Cepat
sekali, padahal aku baru mengirimkan #ceritaku pada Leutika Prio di tanggal 4
Februari, tapi sudah dijadikan kultweet semalam. Aku senang, karena account
Twiter-ku kembali ramai setelah lama banget nggak ada yang mention, kecuali
tawaran nggak jelas juga iklan yang sepertinya dilayangkan oleh account
robot. Terlebih, karena kisahku yang
dibagi oleh si Leu, miminnya LeutikaPrio.
Nah,
berikut materi yang kukirimkan pada #ceritaku Leutika Prio ....
Aku Belum Berjodoh Dengan Fiksi
Sejak kecil, aku sudah suka menulis.
Aku juga menyukai pelajaran bahasa – apa saja, mau itu Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, bahkan Bahasa Sasak dan Mbojo yang setelah besar tak lagi mudah
kuingat karena jarang sekali kupakai berkomunikasi. Ketika dihadiahi buku
harian oleh Mama, aku semakin rajin menulis, berpuisi, layaknya anak-anak yang
senang imajinasinya tersalurkan.
Di kelas 3 SD, puisiku tentang
Bosnia diterbitkan oleh Kilas, koran lokal NTB saat itu. Namun semakin besar
dan semakin senangnya bermain, aku mulai lupa menulis.
Hingga lulus SMA, aku hanya senang
membaca. Aktivitas menulisku hanya sampai buku harianku saja. Namun di tahun
2011, ketika aku bergabung dengan komunitas CENDOL (CErita Nulis Diskusi
OnLine) di Facebook, semakin aktiflah aku curhat di blog pribadiku. Selanjutnya
berbagai tulisanku bermunculan, mulai dari cerpen di majalah remaja hingga 4
buku antologi, yaitu : Perempuan Itu … Sesuatu, When … I Miss You, Senyum, dan
Loveable & Replaceable. Sayangnya hanya sampai awal tahun lalu saja, aku masih
menulis fiksi.
Aku pun berhenti. Papa bilang,
menjadikan menulis sebagai pekerjaan utama itu tak ada gunanya, butuh waktu
panjang hingga aku bisa mandiri secara finansial. Papa berkali-kali memintaku
berhenti ‘bermimpi’. Tetapi, aku ingin tetap menulis. Diam-diam aku terpuruk,
terserang writer block akut.
Tiba-tiba sebuah info lowongan
pekerjaan untuk mengisi posisi Copywriter di salah satu perusahaan nasional
kembali membangkitkan semangatku. Info lowongan ini kutemuakan di salah satu
status yang dibuat kepala sekolah kami di CENDOL, Ayah Mayok0 Aik0. Aku menemukan
jawaban atas kegalauanku, dari Tuhan.
Kini setahun sudah aku menggeluti
bidang ini. Belajar mengerti brand, dan bagaimana cara mencitrakannya,
menuliskan copy-copy yang menarik. Aku sadar, aku masih butuh banyak berlatih.
Semakin menyelami dunia copywriter ini, aku semakin haus akan pengetahuan dan
tantangan. Jodohku mungkin belum sampai di ranah fiksi, namun aku bahagia, dan
tergila-gila, sebab aku masih bisa menulis dan menuangkan ideku setiap hari.
Semoga
menginspirasi.
Komentar
Posting Komentar