Novel Once in a Moon dan Sepasang Gajah Sumatra Di Sampulnya

Aku dan Hidup



www.google.com


                Hidup. Kehidupan. Memangnya apa yang sebenarnya indah dari kehidupan ini? Segala hal terasa samar. Setiap orang harus memilih, menentukan risiko yang mau tidak mau harus siap dia ambil. Apa enaknya manusia yang memiliki hidup? Jika gejolak dunia ini membutakan? Jika benar dan salah itu berwarna abu-abu.


                Hidup ini tentang ideologis. Mengikuti yang ideal dilakukan kebanyakan orang. Selalu menjadi bagian yang ‘aneh’ jika menentang, atau berdiri pada idealis diri sendiri. Dan di kehidupan ini, seolah aliran air yang melalui banyak sekali parit-parit kecil. Kita terpecah oleh entah. Kita memisahkan diri oleh entah. Dan kita berseteru juga sebenarnya oleh entah. Fana.
                Menerima perbedaan. Perbedaan semacam apa yang seharusnya kita terima? Apa itu toleransi? Sepertinya tiap manusia menyimpan pemikirannya sendiri-sendiri. Pemikiran perorangan itu saling berbaur hingga membuat ‘jalan’ yang bersatu-padu lalu dianggap sebagai takdir kehidupan.
                Lingkungan yang membesarkan anak manusia, membenrtuknya, menanamkan pola pikir yang kemdian menjadi sama. Itulah aliran airnya. Hingga kita masuk ke parit-parit yang sering kali mengubah suapa dan bagaimana sebuah diri tadi.
                Postingan ini hanya sebuah omong kosong. Bijak. Sama sekali bukan aku. Berat. Ah, ini cuma ocehan anak muda yang sedang asik bermain peran menjadi malaikat.
                Aku tidak mau memihak, tapi kehidupan yang mengajariku untuk membuat pilihak yang berpihak.

Komentar