyesakkan di titik
perpisahan. Bisakah waktu Engkau bekukan saja? Namun ... hhh ... mustahil.
Maka
kuputuskan untuk berpasrah pada jalannya waktu. Membukukan kenangan hari ini,
sebagai kisah manis saat reuni.
Selalu
kubiarkan puing kecil hatiku tertinggal dalam kenangan ... untuk aku, kamu,
kalian ... kita. ^.^
** Teruntuk kawan-kawanku yang tak bisa
kusebutkan namanya. Aku selalu rindu kebersamaan kita.
Komentar
Posting Komentar