Novel Fantasi Majava : Sebuah Dunia Berlatar Lokal Sunda

Sausage Party : Jangan Biarkan Anak dan Adik Kita Menonton Film Ini


Sebelum saya mengoceh cukup panjang dalam postingan saya yang sungguh sudah jarang muncul ini, saya ingin menyampaikan terlebih dahulu, bahwa saya bukanlah seseorang yang ahli dalam bidang agama, psikologi, maupun soal perfilman. Saya hanyalah mama muda yang baru punya anak bayi, seorang copywriter freelance biasa, juga seorang perempuan yang selalu merasa, bahwa saya secara berkesinambungan dipaksa oleh diri dan kodrat saya sebagai perempuan … untuk terus mengasah pengetahuan saya, demi anak anak saya kelak. Sebab merekalah sosok sosok yang (insya Allah) akan meneruskan peradaban ini.

Ceritanya lagi, saya dan partner hidup saya ini, hobi mencari berbagai tontotan yang mungkin di beberapa bulan ke depan, saat putra kecil kami sudah mulai bisa diajak menonton dan membahas film bersama, kami bisa memfasilitasi dia dengan film film yang baik. Tak ingin kami membiarkan ia melihat hal hal kurang baik di usianya yang sebegitu muda, sehingga memicu kerusakan dalam akhlak atau karakternya. Sebab, saya juga si partner tahu, bahwa anak tak bisa dikurung dan diatur apa saja yang dia suka, lihat, rasakan, setelah semakin besar nanti.

Sudah ya. Opening-nya sampai di sini saja. Nah, mari saya lanjutkan curhatan saya soal film animasi Sausage Party ini. Berawal dari si partner yang sering berwara-wiri dengan commuter line, menemukan iklan singkat mengenai film animasi yang mengisahkan tentang kehidupan para makanan. Humph, lucu ya. Begitu pikiran awalnya. Kemudian, memang sih, si partner saya men-download si film, membawanya pulang untuk kami tonton bersama di akhir pekan kemarin. Partner saya biasa saja, sebab keterangan film yang dia baca begitu sekilas singkat itu ya … menyebutkan bahwa … lagi ya … film ini berkisah tentang kehidupan para makanan. Selesai.
 
Sausage Party
(Image taken in www(dot)youtube(dot)com/watch?v=9VoNgLnjzVg va Googke)


Kalau kamu tertarik membaca review singkat dan tentunya sedikit lebih banyak soal film ini, silakan mampir saja ke blog My Dirt Sheet ya. Di sana ada ulasan lebih mendalam soal film animasi dewasa satir tralala ini. So, to be honest, berikut saya tulisankan dalam beberapa poin, hal hal yang tak ingin akhirnya dilihat oleh para anak dan remaja kita. Semoga orangtua yang masih banyak kurang tahunya seperti saya ini, jadi lebih banyak belajar lagi.

Film Animasi Bukan Selalu Film Anak-Anak
Kalau saya bandingkan dengan sudut pandang orangtua dan mertua saya, kebanyakan mereka merasa bahwa film animasi itu adalah film yang layak ditonton anak-anak dan remaja. Monmaap ya, jangan hanya memperhatikan bentuk, tapi juga isi. Nontonlah sesekali, biar tahu dan nggak meremehkan dunia ini. Apa yang mereka yakini soal film animasi pastilah untuk anak dan remaja, di masa kita yang sudah tumbuh jadi anak besar dan kenyang dengan animasi sedari kecil ini, sebaiknya menjadi bahan koreksi agar kita jadi orangtua yang lebih berhati-hati, mau ikut menikmati apa yang anak tonton. Bukankah orangtua yang baik akan menjadi teman terbaik? Semoga.

Bertebaran Sumpah Serapah
Saya mudah pusing jika mendengar celoteh sumpah serapah. Kata-kata negatif jarang sekali membuat saya merasa nyaman. Dan … sepanjang memaksa diri saya untuk menonton film ini, rasanya ada banyak sekali energi saya yang terbuang sia-sia. Seolah sumpah serapah itu terdengar tanpa jeda. Seperti racun yang disembur tanpa lelah oleh karajter-karakter dalam animasi ini.

Simbol Seksual yang Tampil Blak Blakan
Ada sosis. Ada roti hotdog. Humph, mungkin terdengar biasa. Namun silakan saja lihat cuplikannya ya. Bentuk sosis dan si roti isi ini persis seperti (maaf) alat kelamin laki-laki dan perempuan. Silakan saja kalau kamu mau memprotes apa yang “lewat seketika” dalam pikiran saya sejak pertama kali melihat dua karakter dalam film ini. Selanjutnya, ada lagi tiga karakter roti yang sebenarnya (mungkin ya … sebab saya ini awam) tidak menunjukkan simbol seksual apapun, namun berperilaku menyimpang. Kalau boleh saya sebut, ya … Lesbian dan Gay. Mohon maaf sekali, saya menemukan scene dimana penggambaran hubungan seksual berbeda jenis dan sesama jenis ini, kelihatan sekali.

Hakikat Makanan Itu Sendiri Apa?
Sepanjang saya “memaksa” diri saya menonton film ini, saya dibuat bingung oleh makanan yang bisa berpikir, merasa tersakiti saat harus dikonsumsi oleh manusia. Atau ada simbol “makanan yang menghisap narkoba” untuk mencapai kehidupan yang mereka ingin. Duh luar biasa satirnya. Tapi, kasihan sekali kalau anak-anak yang menyaksikannya. Apa yang akan mampir dan terekam dalam pikiran mereka? Lalu, akankah terbawa sampai dewasa?

Senangnya memang, setau saya yang lagi lagi sangat awam ini, bahwa film ini tak lulus sensor di Indonesia. Semoga sebagai orangtua, sebagai anak muda, dan sebagai generasi milenials yang suatu waktu kelak akan berkeluarga dan melanjutkan keturunan umat manusia, kita (terutama saya) semakin banyak belajar lagi. Semoga kita jadi generasi yang bisa dengan baik mendidik generasi selanjutnya.

Salam hangat dari saya dan Nofeldy Kakao yang sedang belajar menjadi orangtua yang baik. Doakan kami.

Komentar

  1. Aku belum nonton ini walau udah lihat beberapa gambarnya. Cuma ratingnya kurang


    Dan aku kalau nonton animasi cari ya betulan cocok buat anak2. Karena pobakanku suka nonton juga. Lumayan bisa nobar sama dia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya Ji. Nobar sama para bocils sebaiknya perlu pilih pilih sih

      Hapus
  2. Kita memang harus mengawasi anak-anak dalam menonton, karena ada beberapa tayangan yang tidak mendidik juga:)

    BalasHapus
  3. Saya sebenarnya juga belum tau tentang fim ini sih, tapi kalau mengandung unsur-unsur yang tidak mendidik ya, tidak perlu ditonton ...

    BalasHapus
  4. Kalau film kayak gini, ya tidak perlu ditonton apalagi untuk anak-anak:)

    BalasHapus
  5. Saya belum pernah lihat drama yang satu ini, Terimaksih atas infonya:)

    BalasHapus
  6. Elalah penuh umpatan? Dan ada gambar2 kurang baik pula? Hemm... moga anak2 ga berpaling deh dari Upin Ipin dan film edukasi lainnya :D

    BalasHapus
  7. duh kalau penuh sumpah serapah dan gambar begitunya ga ah untung baca review ini soale anak sulung lagi masa kritis banyak nanya

    BalasHapus
  8. Ya ampuunnn, saya kudet, belum tau kalau ada film ini hehehe

    BalasHapus
  9. Waduh kudu waspada nih. gak semua kartun bagus buat anak-anak. sweeping dimulai. tenkyu infonya ya kakak.

    BalasHapus
  10. yang harus diketahui bersama adalah film animasi pun ada rating-nya.. jadi tdk identik dgn anak2. khusus sausage party mmg berisi para komedian2 yg punya materi2 dewasa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sementara kadang kita malas atau cuek sama rating.

      Hapus
  11. Saya setuju mbak, bahwa nggak semua film animasi layak untuk anak-anak. Kita yang orang dewasa kudu aware yah, jangan sampai anak-anak melihat tayangan yang tidak pantas.

    BalasHapus
  12. Makasih reviewnya yaa, orang dewasa perlu menseleksi film-film yang pas ditonton anak

    BalasHapus
  13. Jangan ragu buat kasih info yang sebenarnya kak. Apalagi kalau ini diklaim sebagai film anak2. Tetap adat ketimuran harus dipegang. thx infonya

    BalasHapus
  14. Waduh, serem ya. Tapi emang bener. Dulu, aku kira film animasi itu buat anak-anak. Soalnya gambarnya lucu2. Tapi karena pernah liat yang kayak gini. Yang ada simbol2 seks dan kata2 kasar, jadi gak berpikir gitu lagi. Sebelum ngasih nonton anak2, ortu kudu tahu lebih dulu. Film animasi, apalagi diulang2, gampang nempel di memori anak. Sereeem...

    BalasHapus
  15. Iya juga sih, kalau film animasi itu belum tentu ditujukan dan pantas ditonton oleh anak. Peran orang tua untuk mengetahui hal ini bisa menjadi salah satu penyaring tontonan tak pantas untuk dikonsumsi anak-anak.

    BalasHapus
  16. Hihihi... sejak menikah, kehidupan saya jauh dari yang namanya nonton film. Beneran kudet nggak ngerti ada film kayak gini. Dan emang kok, nggak semua film animasi itu untuk anak-anak. Spongebob lah salah satunya yang tiap hari disetel di tv.

    BalasHapus
  17. Betul banget mbak, meskipun animasi tetep kudu selektif. Krn gk semua buat anak2. Aku baru tau film ini, makasih ya infonya, kebetulan kami blm penah nonton sih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga bermanfaat Mba.

      Iya banget. Animasi nggak selalu untuk anak anak memang.

      Hapus
  18. Ya Allah, makasih banyak infonya mba. Aku malah baru tahu tentang film ini dan aku juga jarang lihat anakku menonton film ini. Tapi memang benar sih, kebanyakan film-film anak-anak yg tayang di tv cable, ada beberapa yang tidak layak di tonton anak-anak. Aku juga suka melarang anakku untuk menonton film yang sekiranya ga layak ditonton.

    BalasHapus
  19. Memang sih, Cha, kita harus tahu isi film itu apa. Seperti film animasi, komik pun banyak yang ternyata komik dewasa dan ada di perpustakaan SD :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar banget nih Bunda Niar. Tugas kita sebagai orang yang lebih besar berat ternyata ya.

      Hapus
  20. Benar banget Mba Acha, gak semua film kartun itu cocok untuk anak-anak..Jadi ingat kartun Sinchan yang tenar beberapa tahun lalu, duh itu bahasanya dewasa banget tapi sayangnya diputar di tv saat hari dan jam anak2 banyak nonton tv ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku termasuk anak yang lewat dari pengawasan orangtua soal animasi Sinchan ini Mba, waktu kecil. Makanya aku termotivasi untuk selalu bilang, kalau animasi nggak selalu cocok untuk anak-anak.

      Hapus
  21. Aku belum nonton ini. Terima kasih ya infonya. Kita mesti pilah-pilih film buat anak2. Meskipun kartun, belum tentu cocok buat anak kita ya kalo vulgar dll iiih jauh2 deh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama sama Mba, Semoga informasi ini bermanfaat.

      Hapus
  22. Duhh aku malah baru tau ada film ini,, makasih ya infonya.

    BalasHapus
  23. Aku baru tahu kalau film ini sempat woro2 di kereta trailernya. Dan emang pilem ini kasar banget dan ini mah pilem semi porno ya. Kaget juga aku pas nontonnya. Untung nggak sama anak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku aja yang udah besar, puyeng Mba habis nonton. Bahaya juga ini animasi.

      Hapus
  24. huff.. untung ya ngga masuk Indonesia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo masuk bioskop kayaknya nggak deh Mba, Kalo berhasil diunduh sama orangtua yang dikira ini film anak-anak, tamatlah sudah.

      Hapus
  25. Aku jg selalu berfikir klo film anumasi cocok untuk anak2, makasih ya mba infonya

    BalasHapus

Posting Komentar