Novel Fantasi Majava : Sebuah Dunia Berlatar Lokal Sunda

Jelajah Cibodas Botanical Garden

Matahari pagi di Cibodas rasanya muncul dan terik lebih awal dibandingkan matahari di Jakarta. Pukul lima pagi, sinarnya sudah merona merah di kejauhan horizon. Udara dinginlah yang membuatku tersadar kalau waktu memang masih cukup pagi. Gerbang utama taman wisata Kebun Raya Cibodas sudah didatangi oleh pengunjung. Mereka mengantre menunggu loket dibuka. Sama sepertiku.

  
Pukul tujuh pagi lewat sekian, aku dan Om sudah berdiri serius, mengamati peta Kebun Raya Cibodas yang dipajang setelah pintu masuk. Sebenarnya aku nggak bisa membaca peta dengan benar, tapi aku selalu menantang diriku untuk bisa mencapai destinasi yang mengundang penasaranku.
                
Melalui hasil googling semalam, kuputuskan untuk mengunjungi Jalan Air, Curug Cibogo, dan Curug Cismun. Di peta, ternyata tujuan kami akan menempuh ke ujung terjauh Kebun Raya ini. Kebetulannya lagi, aku dan Om akan melewati Jalan Sakura. Aha, apa iya si pohon dari negeri matahari tebit itu akan memamerkan bunganya yang merah muda padaku?


Jalan Air
               
Ramai. Banyak pengunjung yang memilih memasuki Kebun Raya dengan mengendarai mobil, sudah menyemut di Jalan Air. Mereka asik berfoto sembari menikmati dinginnya aliran air yang sengaja melintasi jalan, hasil bendungan air dari Curug Cibogo yang sengaja dialirkan pada jalan umum. Sedihnya, aku nggak bisa mengabadikan gambar di sini. Terlalu ramai dan riuh. Hanya bebatuan yang menunggu kupijak untuk menjaga sepatuku nggak basah saja yang bisa kupotret.


Curug Cibogo
                
Letaknya dekat sekali dengan Jalan Air. Cukup beberapa langkah saja. Curug ini kayak bonus yang sayang banget kamu cuekin kalo mampir di Jalan Air. Ramai? Oh, nggak separah Jalan Air kok.


                
Dan ada kejutan lain kalau kamu berdiri membelakangi Curug Cibogo ini. Pemandangan landscape cantik yang dimiliki Kebun Raya Cibodas. Aku sampai nggak mau pergi dari sana, kalau boleh.


Menuju Curug Cismun
                
Pohon Sakura yang mana saja, sebenarnya aku kurang tahu. Jadi, waktu melewati Jalan Sakura, aku malah bingung sendiri. Tapi senang rasanya karena bisa memanjakan mata dan jiwa dengan menemukan spot-spot yang menarik untuk dijadikan oleh-oleh. Bahkan aku bisa mengagumi indahnya puncak Gunung Gede.










               
Curug Cismun sebenarnya akan lebih dekat dijangkau kalau masuk melalui pintu 3, tapi buatku, lebih nikmat ketika aku memulai perjalanan dari pintu utama dan berhasil menjangkau Curug Cismun yang letaknya paling ujung di peta Kebun Raya Cibodas. Lama perjalananku dari pintu utama, kira-kira hampir dua jam, jalan kaki. Keringat yang mengucur, jalan setapak yang menanjak terus kadang licin, tapi membuatku puas. Aku dan Om sesekali disapa suara aliran air, kicauan burung, jangkrik, kupu-kpu yang terbang rendah di dekat semak, juga matahari yang semakin tinggi dan udara yang masih tetap dingin.
               
Lalu ... hallo, Curug Cismun yang ramainya ampun deh. Ternyata pengunjungnya ramai banget. Banyak yang asik mandi-mandi yang penting basah. Nggak kalah banyak sama yang asik potret sana-sini. Rasanya ... berhasil sampai ke Curug Cismun ini luar biasa buat aku dan Om yang mulai jarang olahraga.


                
Langit yang mulai mendung mengingatkan aku dan Om untuk segera pulang. Mengisi tas kami dengan oleh-oleh yang bisa didapat di dekat pintu masuk utama Kebun Raya, sebelum akhirnya kami harus menikmati kemacetan daerah puncak menuju ke Jakarta.

Komentar