|
Schmutzer Ragunan Pagi Hari |
Katanya
...
primata
itu mirip sekali dengan manusia. Bahkan menurut
teori evolusi Darwin, manusia
yang sekarang merupakan evolusi dari primata. Ya ... walaupun saya nggak
meyakininya sebab Tuhan memang sudah menciptakan manusia sebagai makhluk yang
sempurna karena memiliki akal. Bukan begitu? Nah, untuk menyadari banyaknya
perbedaan itu ... saya mengiyakan ajakan teman-teman saya untuk mengunjungi
Schmutzer
di
Kebun
Binatang Ragunan.
|
Teman Jalan-Jalan |
Jakarta
di pagi hari, saat jam digital di smartphone saya menunjukkan pukul setengah
tujuh pagi. Matahari memang sudah tinggi, tapi minggu pagi di bilangan Cipete
nggak seramai di hari-hari sibuk, sehingga saat berjalan keluar dari kos, saya,
Rara, dan Fani, asik menikmati udara hangat yang jarang-jarang bisa kami
nikmati. Berselang lima menit, kami senang sekali menemukan Mba Ukhti yang
sudah bersedia menunggu agak lama di meeting point yang sudah kami janjikan.
Pagi
itu, kami menikmati sarapan kami di dalam angkot S11 yang lengang. Tumben kan,
Jakarta sepi? Sepertinya banyak orang yang memilih untuk berdiam saja di rumah,
bermain ke daerah Puncak, atau mungkin ikut menyemut di car free day sehingga
Jakarta Selatan arah Pasar Minggu jadi tenang. Tetapi ... jeng
jeng, di dalam bus transjakarta banyak juga remaja tanggung yang berkaos dan
bersepatu olahraga. Hmm, ok, daerah Ragunan memang sering dijadikan tempat untuk
berolahraga pagi warga Jakarta juga sih.
Tepat
pukul setengah delapan pagi, saya, Rara, Fani, dan Mba Ukhti sudah berdiri
mengantre di loket masuk Kebun Binatang Ragunan. Pas sekali, kebetulan loket
pembelian tiketnya baru saja di buka. Lagi-lagi, udara di pagi hari Jakarta itu
masih bersahabat. Walaupun rasanya cukup hangat, tapi masih bisa dianggap
menyenangkan. Nah, dalam petualangan setengah hari kali ini, Fani yang sengaja
kami pilih sebagai guide. Tentu saja
karena saat kuliah beberapa waktu lalu, Fani pernah menjadi relawan untuk
mengurusi orangutan
di Kebun Binatang Ragunan. Duh, senangnya bisa jalan-jalan sama yang sudah
punya pengalaman untuk di-share
habis-habisan.
|
Mba Ukhti, Fani, Rara |
|
Pusat Primata Schmutzer |
Saran
dari Fani untuk kamu yang ingin mengunjungi Kebun Binatang Ragunan di hari
minggu pagi, sebaiknya kamu jangan langsung berkeliling menjenguk hewan-hewan
lainnya, tetapi mulailah dari Schmutzer. Kenapa? Arus pengunjung di Schmutzer
makin siang akan makin ramai, sehingga kamu terancam kurang bisa menikmati
suasana. Untungnya, memasuki kawasan perawatan primata ini, kamu diwajibkan
untuk membeli tiket lagi, sehingga jarang ada yang memutuskan untuk mampir ke
Schmutzer lebih dulu. Hmm ... buat saya, bagus sekali. Semoga tiket masuk yang
saya beli bisa menjadi tambahan biaya untuk merawat para primata.
Berkeliling
di pusat perawatan primata, membutuhkan konsentrasi dan tenaga yang lumayan.
Tetapi tingkah polah para satwa sesekali akan membuatmu tertawa geli. Hanya
saja, ingat ya, jangan melemparkan makanan ringan pada mereka. Pola makan dan
asupan makanannya kan sudah diatur oleh pihak pengelola.
|
Gorilla 'Kimbo' |
|
Orangutan |
|
Monyet |
|
Kura-Kura |
Datang
ke Schmutzer, jangan pikirkan satwa apa saja yang sudah kamu jenguk ... tapi
nikmati suasananya, itu sudah sangat cukup. Ocehan Owa, Gorila yang malu-malu, Orangutan
yang doyan makan, Monyet yang nggak bisa diam, Simpanse,
dan masih banyak lagi, termasuk saya menemukan sepasang kura-kura yang bikin
saya mendadak baper dan hati saya berbisik, “Kura-kura saja punya pasangan,
nggak mungkin banget kalau saya nggak akan berhasil menemukan jodoh saya. Duh,
baper.”
|
The First Director of Ragunan Zoo |
Selain
itu, sebaiknya kita semua berterima kasih kepada Benjamin Galstaun sebagai The
First Director of Ragunan Zoo (1965 – 1978) sehingga hingga hari ini kita semua
bisa belajar mengenai dunia satwa di Kebun Binatang Ragunan. Sayangnya, jumlah
pengunjung yang selalu saja membludak di siang hari menimbulkan banyaknya
sampah yang bertebaran, padahal pengelola sudah menyediakan tempat khusus untuk
pengunjung membuang sampah. Belum lagi keadaan ramai yang seringnya membuat
saya jadi susah menikmati suasana. Haduh haduh, tempat liburan murah memang selalu
memancing kedatangan banyak pengunjung ya. Makanya, perlu diingat, berwisata
bukan berarti kamu bisa bersikap seenaknya di tempat wisata tanpa memperhatikan
kebersihan ya. Nggak perlu banyak bicara, cukup kita mulai dari diri kita
sendiri dulu saja. Perilaku seperti itu kan ... (maaf) mirip dengan primata
yang nggak paham bedanya sampah dan makanan. Apa butuh dijaga juga?
Tuh
kan, akhirnya kesimpulan norak saya tentang bedanya manusia dengan primata
malah ujung-ujungnya tentang membuang sampah yang baik dan benar. Btw, kalau
kamu mengunjungi pusat perawatan primata, satwa apa yang sangat ingin kamu
jenguk? Kenapa?
Setuju banget,
BalasHapusManusia pertama di ciptakan dengan sempurna dan memiliki akal.
Asek ya yg jalan2.. gak ngajak2. *ehh
Wkwkwkwkwk ... mau diajak banget? *eh
Hapusiya bener, manusia diciptakan sempurna dan memiliki akal, kalaupercaya teori darwin, perlu dipertanyakan hahaha :v
BalasHapustapi mbak, kalau ngomongin primata, gue lebih suka liat gorilla. gagah dia, dari pada monyet, kadang kampret moyet mah :3
Wkwkkwk kwnapa ya kalo monyet suka dikatain kampret?
HapusIya tuh, kalo percaya teori Darwin perlu dipertanyakan.
Waaah itu gak jauh dari rumah saya loh, Mbak. Saya sendiri tinggal di Pasar Minggu soalnya. Eh enggak sendiri juga sih ya haha.
BalasHapusSetuju banget kita itu udah diciptakan dalam sebaik baiknya wujud. Seharusnya kita penuh syukur akan nikmat Tuhan tersebut.
Sama kayak bang Erdi. Lebih suka liat gorilla karena kegagahannya sih.
Walah pada suka sama Gorilla ya. Btw Gorilla yang namanya Kimbo di Achmutzer ini emang bawaannya tenang pula.
Hapusgue masih inget pas ngajakin temen gue ke kebun binatang, eeh dia bilang "mau ketemu saudara loe, atau mau nyamain muka." kampret bener temen gue tuh.
BalasHapusini nih liburan murah meriah tapi ngak kalah seru juga. kebun binatang ragunan, cuma sering gue lihat di tipi. yaa jelas gue lihat dari tipi lah, jauh banget dari sini tapi kalo mau ngajakin kesana sih ayok :D keberadaan kebun binatang emang penting, disamping sebagai tempat rekreasi bisa juga sebagai tempat opservasi hewan agar tidak punah. keren deh kebun binatang ragunan.
kalo primata sih gue suka ama tuh yang udah difilmkan, eehh banyak yaa. ituloh yang gede kayag gorila *emang gorila itu* gagah gitu kelihatannya. keren deeh, tapi yang lain ngak kalah kok.
Hahaha ... parah banget temennya, bilang mau nyamain muka. Jangan jangan temen kamu masih percaya teori evolusi Darwin ya. Hihihi ....
HapusEh, Mbak. Ngomong-ngomong remaja tanggung itu gimana sih ciri-cirinya? Gue jadi penasaran. Hahaha.
BalasHapusSatu hal yang gue salut dari Mbak adalah, tidak merasa keberatan ketika harus membayar lagi untuk memasuki kawasan perawatan primata. Tidak banyak orang yang berfikiran seperti Mbak.
Jujur, gue sama sekali belum pernah ke kebun binatang. Entah apa rasanya. Mungkin, nanti sesekali gue akan mengunjungi kebun binatang yang ada di Pekanbaru ini. Kalau mau ke akarta mah, kejauhan. Hahaha.
Wah, di Pekanbaru ada Kebun Binatang? Asik tuh diceritain buat bahan nge-blog.
HapusBtw, remaja tanggung itu seumuran SMP gitu. Mau dibilang remaja, masih kayak anak-anak. Mau dibilang anak-anak, tapi penampakannya udah remaja.
Kok gue jadi ikut2an pensaran, ya. Sama misteri Remaja Tanggung.:D "Kasi tau ciri-cirinya dong kakak.."
BalasHapusEhm, ini sudah jelas banget manusia diciptakn dengan kesempurnaan akalnya. SO, kenapa Teori Darwin sejak dulu gue gak percaya. Bahkan, zaman SD gue malah mikir? "Kalo gue dari monyet? Artinya semua keluarga gue pernah jadi monyet dong!!"
Akhirnya gue nanya sama Nenek gue. Eh, mereka jawab, di sejarah dulu, gak ada teori seperti itu. Pasti itu kerjaan si Darwin aja, biar terkenal dan masuk di buku pelajaran. "Dasar Darwin."
Di tempat gue ada juga kebun bintang mbk, tapi ya gitu. Gak sekeren di situ... Gak terawat lagi..
Remaja tanggung-nya udah dijawab di komen atas ya Mas Heru. Nah, Ragunan juga sebenarnya belum semua bagiannya keren dan lumayan terawat, cuma di Schmutzer nya aja yang lebih baik daripada tempat pemeliharaan hewan yang lainnya.
HapusBtw, setuju banget sama Nenek nya kamu.
Wah kebun binatang ya. Lubuklinggau nggak ada kebun binatangnya. kapan ya aku bisa ke sana :D
BalasHapusCulik aku lah, culik!
Ciyeeee Hadi ... pengen diculik banget buat ke Jakarta. Wkwkwkwk ... ayolahhh.
Hapuswah ragunan.. udah nggak pernah kesitu lagi, terakhir udah lama banget.. waktu sd kali terakhir saya kesitu. dan saya juga masih lupa, itu yang saya kunjungi ragunan atau safari yak? :")
BalasHapusbelum pernah ketemu orang utan secara langsung, dan pingin sih...
Wkwkwkwkwk ....
HapusKamu di Jakarta kan Jev? Berarti bolehlah sekali-kali kamu main ke Schmutzer biar ga penasaran sama orangutan.
Tiket masuk ke ragunan berapa sih? Kemarin mau kesana tapi gak jadi gara-gara dipaksa ke Bandung :(
BalasHapusYang pastinya pengin ngelihat Gorila! Kalo orangutan, monyet, simpanse udah sering di sini :D
Wkwkwkwk ... waduw, kok udah sering liat yang selain Gorilla? Hehehe ...
HapusHumph, pokoknya untuk tiket tiketnya ga sampe habisin uang 25K kok.
Hihihi... gitu ya Mbak, bisa baper liat kura-kura berdua aja :D
BalasHapusBtw kesadaran masyarakat soal buang sampah pada tempatnya emang masih rendah sekali ya Mbak, di Indonesia ini. Hemm... sedih :(
Hehehe ... iya Mba. Secara umur kura kura kan panjang, terus kemana mana berdua sama pasangannya. Gimana saya nggak mendadak baper coba?
HapusIya nih. Kalau ga dimulai dari generasi kita, kapan lagi sikap tertib buang sampah bakalan mendarah daging?
klo kesana pasti pengen liat gorila makan.. kan emang itu yg paling diminati heheheh
BalasHapusHe em iya banget. Pas jam Gorilla diberi makan, emang banyak yang penasaran.
HapusWaah ragunan, wahhh monyeeet. Sukaaaak. Ahhh, kapan kesini yah. Tapi jalan jalan je kalimantan, mbak. Monyet banyak, tapi liar. Kalo bawa pisang, kadang suka rusuh
BalasHapusWalahhhh monyet di Kalimantan kok serem ya. Hehehe ... tapi alam Kalimantan masih keren banget, by the way.
Hapus