Novel Once in a Moon dan Sepasang Gajah Sumatra Di Sampulnya

The Colour of Fine Art and Ceramic Museum Kota Tua Jakarta

Fine Art & Ceramic Museum

Saya sudah sering ke Kota Tua Jakarta. Mondar-mandir di sekitar halaman depan Museum Fatahillah yang menjadi ikon Kota Tua, sambil kipas-kipas atau malah jalan dengan sedikit melompat karena panasnya lantai di lapangan itu. Huwaaa .... But i have a big secret that, this is my first time mampir ke Museum Keramik. Ssstt ... selama ini sih saya cuma lewat atau sekedar duduk santai di halamannya yang berumput. Bukan karena nggak penasaran dengan berbagai koleksi yang ada di dalam, tapi lebih kepada ... selalu gagal dapat kesempatan.



Menikmati Sejarah

Nggak nyangka, akhirnya kesempatan itu datang juga. Hmm, ternyata ... kesempatan itu memang harus diciptakan sih ya. Siang itu, saya, Rara, dan juga Kak Rina bisa mampir sebentar di museum yang penuh warna ini. Baru masuk saja, kami sudah disambut rak-rak kaca yang memajang berbagai koleksi alat lukis, gambar, dan lainnya. Mengingatkan saya kalau saya belum menyelesaikan misi untuk mewarnai satu buku My Own World yang saya miliki beberapa bulan lalu. Museum ini juga memajang berbagai replika lukisan para pelukis mancanegara dan lokal.

Lukisan Beraliran Mooi Indie yang Muncul di Awal Abad Ke-20
 Menggambarkan Keindahan Hindi (Indonesia)

Tempatnya nggak terlalu luas untuk di jelajahi, terutama yang berada di lantai atas dan dipenuhi dengan berbagai lukisan cantik di dindingnya. Udara di dalam ruangannya juga cukup hangat. Sebaiknya bawa kipas tangan kalau kamu datang untuk melihat-lihat ya. Selain itu, kamu juga perlu memperhatikan jumlah orang yang lalu lalang di tangga, sebab tangga melingkarnya nggak bisa dilewati oleh dua orang dewasa sekaligus, jadi ... harus bergiliran.

 
Lukisan 'Pemandangan' Karya R.M. Pirngadi 1947
Di museum ini, saya menemukan lebih banyak koleksi lukisan dari berbagai era. Ada lukisan yang penuh warna, sehingga saya tersenyum senang saat memandanginya. Ada juga lukisan ‘Pemandangan’ karya R.M. Pirngadi yang membawa saya pada imajinasi tentang suatu senja, dimana seorang gadis sedang berjalan sendiri menikmati angin, memikirkan kekasihnya yang jauh di sana. Lukisan ini dibuat pada tahun 1947. Aih ... saya memang senang berimajinasi tiap melihat gambar atau lukisan.

Lukisan 'Urbanisasi' Karya Dede Eri Supria 1977

Ada juga lukisan yang berjudul ‘Urbanisasi’ karya Dede Eri Supria yang dilukis pada tahun 1977. Bagi saya, lukisan ini seperti hidup. Ukurannya yang cukup besar dan letaknya benar-benar di sudut sehingga sedikit terhalang oleh cahaya matahari, membuat saya berpikir, mungkin begitulah urbanisasi ya. Banyak orang yang ujung-ujungnya malah terpinggirkan oleh kehidupan di perkotaan.

Keramik Indonesia

Mangkok Keramik dari Tiongkok

Patung Keramik Putih dari Tiongkok

Selanjutnya, saat saya menjelajahi galeri yang lain, saya menemukan banyak sekali guci, mangkok, patung, dan semuanya terbuat dari keramik. Pantas saja museum ini lebih dikenal sebagai museum keramik ya. Kebanyakan keramiknya berasal darri tanah Tiongkok. Ada pula keramik yang asli dari Indonesia. Bahkan di taman dalamnya, ada beberapa alat untuk membuat keramik yang diletakkan diletakkan menghadap ke taman.

Di museum ini, saya dimanjakan oleh banyaknya warna warna lukisan. Ada yang sendu, ada juga yang ceria. Juga berbagai pajangan keramik yang didominasi oleh warna putih. Kamu mau coba datang kemari? Sebaiknya kamu datang di pagi hari, agar kamu bisa menjelajah museum ini lebih lama dan leluasa.


Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, senangnya postingan aku malah memicu ide kak Andrian untuk ngajak istri jalan-jalan. Semoga kakak dan istri, bisa seru seruan di Kota Tua ya.

      Hapus
  2. wah? baru tau ada museum itu. terakhir saya ke kota tua, mainnya di rumah akar. jarang masuk museum sih, lebih asik jalan2 di sekitar kotu. tapi terlihat asik sih museumnya yak... hohoho

    BalasHapus
  3. Aku sering ke kotu, tapi baru sekali ke museumnya. Itu juga ke museum wayang gara-gara ada tugas sekolah, kalau engga mungkin aku ga pernah ke sana.

    Lukisannua bagus-nagus yaa, memanjakan mata banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nahhh, sekali kali masuk museum deh, biar ngedapatin sensasi berbeda.

      Hapus
  4. kayaknya kota tua jadi tempat favoritmu ya cha. udah beberapa kali ini kamu ngepost kota tua, tapi aku suka, soalnya belum pernah kesana cha :D
    kalau liat foto-fotomu itu kayak kembali ke masa era 90-an, aku suka cha sama keramiknya, ngingetin masa kecilku dulu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Pit. Soale tempat jalan jalan di Jakarta selain mall atau cafe ya museum Pit.

      Masa kecilmu sama keramik yang kayak gimana Pit? Ceritain dong.

      Hapus
  5. waktu ke Kota Tua kok aku gak ngeliat musium ini ya, apa kerena tempatnya pisah sama gedung2 tua itu. duh apa sih namanya lupa haha

    lukisan senja itu keren banget. banyak makna yang terkandung keknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tempatnya di samping Museum Fatahillah dan lebih dekat sama Kantor Pos.

      Iya. Aku paling suka sama lukisan pemandangan senja itu juga.

      Hapus
  6. Iyap banget Mba. Anak muda harus suka main ke museum. Semoga bisa segera jalan-jalan ke Jakarta lagi ya Mba.

    BalasHapus
  7. Wah Widya belum pernah kesini. Jadi penasaran mbak hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayooo Wid.

      Semoga kamu bisa segera mengunjungi museum keramik di kota tua jakarta ya. Aamiin.

      Hapus
  8. Lama banget pengen ke kota tua, tapi belum kesampaian juga, hikss

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga bisa segera kesampaian untuk mampir ke Kota Tua ya Mba. Aamiin.

      Hapus

Posting Komentar