Novel Once in a Moon dan Sepasang Gajah Sumatra Di Sampulnya

Insidious 3

Banyak yang bilang film ini nggak bagus. Buat saya, film ini juga mudah ditebak. Terlalu banyak yang mudah dibaca kejadiannya, seperti pertemuan nenek Elise Rainier dengan suaminya Jack Rainier saat mau menyelematkan jiwa Quinn Brenner. Sudah sejak awal saya menduga kalau kakek Jack pastilah The Man Who Can’t Breathe yang menyamar. Belum lagi nenek Elise yang nggak lagi takut mati, karena dia sudah berdiskusi dengan Carl lebih awal. Kalau scene curhatnya dipindahin waktu si Quinn lagi kerasukan parah, kayaknya bakalan lebih seru. Belum lagi waktu putarnya yang rasanya cuma sebentar. 


review-film-insidious-3
kapanlagi.com
                
Terus modus Quinn Brenner yang menghubungi dunia gelap cuma karena ingin menemui ibunya, Lilith Brenner, sampai meminta tolong nenek Elise, dan ... ketahuanlah keberadaan si The Man Who Can’t Breathe itu.

Lagi-lagi, karakter yang menarik perhatian saya malah yang scene-nya selalu sedikit. Nenek Grace, tetangga keluarga Brenner yang dianggap aneh. Sebelum kematiannya, dia sering menegur Quinn, juga menuturkan keberadaan The Man Who Can’t Breathe yang tinggal di lubang angin. Duh duh, merinding. Saya pikir nenek Grace bakalan hadir di dunia gelap dan terus ngasi peringatan ke Quinn, eh ... malah udaha.

Tetapi, tetap saja saya punya scene favorit kok. Saya dibikin teriak sama kemunculan The Man Who Can’t Breathe yang pertama kali. Quinn yang kakinya sedang dipasangi gips karena kecelakaan – yang juga disebabkan The Man Who Can’t Breathe – sampai jatuh ke lantai, terus mau teriak juga udah nggak bisa. Demiii ... kemunculan si setan bermasker oksigen itu bikin kaget akut. Benar-benar berasa diteror. Mulai dari muncul dari jendela, bawah tempat tidur, pintu kamar yang ditutup, laptop yang dilipat, sampai kamar si Quinn gelap total. Untungnya dia bisa teriak dan mancing kehadiran ayahnya. Coba kalau nggak ... langsung diambil semua tuh jiwanya Quinn.  Tamat deh.

Ada juga scene yang bikin terharu, waktu Lilith Brenner hadir untuk menyelamatkan putrinya, setelah dipanggil nenek Elise. Juga di akhir kisah, waktu nenek Elise mengisahkan kehadiran Lilith di audisi teater Quinn.

Buat saya, film ini bolehlah ditonton. Syaratnya, ambil jadwal nonton malam. Semakin malam, semakin terbawalah sama suasananya. 

Komentar

  1. Konsisten di scarejump ya.. Tapi, kayaknya kurang setimpal sama harga tiketnya.. Nonton enggak ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Gary,. Iya Gary, Insidious memang scarejump-nya 'terjaga'. Dicoba nonton aja dulu Gary, siapa tau sudut pandangmu sama sudut pandangku beda. :)

      Hapus
  2. Saya masih merasa Insidisious yang pertama masih yg paling bagus karena plotnya menyentuh (hubungan ayah-anak) dan menyodori banyak kejutan (perihal kemunculan setannya).

    Tapi bukan berarti Insidisious 3 ini jelek. Ada pesan moral yg saya tangkap yaitu "Jangan bengong pas nyebrang jalan" :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, jangan bengong kalo nyebrang jalan. Ketabraknya mantap juga ya. :)

      Hapus
  3. Aku liat hantunya ingetnya Dobby pala Voldemort --'

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahahaha, si 'The Man Who Can't Breathe' disamain sama 'You Know Who'. Wupz, jangan sebut namanya, nanti dia bisa datang. *kalau kata anak anak Hogwart. :D

      Hapus

Posting Komentar