Novel Once in a Moon dan Sepasang Gajah Sumatra Di Sampulnya

Kampung Zombie

Alasan saya menonton film ini, karena Kampung Zombie saya anggap sebagai film horor pertama Indonesia yang nggak mengajak Miss Kunti, Om Pocong, dan adegan hot mesra tambah keringat nafsu bertebaran di tiap scene-nya. Selain itu, karena judul film ini sendiri memang memancing rasa penasaran saya akan kehadiran film horor Indonesia yang berbeda. Saya pun memilih untuk menonton film ini di jam pemutaran malam, berharap bisa mendapatkan suasana mencekamnya.


review-film-kampung-zombie

                
Scene awal dibuka dengan sebuah liputan tentang Desa Mulyo di kaki Gunung Merapi yang suatu ketika, mendadak, diserang awan panas atau wedhus gembel. Semua penduduknya yang berbahagia meninggal. Dikabarkan nggak ada satupun yang selamat – padahal kemudian muncul karakter seorang anak gadis bernama Aminah, satu-satunya korban selamat dalam bencana itu.
                
Selanjutnya muncul scene dua pasang kekasih yang camping di tengah hutan, bermesraan, dan menikmati wine mereka masing-masing. Haduh ... di scene ini rasanya saya hampir menyesal duduk menyaksikan film ini. Kenapa lagi sih, harus ada adegan mesra-mesraan penuh pemanasan seperti ini? Kemudian mendadak muncul sekawanan zombie kampung yang mengincar tubuh mereka. Namun jangan salah, inilah scene pertama yang membuat saya terkejut, sampai memekik sendiri. Make up para zombie-nya keren.
                
\Barulah muncul scene yang benar-benar memunculkan para cast utamanya. Alkisah, ada lima sekawan yang baru pulang mendaki gunung dan mengalami kecelakaan ringan, sehingga harus kembali memasang tenda dan bermalam di tengah hutan. Kemudian saat ingin mencari bantuan, Rico tanpa sengaja diserang segerombolan zombie haus darah. Hmm ... sepanjang menonton film ini, saya menemukan ‘kunci’ dimana ... jangan pernah menyapa remaja tanggung yang bermain layang-layang sendirian tapi layangannya nggak terbang, karena dia akan memanggil segerombolan warga Kampung Zombie.
                
Karakter Juli si cewek pendiam, tangguh, dan tomboy di film ini cukup mendominasi. Dia sosok pemberani yang mellow. Karakter Budi yang sama pendiamnya, namun menyembunyikan perasaannya pada Julie. Karakter Joni yang sesekali menimbulkan komedi, tapi sedih juga waktu dia menitipkan bunga Edelweiss untuk ibunya yang sakit, kepada Julie. Mungkin Joni sudah berfirasat kalau dia nggak akan selamat. Kemudian ... Rico yang ikut-ikutan menjadi zombie, juga Via yang ... demi apapun ini cewek nyebelin, manja, teriak-teriak melulu.
                
Saya rasa, Kampung Zombie hampir mirip dengan alur cerita film horor Hollywood. Mengagetkan. Rasa takut yang saya dapatkan, kurang. Saat menyedihkannya kurang menggigit, cuma miris. Lalu ... kenapa juga anak kecil bernama Aminah bisa tetap bertahan selama 6 bulan di tengah Kampung Zombie? Kenapa juga dia nggak memperingatkan Rico, saat berjalan menuju Kampung Zombie? Lalu, kenapa Gunung Merapi – yang dalam film ini jadi setting tempat – dalam 6 bulan, sudah dibuka untuk pendakian padahal baru dihantam wedhus gembel?

So far, setting tempatnya keren. Make up zombie-nya keren. Suasana Kampung Zombie juga keren. Hmm ... ini film horor Indonesia dengan hantunya yang berbeda.

Komentar