Semakin jarang bertemu, semakin rindu.
|
Mama Papa Tersayangnya Acha |
Ini
tahun kedua, saya harus melalui Ramadhan sendirian. Sebenarnya jarak dari rumah
ke kota Jakarta ini nggak jauh-jauh amat. Cukup ditempuh dengan waktu 2 jam
lebih sedikit, saya sudah bisa sampai di rumah dan bisa jadi, Ramadhan saya
akan dipenuhi waktu-waktu sahur yang menyenangkan bersama Mama, Papa, juga
adik-adik saya. Tetapi saya ini agak sedikit ‘bandel’ untuk urusan pulang ke
rumah sejak bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta Selatan. Bukan
apa-apa. Saya cuma punya masalah ‘gengsi’ dan saya sudah janji pada diri saya
sendiri, untuk mandiri. Apalagi, sebagai anak sulung, saya anti dilihat manja
oleh adik-adik saya. Berbeda kalau saya jarang pulang, semuanya akan memanjakan
saya karena selama berpisah, kami cuma mengobrol melalui BBM dan WA. Anggap
saja ini salah satu modus saya untuk bisa dimanja keluarga.
Siapa
bilang saya nggak rindu rumah? Oh, sangat. Bahkan kalau boleh lebay, semua
takjil yang saya makan untuk berbuka, nggak senikmat kolak pisang buatan Mama. Saya
mensiasati kekangenan saya akan rumah dengan berkumpul bersama teman-teman
kantor. Setiap sore, merekalah yang menemani saya berbuka puasa.
|
Takjil Dadakan |
Berbagai
jenis takjil kami beli secara patungan. Minuman pun kami buat sendiri dan kami nikmati
bersama. Disusul dengan shalat magrib berjamaah, bahkan pergi tarawih ke masjid
beramai-ramai. Ada suasana menyenangkan lain yang saya temukan. Bahwa, keluarga
bukan hanya tentang orang-orang yang saling berhubungan darah, tetapi senasib
sepenanggungan.
Sementara
untuk urusan sahur, saya punya beberapa teman kos andalan. Setiap pukul 3 pagi,
ada saja yang mengetuk pintu kamar saya dan mengajak sahur bersama. Biasanya saya
kebagian jatah masak nasi. Sementara yang lain membeli lauk. Nah ... dengan
begini, Ramadhan saya nggak sepi. Anggap saja saya mengurusi urusan makan sahur
keluarga kecil yang isinya gadis-gadis besar. Hehehe ....
Tapi
... semuanya memang beda kalau saya melewati waktu Ramadhan di rumah.
Lagi-lagi, saya yang ‘bandel’ ini sebenarnya rindu pulang, setengah mati. Hanya
saja ... kebandelan saya membuat saya pantang pulang terlalu sering demi
mendapat waktu bermanja-manja lebih lama. Biar saya paham rasanya tinggal jauh
dari orangtua, dan saya tahu, bagaimana rasanya rindu rumah. Beruntungnya saya,
walaupun tinggal jauh dari rumah, obrolan dengan Mama Papa masih selalu nggak
ada habisnya. Begitulah orangtua tercinta saya.
Saat Ramadhan itu memang identik menghabiskan waktu dengan keluarga :)
BalasHapusIya Teh. Ramadhan itu paling asik kalo sama keluarga.
Hapus