Ketika saya duduk diboncengan motor yang dikendarai Putri, di suatu siang yang sedikit gerimis saat baru tiba di Madiun dan sedang menuju Ponorogo, mata saya menangkap plang penunjuk jalan yang menuliskan arah menuju Telaga Ngebel. Nama yang terdengar begitu unik dipikiran saya dan entah apa maknanya. Kenangan saya tentang Ponorogo yang paling menyenangkan adalah di Telaga Ngebel ini. Suasana yang sejuk, air telaga yang tenang namun membuat saya bertemu dengan Keong di tepiannya, juga Kupu Kupu yang sedang asik asiknya berterbangan. Hmm … rasanya bulan terbaik untuk mengunjungi Telaga Ngebel ini adalah di musim Kupu Kupu ya.
|
Telaga Ngebel Ponorogo |
Sesampainya di Ponorogo, saya memang tidak langsung bisa
menuntaskan rasa penasaran saya pada Telaga Ngebel. Masih ada beberapa list
destinasi yang sudah Nurul Djanah siapkan untuk menemani saya berpetualang di
Kota Reog, bahkan sampai ke Trenggalek. Namun pada akhirnya, di suatu pagi
menjelang siang, saya bisa juga menikmati perjalanan santai menuju Telaga
Ngebel, melewati tanjakan berkelok yang dipenuhi tanaman hijau segar dengan
Kupu Kupu kuning yang nggak malu malu menyapa para pengendara motor. Ah …
sayangnya saya kesulitan mengabadikan momen dimana saya dan Putri – yang
sepanjang perjalanan saya di Ponorogo, setia membonceng saya yang berat ini – disambangi
para Kupu Kupu hingga tiba di Telaga Ngebel.
|
Kupu Kupu Kuning yang Berhasil Tertangkap Kamera Saya di Telaga Ngebel Ponorogo |
Katanya, Telaga Ngebel ini merupakan salah satu spot untuk
anak anak muda di Ponorogo menghabiskan waktu bersantai sambil kongkow-kongkow.
Pantas saja ada cukup banyak warung kopi, dengan sajian Nangka Goreng berserta
Kopi Durian
asli di sini, terutama jika musim durian sedang tiba. Angin sepoi sepoi siang
itu bukannya membuat saya mengantuk, malah semakin asik menikmati suasana. Hmm
… rasanya … itu pun kalau bisa … ingin sekali menginap di sekitar Telaga Ngebel
ini. Kebetulan ada sebuah penginapan yang saya lihat, namun saya belum
terdorong untuk masuk ke dalam dan mencari tahu banyak hal tentang penginapan
itu.
|
Santai Semabri Menikmati Kopi Durian dan Gorengan Nangka |
|
Perahu Wisata di Telaga Ngebel Ponorogo |
Dari sebuah referensi yang saya baca sebelum mengunjungi
Telaga Ngebel, diceritakan bahwa telaga yang berada di kaki Gunung Wilis ini, berkaitan
erat dengan legenda ular nama bernama Baru Klinthing dan merupakaan jelmaan
dari Patih Kerajaan Bantaran Angin. Suatu ketika si Patih sedang melakukan
meditasi dalam wujud ular, ia ditangkap oleh warga dan dibawa ke desa. Karena
ukuran tubuhnya yang besar, ular jelmaan sang Patih tadi, berniat untuk dimakan
oleh para warga. Sebeum dipotong, si Patih yang berwujud ular tadi, berubah
menjadi sosok anak kecil dan membuat sayembara dengan menancapkan sendok nasi
ke tanah. Sayangnya nggak ada seorangpun yang berhasil mencabut centong nasi
yang dia tancapkan, sehingga saat si anak mencabut centong nasi, muncullah mata
air yang menjadi cikal bakal Telaga Ngebel sanpai hari ini. Telaga Ngebel sendiri,
konon sih ya, berarti telaga yang mengeluarkan bau menyengat.
Cerita tadi hanyalah legenda ya, sebab Telaga Ngebel sendiri
airnya berasal dari berbagai sumber, salah satunya adalah Kanal Santer. Sebab
bagi saya sendiri, legenda ya cukuplah jadi legenda saja, biar jadi pemanis
cerita turun temurun dari suatu tempat.
|
Telur Keong di Tepian Telaga Ngebel |
|
Keong |
Mengunjungi Telaga Ngebel tanpa berkeliling dan turun ke
bawah demi mendekati telaga, membuat perjalanan saya di sini terasa istimewa.
Udara yang sejuk, Kupu Kupu Kuning yang asik berterbangan, camilan yang banyak
dijual pedagang kaki lima di sekitarnya, pantas saja menjadikan Telaga Ngebel
sebagai destinasi tujuan ngumpul santainya anak muda di Ponorogo. Apalagi letaknya
yang juga nggak terlalu jjauh dari pusat kota.
Saya sangat berterima kasih banyak kepada Nurul Djanah yang
sudah mengajak saya kemari. Juga Mas Huda, Putri, Keysha, dan si Fais kecil
yang menambah seru deretan pengalaman perjalanan saya mengunjungi Kota Reog.
Bagaimanapun, jika berkunjung ke mari, datanglah di saat Musim Durian, ketika
Kupu Kupu sedang banyak berkembang, dan Keong senang bertelur di tepain telaga.
aih udah lama banget ga liattelur keong yang warna merah pink itu.
BalasHapuskalo di jepang katanya bisa langsun dimakan tuh telurnya hhh.
eh emang sekarang suda musim durian ya ?
ditempatku ko musim rambutan hhh
btw, foto kamu bersama kupu-kupunya mana ko ga ada aku mau liat dong :)
Hehehe maafkan. Foto sama kupu-kupunya nggak ada soalnya aku masih harus banyak belajar lagi buat motret. Udah musim kok. Durian lagi menjamur di beberapa toko buah di Jakarta sini.
HapusTelaganya bening banget, dan aku baru tahu ini, masih terasa asing telaga ngebel ponorogo bagiku. Rasanya rebahan dekat telaga itu asik ya, dan ini informasi banget. Siapa tahu kalau ke Ponorogo bisa mampir ke sini..
BalasHapusDulu telur keong gitu suka buat mainan, sekarang di Jogja jarang lihat. Memang tempatnya juga sih, jangankan lihat terlur keong, lihat sawah aja susah di sekitar kostku.
Keongnya ada, kupu-kupunya mana nih, Teh?
Nah lagi nih. Kupu kupunya cuma ketangkap sedikit gitu fotonya saking susah ngebidiknya. Kayaknya aku perlu belajar lebih banyak lagi nih buat motret.
HapusWah iya, pas ke Jogja pun, aku udah mulai jarang lihat sawah di sana.
saya malah belum kesampaian ke sini mbak. padahal lumayan dekat. saya di kabupaten madiun.
BalasHapusapalagi musim hujan gini, pasti ga direkomendasi sama suami, soalnya musim hujan sama dengan musim longsor.
Iya sih mba. Musim hujan sama dengan musim longsor. Beruntungnya saya bisa main ke Telaga Ngebel ini. Alhamdulillah.
HapusWah, Madiun dekat banget lho sama Ponorogo. Semoga kapan kapan mba dan keluarga bisa coba coba main ke mari ya. Didoakan.
Baru kali ini aku lihat telur keong. :'D
BalasHapusOalah. Iya kah mba? Lucu ya, pink gitu.
Hapusmasyaallah. indah betul ini.
BalasHapuskebayang di tepian, minum kopi sambil gerimis menikmati pemandanan telaga ngebel. pati tapz!
itu seriusan kopi durian? waduh. kayak apa yah rasanya. ngeri pasti. haha
itu siput. telurnya kayak permen karet pink bekas dikunyah kalo menurut gue waktu kecil dulu. hihi
Wkwkwwk ya ampun imajinasinya langsung ke permen karet pink. Hihihi.
HapusUmmm rasanya ya kopi pake creamer durian. Aku sih nggak berani nyoba. Ngopi aja aku nggak sering. Tapi seru lah, adq pengalaman rasa yang baru.
ngomong-ngomong soal nangka goreng, ini jadi ingat waktu masih sering ngumpul sama teman blogger, masak nangka goreng gitu..
BalasHapussantai banget pasti disana :)
Iyakah? Duuu kebayang. Santainyaaaa.
HapusBoleh nih Telaga Ngebel jadi rekomendasi destinasi perjalanan. Saya bookmarked ya.
BalasHapusSilakan mba.
HapusBenar nggak ya telaganya mengeluarkan bau menyengat seperti yang diceritakan dalam legenda ular?
BalasHapusSampai di sana sih aku nggak nyium aroma menyengat mba. Mungkin jaman dahulu kala sepertinya.
HapusBaru tahu ada telaga di Ponorogo, tapi dulu cuma numpang lewat sih
BalasHapusSemoga punya kesempatan untuk mencoba main ke sini ya mba. Didoakan.
Hapustelur keong warnanya baguuus yaa
BalasHapusmerah muda
aku suka warnanya
Iya, unik warnanya.
Hapuswah tea\laga , ini aku suka , air yang tenang menghanyutkan rasa
BalasHapusSuka ke sini juga kah?
HapusLuas juga telaganya ya, Mba. Ternyata ada legendanya juga ya. Asyik ini duduk2 di tepian telaga sembari makan nangka goreng :D
BalasHapusAsik banget Mba. Mudah mudahan kapan kapan, Mba bisa nyobain juga ya.
HapusMba btw postingannya nggak ada klik share-nya ya?
BalasHapusIya mba, belum. Makasih sarannya ya mba. Akan aku coba pasang. Semoga bisa memudahkan teman teman yang mau nge-share nantinya.
HapusWaduh, kopi durian, gimana rasanya Mba........pingin nyobain kapan2 deh...
BalasHapusMending dirasain sendiri ya Mas. Soalnya rasa kan soal selera. Semoga bisa nyoba kapan kapan yaaa.
Hapus