Novel Once in a Moon dan Sepasang Gajah Sumatra Di Sampulnya

Menuju Ponorogo : Perjalanan yang Sedikit Gila

Ponorogo. Kota Reog. Saya nggak pernah terpikir bisa mengunjungi kota kecil di Jawa bagian Timur ini sedari dulu. Menikmati perjalanan yang ... rasanya seperti ikut-ikutan pulang ke kampung halaman, padahal jelas-jelas saya nggak punya darah Jawa. Tetapi menemani Nurul Djanah, sahabat yang begitu saya kagumi sejak kami sama-sama mengikuti ajang Indonesian Model United Nation di departemen UNESCO pada 2011 lalu, serta Nurul yang super keren karena jago nge-speech ini, mengajak saya berpetualang menemukan suasana yang ... hmm ... boleh saya sebutkan sebagai sebuah perjalanan yang mengembalikan saya ke bumi?


Kabur dari padatnya pekerjaan dan juga kejaran dari setumpuk tugas yang dititipkan oleh atasan saya di kantor, membuat saya bisa sedikit bernapas lega dan merasa menjadi seorang manusia. Bayangkan saja, saya yang terbiasa bangun di pagi hari dengan mata menerawang menatap langit-langit kamar kos saya, kemudian malas-malasan membuat menu sederhana untuk sarapan pagi, sok menyibukkan diri dengan ini itu – yang sebenarnya lebih banyak saya habiskan dengan menikmati celotehan para netizen di social media – kemudian melewati waktu 8 jam dan sesekali labih, sebelum kembali pulang untuk bersantai – lalu lagi-lagi menikmati celotehan para netizen sebagai spy alias silent reader – dan barulah saya terlelap. Hidup macam apa ya itu? Kehidupan yang kurang baik bagi seorang single, bukan? Apalagi masih belum diijab kabul lho. Monoton. Hingga hari Minggu hanyalah sepenggal waktu yang saya manfaatkan untuk bobo siang.

Kala itu, hingga jam 10 malam, saya masih terkungkung pada meja kerja saya di kantor. Diawasi dua atasan saya yang menjanjikan, jika saya bisa menyelesaikan pekerjaan saya malam itu juga, maka keesokan harinya, cuti saya mendapat acc. Demi apapun ... saya memperjuangkan cuti saya yang jarang-jarang itu. Saya memaksa diri saya untuk nggak mengantuk, hingga dengan nekad yang ‘nggak bakalan saya lakukan kalau sedang selow’, saya pulang ke kosan untuk merapikan barang-barang saya, kemudian meluncur dengan cantiknya bersama supir taxi menuju Stasiun Senen menjelang pukul setengah 12 malam. Hallo Jakarta, saya mendadak menjadi anak gadis yang bikin Papa saya menarik napas dalam akibat tingkah ajaib saya malam itu.

Senangnya, selama perjalanan, ada chat-chat menyenangkan dari someone ... gebetan -- dan alhamdulillah sekarang sudah jadi partner yang senang mengajak saya kemana-mana ... its mean, he bring me to become a real girl again – yang mengajak saya sesekali tersenyum di bangku belakang taxi yang saya tumpangi.

Di Stasiun Senen Bareng Nurul Djanah

Baru pulang kerja. Yap, benar-benar pulang kerja. Muka kurang tidur hampir selama seminggu. Kucel. Bersama gembolan seadanya, saya gembira sekali menemukan wajah Nurul Djanah yang menanti saya dengan cemas. Jujur saja, saya sangat ... sangat sangat hampir putus asa dan berniat menangis semalaman di kamar kos saya, ketika perjalanan ini bisa saja ... dengan sangat berat hati ... saya batalkan di detik-detik terakhir akibat pekerjaan saya yang membuat saya dijaga ketat dua atasan saya untuk nggak menghilang kemana-mana. Thanks so much for you, Dear, sudah setia menunggu dan menyemangati saya agar bisa menghirup udara segar yang berbeda keesokan paginya.

Mungkin ... Nurul paham kalau saya sangat lelah malam itu. Saya mendapati dia menyelimuti saya. Membantu saya merasa lebih nyaman ketika harus melewati istirahat malam saya di kereta tujuan Stasiun Madiun. Saya begitu berterima kasih pada travelmate saya yang satu ini. Saya merasa, ada begitu banyak waktu yang saya lewati bersamanya, kemudian saya menyusahkannya selama kami berada di Ponorogo. Bahkan pada trip kami yang sebelumnya, saya sesekali merasakan perasaan yang sama. Rasanya ... saya terlalu manja sebagai seorang anak gadis. Manja dan sedikit keras kepala. Sementara Nurul Djanah merupakan sosok yang penyabar, persis seorang kakak pada adiknya yang selalu ingin tahu banyak hal.

Memasuki wilayah Jawa Timur ... matahari semakin meninggi, dan laju kereta tetap stabil namun sudah banyak penumpangnya yang turun. Pagi yang menyenangkan, sebab saya mendapati matahari pagi yang berbeda dari biasanya. Saya masih mengenakan setelan blazer dan kemeja, khas pakaian kerja saya setiap harinya, namun berada di gerbong kereta menuju sebuah perjalanan lahir dan juga memperkaya batin saya. Lagi-lagi, sejujurnya, perjalanan inilah yang kemudian mengubah arah pandang saya tentang kehidupan yang saya impikan. Saya mendadak ingin berhenti mengejar jenjang jabatan di Divisi Digital, tempat saya mengabdi. Saya ingin punya kehidupan yang lebih berwarna dari sekedar pergi pagi pulang senja, lalu hanya melaluinya dengan banyak imajinasi dan dibayar tanpa saya bisa menikmati hasilnya dengan hati riang. Mungkin begitu jadinya, jika terlalu memforsir diri untuk bekerja ya.

Stasiun Geneng

Akan Menuju Madiun dari Geneng

Ketika kereta yang saya dan Nurul Djanah tumpangi  berhenti sebentar di Stasiun Geneng, langit perlahan mendung. Saya disapa oleh suara teng teng teng teng, lonceng di stasiun kecil yang klasik sekali. Bangunan tua yang masih tampak kokoh. Latar kebun di sekeliling stasiun yang seolah menarik saya pada masa lalu, seperti berada di jaman awal setelah kemerdekaan. Stasiun ini nampak sepi. Namun hati saya mendadak terasa lapang. Saya benar-benar seperti seorang anak rantauan yang seumur-umur sudah nggak pulang ke kampung halaman. Ada perasaan betah, tenang, ahh ... inilah bumi itu, tempat ternyaman yang membuat saya lupa dengan banyaknya notifikasi yang masuk ke smartphone saya dan menanyakan mengenai pekerjaan kantor. Mulai pagi itu, saya me-mute group whatsapp kantor, termasuk nggak mengunjungi social media. Hhh ... saya bisa bernapas lebih dalam, lebih nyaman, lebih tenang dari biasanya.

Meninggalkan Stasiun Geneng, hujan pun menderas. Saya yang pluviophile ini, menikmati tiap tetesan air yang menabrak jendela gerbong dalam diam. Saya berdoa. Bukankah, doa yang dipanjatkan saat hujan turun dengan derasnya akan dikabulkan? Maka saya teringat partner saya – yang dulu masih jadi gebetan – semoga dia selalu sehat, bahagia, dan diberkati masa depan yang gemilang. Saya menengoki Nurul Djanah yang bersandar lelah di depan saya, menikmati raut wajah cerdasnya, lalu dalam hati mengucap begitu banyak syukur karena mengenalnya. Terakhir, saya mengingat diri saya, Mama Papa, juga karir saya. Hmm bukankah saya pernah berjanji pada diri saya sendiri untuk lebih loyal pada karir, bukan pada kantor? Saya ingin berbahagia.

Hujan
Stasiun Madiun
 
Perjalanan di Mulau
Tiba di Stasiun Madiun, stasiun pemberhentian terakhir kereta kami. Saya menarik napas dalam demi menyadarkan diri saya, kalau siang itu, saya nggak sedang bermimpi. Saya benar-benar menginjakkan kaki di Stasiun Madiun, bukan di kamar kos atau meja kerja saya. Saya nggak sedang mengkhayal untuk melakukan traveling, tetapi saya benar-benar sedang traveling.



Komentar

  1. Sampe ditungguin 2 atasan :)))

    Kerasa ya kalo udah penat kerja, yang biasanya monoton begitu liburan, pasti kerasa bahagia. Emang bener, tiap orang butuh liburan biar gak stres :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi iya bangeeettttt ....

      Rasanya bisa liburan itu emang nyenengin.

      Hapus
  2. piknik emang perlu lah dilakuin sekali-sekali di tengah-tengah sumpeknya rutinitas pekerjaan. apalagi pikniknya bisa sampai ke luar kota kayak gitu, pasti rasanya bebas banget.

    hmm, itu sampe segitunya ya lembur hingga jam 10 malam. perjalanan di kereta pun masih make baju kerja. pasti tidurnya cuman waktu di kereta aja ya.

    yaa, meskipun perjalanannya lelah, tapi nanti pasti terbayarkan ketika sudah sampai tempat tujuan. selamat piknik!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama sama Maz.

      Banget. Rasanya bebas sebentar dari rutinitas itu nyessss.

      Hapus
  3. Perjalanan menggunakan kereta api itu memang sangat mengasyikkan mbak, selain murah juga bebas dari macet :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banget. Termasuk kereta api antar jarak jauh di Jawa yang mulai ngasih cukup kenyamanan.

      Hapus
  4. Hmmm...setelah penah kerja dan ditunggui 2 atasan, kerjaan harus kelar demi dapat acc cuti, perjuangan banget ya hehehee
    Btw siapa tuh someone?? Tulis di blog juga dong :)
    Enak ya naik kereta sampai Madiun bersama teman dan akhirnya bisa juga meninggalkan kos dan melakukan traveling :) pasti seru

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi kapan kapan aku tulis deh Mba tentang someone aku yaaa.

      Banget Mba. Happy-nya ngalah ngalahin capeknya badan.

      Hapus
  5. Perjuangan yang nggak sia-sia kak. Setelah berjuang keras, akhirnya bisa juga mendapatkan cuti yang diingin-inginkan. Dan yang paling seneng pasti pas bangun tidur. Nggak lihat langit-langit kamar kosan lagi. Dan nggak mikirin kerjaan lagi. Waktunya jalan-jalan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banget. Bangun bangun nemu matahari pagi dan hamparan sawah. Alhamdulillah. How lucky i am ya.

      Hapus
  6. memang untuk bisa 'memanjakan diri' di saat kita memasuki fase kerja itu susah luar biasaaaaa..tapi pasti semua kerja keras akan terbayar dengan travelling bersama travelmate yang baiknya selangit yaaaa..jadi, kalau mau kemana nih??

    Salam kenal yah :D

    BalasHapus
  7. Huaa ikut tegang bacanya di bagian hampir gagal cuti kalo ga selesai kerjaannya. Untungnya bisa kelar yah, leganya.
    Terus, terus cerita liburannya gimana ... ditunggu ya kelanjutannya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaaa. Hal paling bikin patah hati banget tuh, gagal cuti gegara kerjaan. Tapiiiii ... silakan mampir ke postingan selanjutnya yaaa

      Hapus
  8. apalagi saya, belum pernah jln2 ke jawa timur, termasuk ponorogo ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wuaaaa Santi, kamu perlu cobain lho jalan jalan ke Jawa Timur.

      Hapus
  9. Duuuh baca ceritanya jadi pengen ngerasain naik kereta juga hehe. Apalagi jalan jalan ke daerah Jawa, ajib banget deeeeh pemandangannya masyaa Allah ^^

    Selamat berlibur kaak, ditunggu cerita selanjutnya yaa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih banyak Aulia. Emanggggg kalo jalan jalan dan nikmatin keindahan alam ciptaan Allh SWT itu rasanyaaaa emmhh seru.

      Makasih banyak Aulia.

      Hapus
  10. Aku mau naik kereta, entah kapan, hahaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayoooo Ji, naik kereta ke Bogor atau Bandung atau Jakarta. Jelajah bagian pulau Jawa yang lain. :)

      Hapus
  11. Cuti itu benar2 diimpikan banget yah, apalagi klo udh mumet dengan setumpuk kerjaan dan kegiatan yg monoton, aaaagg rasanya gak ada yg lbh indah lagi selain cuti kemudian melakukan traveling. Ayooo Cha, sekali2 kabur kemari doong ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya banget Mba. Iya banget. Bebas sementara dari rutinitas emang bonus paling asik yang Mba.

      Doakan aku bisa segera berkunjung ke tempat Mba ya. Aamiin.

      Hapus
  12. di rekomendasikan oleh Nurul Djanah untuk membaca blog ini, terimakasih karena telah berbagi tentang catatan perjalanan tersebut. [Karena alam mengajarkan kebenaran] :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak juga sudah mampir kemari mas Juan. :)

      Hapus

Posting Komentar