Banyak
yang bilang film ini nggak bagus. Buat saya, film ini juga mudah ditebak.
Terlalu banyak yang mudah dibaca kejadiannya, seperti pertemuan nenek Elise
Rainier dengan suaminya Jack Rainier saat mau menyelematkan jiwa Quinn Brenner.
Sudah sejak awal saya menduga kalau kakek Jack pastilah The Man Who Can’t
Breathe yang menyamar. Belum lagi nenek Elise yang nggak lagi takut mati,
karena dia sudah berdiskusi dengan Carl lebih awal. Kalau scene curhatnya
dipindahin waktu si Quinn lagi kerasukan parah, kayaknya bakalan lebih seru.
Belum lagi waktu putarnya yang rasanya cuma sebentar.
|
kapanlagi.com |
Terus
modus Quinn Brenner yang menghubungi dunia gelap cuma karena ingin menemui
ibunya, Lilith Brenner, sampai meminta tolong nenek Elise, dan ... ketahuanlah
keberadaan si The Man Who Can’t Breathe itu.
Lagi-lagi, karakter yang menarik
perhatian saya malah yang scene-nya selalu sedikit. Nenek Grace, tetangga
keluarga Brenner yang dianggap aneh. Sebelum kematiannya, dia sering menegur
Quinn, juga menuturkan keberadaan The Man Who Can’t Breathe yang tinggal di
lubang angin. Duh duh, merinding. Saya pikir nenek Grace bakalan hadir di dunia
gelap dan terus ngasi peringatan ke Quinn, eh ... malah udaha.
Tetapi, tetap saja saya punya
scene favorit kok. Saya dibikin teriak sama kemunculan The Man Who Can’t
Breathe yang pertama kali. Quinn yang kakinya sedang dipasangi gips karena
kecelakaan – yang juga disebabkan The Man Who Can’t Breathe – sampai jatuh ke
lantai, terus mau teriak juga udah nggak bisa. Demiii ... kemunculan si setan
bermasker oksigen itu bikin kaget akut. Benar-benar berasa diteror. Mulai dari muncul
dari jendela, bawah tempat tidur, pintu kamar yang ditutup, laptop yang dilipat,
sampai kamar si Quinn gelap total. Untungnya dia bisa teriak dan mancing kehadiran
ayahnya. Coba kalau nggak ... langsung diambil semua tuh jiwanya Quinn. Tamat deh.
Ada juga scene yang bikin
terharu, waktu Lilith Brenner hadir untuk menyelamatkan putrinya, setelah
dipanggil nenek Elise. Juga di akhir kisah, waktu nenek Elise mengisahkan kehadiran
Lilith di audisi teater Quinn.
Buat saya, film ini bolehlah
ditonton. Syaratnya, ambil jadwal nonton malam. Semakin malam, semakin
terbawalah sama suasananya.
Konsisten di scarejump ya.. Tapi, kayaknya kurang setimpal sama harga tiketnya.. Nonton enggak ya..
BalasHapusHai Gary,. Iya Gary, Insidious memang scarejump-nya 'terjaga'. Dicoba nonton aja dulu Gary, siapa tau sudut pandangmu sama sudut pandangku beda. :)
HapusSaya masih merasa Insidisious yang pertama masih yg paling bagus karena plotnya menyentuh (hubungan ayah-anak) dan menyodori banyak kejutan (perihal kemunculan setannya).
BalasHapusTapi bukan berarti Insidisious 3 ini jelek. Ada pesan moral yg saya tangkap yaitu "Jangan bengong pas nyebrang jalan" :D
Iya, jangan bengong kalo nyebrang jalan. Ketabraknya mantap juga ya. :)
HapusAku liat hantunya ingetnya Dobby pala Voldemort --'
BalasHapusWahahaha, si 'The Man Who Can't Breathe' disamain sama 'You Know Who'. Wupz, jangan sebut namanya, nanti dia bisa datang. *kalau kata anak anak Hogwart. :D
Hapus