Ketika
patahan di semenanjung California, Amerika, antara lempeng Pasifik dan lempeng Amerika Utara, San Andreas, menunjukan
pergerakan yang mengakibatkan terjadinya gempa bumi dahsyat berkali-kali.
Kekuatannya bisa mencapai 9,6 skala richter. Menghancurkan kota San Francisco
hingga mampu membelah tanah dengan memunculkan jurang patahan yang sangat
dalam. Memporak-porandakan kota bahkan meruntuhkan
gedung-gedung pencakar langit. Dan ... itulah yang dihadapi oleh Ray, seorang
pilot Helikopter Penyelamat.
San
Andreas yang bergenre action adventure disaster ini, sebenarnya menghadirkan
alur cerita yang biasa saja. Mengisahkan sebuah bencana alam yang tanpa sadar,
mengembalikan keutuhan keluarga Ray. Istrinya Emma yang tadinya ingin menikah
dengan Daniel Riddick, seorang pengusaha kaya yang tak kunjung menikah akibat
terlalu ambisius bekerja, akhirnya menyadari betapa Daniel tak peduli dengan
Blake, putri Emma. Daniel malah meninggalkan Blake yang terhimpit di dalam mobil
pribadinya saat kejadian itu, bersama mayat sopir pribadinya.
\
Daniel
terus berlari untuk menyelamatkan diri, bahkan dia tampak kalut saat kehilangan
sebelah sepatunya. Belum lagi dia yang mengorbankan orang lain saat sebuah
gedung runtuh dan puingnya berterbangan ke jalan. Saya pun merasa lebih
menyukai peran Daniel, sebab walaupun scene kemunculannya hanya sedikit, sudah
menunjukan betapa sifat terlalu ambisius ternyata tidaklah berguna.
Kemudian
peran Blake yang sebelum bencana terjadi, dipertemukan dengan Ben dan Ollie.
Ketiganya berusaha menyelamatkan diri dan memang berakhir baik. Ben dan Ollie yang malah menyelamatkan Blake
pada awalnya. Kemudian ... cerita terus berjalan seolah mudah ditebak. Ray berhasil
menyelamatkan Emma dan juga Blake, beserta Ben dan Ollie. Keluarganya utuh
kembali dan mereka pun memulai segalanya dari awal.
Saya
pun menemukan sisi romantis seorang Ray. Karakter Ray tidak menunjukan cintanya
pada Emma dan Blake dengan banyak kata-kata atau hal-hal romantis lainnya. Dia
menunjukan segalanya dengan tindakan, siap melakukan apa saja asalkan Emma dan
Blake baik-baik saja. Termasuk Ray yang tahu bagaimana cara berpikir Blake,
putrinya dengan Emma. Bukankah ayah yang keren akan mempercayai kemampuan
putrinya tanpa perlu banyak khawatir dan turun tangan?
Sayangnya
kesedihan Ray yang menyebabkannya berpisah sementara dengan Emma, sejak
kehilangan putri tertuanya, Mallory, kurang terasa menyakitkan. Memang, rasanya tidak ada waktu untuk itu,
apalagi dalam bencana yang siap merenggut jiwa kapan saja .
Namun
dari segi action, scene-scene kehancuran yang digambarkan, sudah cukup membuat
saya merasa beberapa kali memekik takut. Banyak juga scene mengejutkannya. Dan
... saya berterima kasih dengan adanya karakter Proffesor Lawrence dan reporter
Serena yang membuat film ini jadi mudah dimengerti. Cara Proffesor Lawrance
memaparkan kejadian yang akan terjadi saat San Andreas bergerak, menimbulkan
gempa, mendatangkan tsunami, cara menyelamatkan diri dengan berlindung di bawah
meja saat gempa terjadi, mudah sekali dicerna awam, sehingga film ini jadi
menyenangkan untuk ditonton.
Belum nonton film ini :D
BalasHapusSemoga nanti Teteh sempat nonton film ini :)
Hapus