|
Dokumen Pribadi
(temukan lainnya di akun instagram saya @akaruicha) |
|
Di balik jendela kaca besar. Deretan lampu sudah dinyalakan sedari tadi. Mendung turun, mengelayuti senja yang sembunyi. Mobil-mobil yang berseliweran di luar sana, mengingatkan aku untuk pulang. Berkali-kali. Sementara aku hanya duduk terpaku menatap lampu gantung itu, membuang waktu dengan sekedar menikmati sebotol minuman rasa lemon. Sebuah buku yang berkisah tentang sepasang sahabat yang senang melakukan berbagai perjalanan, kini diam menunggu kubaca lagi, di atas meja. Aku hanya menikmati lamunanku snediri.
Entah tahap hidup macam apa ini namanya. Mendadak, beberapa hari sebelum kantor memberiku cuti akhir tahun, keingian untuk tetap jauh dari rumah ini, menyeruak. Siapa sih yang nggak merindukan rumah? Harusnya ... aku juga merasa demikian. Apalagi aku kini tinggal sendirian di kota besar Jakarta, menyewa kamar kos sederhana dan punya lebih banyak waktu untuk diriku sendiri. Jangan ditanya, aku sebenarnya sangat rindu rumah, hanya saja memang sedang tak ingin pulang.
Ah, mungkin sepi yang selama ini menemaniku terlalu nikmat. Jujur saja, hatiku yang merindu ini sampai kalah. Sebab, kesendirian membawaku pada berbagai sudut pandang baru. Aku menemukan berbagai warna hidup yang belum pernah kulihat di rumah. Mulai dari teman sekantorku yang bekerja keras namun mrasa tak dianggap, orang-orang yang di waktu senggang pun terus berusaha menemukan passion mereka diam-diam, termasuk wajah senang teman-teman di lingkungan kosku tiap kali mereka pulang bekerja.
Hmm, besok sajalah aku pulang, agar tak lama ada di rumah.
Langit menggelap. Hujan perlahan jatuh menderas dari langit. Ahhh ... sampai juga aku di titik 'sialan' ini rupanya. Tepat di suatu sudut rasa yang dulu kutakuti. Tentang kesendirian dan sudut pandangnya yang unik.
Komentar
Posting Komentar