Touring.
Sebelumnya mana pernah aku masukan kegiatan touring ke dalam daftar pengalaman
yang ingin kurasakan sepanjang hidupku. Namun, di pengalaman pertamaku, aku
menemukan rasa yang dalam ... sangat dalam ... tentang betapa mungil dan
kerdilnya aku di dunia milik Tuhan ini.
Berangkat
dari halaman kantorku di daerah Jakarta Selatan, duduk manis pada boncengan
sebuah motor bebek. Kala itu, senja mulai menyelimuti langit, juga rerintikan
hujan, merasukan sebuah kalimat pendek di kepalaku.
“Apa
aku sanggup duduk berjam-jam di motor, menahan kantuk, dan menikmati perjalanan
yang akan sangat panjang?”
Berkali-kali.
Dalam perjalanan menembus dinginnya angin malam dan gerimis hujan itu, hanya
maut saja yang kupikirkan. Tuhan bisa mengambil kehidupan makhluk ciptaan-Nya
sesuka hati. Tuhan sanggup memberikan rasa sedih dan atau bahagia dalam satu
waktu bersamaan. Tuhan lebih punya kuasa daripada manusia.
Dan
... sebuah lubang yang tertutupi genangan air akibat hujan tengah malam itu,
menghentikan laju motor yang kutumpangi, membuatku terjatuh, terseret. Saat
itu, aku berpasrah. Terserah Tuhan mau bagaimana dengan aku.
Seketika
aku sanggup bangkit tanpa rasa takut. Aku menikmati perjalananku tanpa rasa
lelah, sakit akibat lecet di lengan dan kakiku pun hilang. Memperhatikan betapa
bentangan alam ciptaan Tuhan yang lengang di malam hari, memberikan ketenangan.
Suara jangkrik yang samar terdengar, cahaya lampu dari rumah-rumah yang redup,
bahkan orang-orang yang masih tetap terjaga di dini hari demi sesuap nasi –
para penjaga warung makan sederhana yang kami singgahi – tak pernah kehilangan
semangat. Lalu mengapa aku takut, jika Tuhan sedang menunjukan padaku, duna
ciptaan-Nya?
Kulitku
yang terbngkus sweater dan jas hujan, masih mampu membedakan rasa dinginnya
udara. Menjelang pukul tiga pagi, kutemukan rasa dingin yang berbeda. Dingin
yang menyegarkan. Bukan dingin seperti yang beberapa jam lalu memancing rasa
kantukku, sehingga memaksa aku untuk terus bernyanyi demi mengusirnya. Dingin
yang khusuk, seolah Tuhan sedang begitu dekat memperhatikan kami dari
tahta-Nya.
Hingga
di subuh hari, kami tiba di tujuan. Kota Garut.
Komentar
Posting Komentar