Aku
menemukan referensi penginapan ini dari internet. Banyak sekali pelancong yang
merekomendasikannya, selain karena harganya yang murah sesuai kantong
backpacker tapi juga karena tempatnya yang bersih. Benar, tempatnya memang
cukup nyaman. Walaupun saat itu aku dan Icha menempati sebuah kamar single bed,
dan memilih untuk menggunakan satu kamar mandi bersama dengan tamu lainnya,
rasanya cukup menyenangkan.
Bermalam
di bangunan tua yang lumayan hangat. Rasanya seperti menginap di sebuah rumah
warga lokal dengan fasilitas biasa saja. Tanpa televisi. Tanpa penghangat
ruangan. Hanya sebuah ranjang dengan dua bantal kepala dan sebuah selimut tebal
yang cukup untuk berdua. Jendela yang menghadap keluar, walaupun sudah buram
dan kusam. Pintu yang hanya di grendel dari dalam, namun digembok saat kami
keluar. Dinding kayu lapis. Lantai kayu. Rasanya seperti menginap di rumah
nenek.
Posisinya
yang juga sangat strategis. Dekat dengan tempat makan. Jarak ke objek wisata
nggak terlalu jauh. Bahkan dengan berjalan kaki saja, kami bisa mengunjungi
Komplek Candi Arjuna di Banjarnegara. Termasuk ... tempatnya yang memang mudah
ditemui karena berada tepat di pertigaan Dieng. Perbatasan antara kabupaten
Wonosobo dan Banjarnegara. Minta saja pada supir minibus untuk diturunkan di
pertigaan Dieng, maka nyasar nggak akan terjadi.
|
Pintu menuju balkon di lantai atas
(Dokumen Pribadi) |
|
Pemandangan pagi mendung dari balkon
(Dokumen Pribadi) |
|
Di
lantai atas, ada sebuah balkon yang langsung menghadap ke tugu Dieng. Aku
memang nggak sempat duduk berlama-lama di sini karena aku memilih untuk tidur
lebih awal, demi menjaga fisikku. Kurasa, balkon itu cocok dijadikan tempat
mengobrol, sembari menikmati suasana pagi.
Komentar
Posting Komentar