Novel Fantasi Majava : Sebuah Dunia Berlatar Lokal Sunda

Stand By Me – Doraemon

Siapa sih yang nggak kenal Doraemon? Anime-nya masih diputar sampai sekarang di salah satu TV swasta setiap hari minggu pagi. Siapa yang kenal Doraemon? Apalagi buat yang lahir dan besar di tahun 90-an seperti aku? Mungkin juga kamu. Ya kan?

Doraemon udah banyak banget ngeluarin movie-movie yang setiap liburan sekolah, sering banget diputar di TV tiap pagi. Dan ... sejujurnya, daya tarik dari Doraemon ini terus ada dari masa ke masa. Anak-anak jaman sekarang aja tahu tentang Doraemon yang udah lama banget nge-hits di era ibu bapak mereka. Lalu, gaung dan nama besar itu pula yang lagi-lagi menjadi daya pikat dari film yang katanya seri terakhir Doraemin ini. Ahhh, nggak ikhlas kalo Doraemon ending ....

Ngaku-ngaku sebagai pecinta Doraemon, sepenuh apapun studio tempat film ini diputar, toh aku bela-belain juga. Aku dibawa pada pertemuan antara Nobita dan Doraemon yang kemudian berakhir pada perpisahan. Soby – cucu Nobita dari keturunan keempatlah yang memprogram Doraemon, dengan memutar hidung merahnya, sehingga si robot kucing biru tanpa telinga ini, baru bisa kembali ke abad 22 setelah berhasil membahagiakan dan mengubah nasib Nobita.
               
Awal cerita sampai pertengahan sih oke banget. Animasinya juga keren dan detail – sumpah dah! Tapi kok ya ... anti-klimaks. Baru aja pengen mewek bombay karena perpisahana antara Doraemon dan Nobita, eh ... nggak jadi sedihnya. Senangnya nanggung. Dilemanya juga nanggung. Sedihnya apalagi. Tapi ... thanks berat, karena dengan menonton film ini, buat kamu yang belum eungeuh sama cerita awalnya Doraemon ketemu Nobita, jadi tahu kan?
             
doraemon-stand-by-me

Komentar