Novel Fantasi Majava : Sebuah Dunia Berlatar Lokal Sunda

Batu Cinta – Pulau Asmara – Situ Patenggang

Sudah jadi hal wajar bagi saya setiap mengunjungi tempat baru, saya tidak tidur terlalu pulas. Bangun sangat pagi akibat suara speaker masjid yang mengumandangkan banyak sekali pengumuman, termasuk adzan Subuh, membuat saya terjaga lebih awal dibandingkan biasanya. Perjalanan kami pagi itu, akan langsung menuju Situ Patenggang, tujuan akhir trip kami.



Matahari baru saja tampak oranye saat kami menuruni anak tangga, meninggalkan penginapan yang semalam kami tempati. Tepat pukul 6 pagi. Kami menghentikan sebuah angkot kuning yang masih jarang penumpang. Boleh dikatakan, hanya kami penumpang yang ke Situ Patenggang untuk berwisata. Sisanya hanya sang supir dan seorang Mamang yang ternyata berjualan di tempat wisata itu.
              
Celotehan Teni tentang napas kami yang tampak berenbun seperti di drama Korea membuat saya ingin tertawa. Perut kami yang telah diisi oleh gorengan yang dibeli Kak Lingga pagi buta tadi, cukup membantu menghalau rasa dingin akibat hembusan angin pagi itu. Pemandangan dari luar angkot menuju Situ Patenggang, sungguh memanjakan mata. Hamparan hijau kebun teh terbentang luas, berpayung langit biru cerah dan cahaya matahari yang perlahan membuat birunya langit semakin muda.
 
Ayo kite ke Batu Cinta
              
Karena angkot kami ikut mengantar masuk melewati gerbang, jadilah tiket masuk kami bayar melalui calo. Tak apa, sekali-sekali kami sedikit boros dalam perjalanan demi keamanan, pikir saya. Beruntungnya, daerah sekitar Situ Patenggang masih cukup sepi, sehingga saya bebas mengarahkan kamera ponsel saya kemana-mana. Ditambah dengan tawaran seorang tukang perahu yang bersedia mengantar kami menuju Pulau Asmara untuk melihat Batu Cinta, ditunggui, tanpa batas waktu, artinya kami bisa berlama-lama di sana nanti, sebab kami penumpang pertamanya hari itu.
              
Selentingan kabar mengatakan, jika datang mengunjungi Batu Cinta yang berada di Pulau Asmara, tepat di tengah Situ Patenggang, maka hubungan dengan pasangan yang kita ajak akan langgeng. Bukan mitos ini yang membawa saya untuk mengunjungi Situ Patenggang sebenarnya, namun lebih kepada rasa penasaran saya tentang sebuah batu yang disebut Batu Cinta tadi. Seperti apakah rupanya, sehingga muncul sebuah mitos serupa itu? Belum lagi legenda tentang Batu Cinta, tempat Ki Santang dan Dewi Rengganis bertemu setelah sekian lama. Dikatakan bahwa, air danau Situ Patenggang berasal dari derai airmata keduanya. Sementara versi lain mengatakan, saat bertemu kekasihnya, Dewi Rengganis minta dibuatkan danau dan perahu agar mereka dapat berlayar bersama.

Menuju Pulau Asmara dengan perahu

Inilah monumennya
 
Di sinilah Ki Santang dan Dewi Rengganis bertemu

Pemandangan dari atas bukit Pulau Asmara
             
Pulau Asmara di tengah Situ Patenggang ini tidak berpenghuni. Biasanya pengunjung diberi batas waktu untuk menikmati pemandangan di sekitar Batu Cinta. Lagi-lagi, saya beruntung karena datang lebih pagi.
 
Mari kembali ke seberang
              
Kembali ke seberang. Di sekitar Situ Patenggang, banyak sekali lesehan bambu yang bisa dipakai pengunjung untuk sekedar bersantai menikmati pemandangan danau dengan perahu warna-warni yang tertambat di tepian. Juga ada warung makan dan kios souvenir jika tidak ingin pulang hanya dengan membawa hasil jepretan kamera.


Perahu-perahu di tepian Situ Patenggang
Mari duduk-duduk sebentar di lesehan
              
Saya sempat membeli oleh-oleh untuk keluarga di rumah, sebagai ucapan maaf karena libur kali ini malah lebih memilih backpacking dibandingkan pulang. Meninggalkan Situ Patenggang dengan rasa penasaran yang sudah terpenuhi. Menikmati sentuhan hangat matahari pagi Ciwidey, sembari mengucap syukur akan pemandangan indah yang menghilangkan kepenatan saya beberapa waktu kemarin. Apalagi yang kurang membahagiakan dari sebuah perjalanan yang menyenangkan?


Komentar

  1. Batu cinta, tak kira batunya gambar hati, hihiihi

    Akkk, paling enak ke sana bareng pasangan ya, Mbak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, batunya nggak berbentuk hati, tapi penuh legenda. Katanya sih begitu, kalo datang sama pasangan, nanti jadi langgeng.

      Hapus
  2. Waaa,ada batu cinta.....
    Asyik dan adem ya mbak tempatnya, yach,.. namanya dekat dengan situ/sungai, pasti hati jadi tentrem denger percikan airnya, .hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya tentram banget di sana, apalagi kalo pagi pagi dan masih sepi. Duduk duduk sambil mandangin matahari terbit.

      Hapus
  3. Ya ampun, udah lama banget nggak ke sini. Pemandangannya bagus ya, Cha ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya banget Teh, bagus dan sejukkkk banget, Teh.

      Hapus

Posting Komentar