Bagi saya, cokelat itu seperti kopi
untuk para pecinta kopi. Menu yang akan segera saya pesan di meja barista, saat
memasuki coffee shop. Cokelat hangat yang nikmat diseruput dengan roti tawar
ala kadarnya, atau kalau boleh, ditemani dengan sepiring biskuit gurih. Atau
mungkin segelas cokelat dingin, bersama buku bacaan yang menyenangkan, cocok. Saya
suka sekali. Kalaupun sedang mumet sama kerjaan, mood saya lebih mudah balik
jadi happy kalau dihadiahi sebatang cokelat isi kacang mede. Pun saat ke Jogja,
hal pertama yang terpikir akan saya bawa pulang sebagai buah tangan, tentu saja
Cokelat Ndalem – sejak pertama kali saya mengenal si merk cokelat tanda hari
dari jogja ini.
|
Cokelat Ndalem KopiNesia semua ya ... hihi |
Perkenalan pertama saya dengan
sebatang Cokelat Ndalem, dimulai pada suatu siang di ruang kerja saya di
kantor. Pekerjaan yang menumpuk, dengan deadline content juga sederet artikelnya
yang bikin saya kalut ditambah sensi akibat brief waktu pengerjaan yang mepet semua.
Sebal rasanya. Tapi memang dasar supervisor saya waktu itu mungkin sedang
beruntung, tahu benar camilan apa yang akan meredakan segala luapan kesal saya pada
keyboard laptop, juga sukses menahan cicitan gemas saya sama dia ya. Saat
itulah, lidah saya pertama kali berkenalan dengan Cokelat Ndalem varian
KopiNesia Kopi Aceh Gayo. Varian yang kemudian menjadi favorit saya hingga saat
ini.
Lalu, datanglah kesempatan saya
untuk traveling ke Jogja, beramai-ramai dengan beberapa teman karib si partner
saya, Nofeldy Kakao. Saya ngotot sedari kami masih di Jakarta, untuk menyediakan
waktu mampir ke Gerai Cokelat Ndalem. Itu saja yang saya pinta berhari-hari
sebelumnya. Ya, saya begitu ingin diberi kesempatan untuk menyambangi gerai
cokelat yang rasanya cocok di lidah saya ini, terutama untuk varian kopinya.
Hal yang saya impikan sebenarnya, sejak saya dibuat jatuh cinta oleh si Cokelat Ndalem Kopi Gayo.
Beruntunglah, partner saya mengabulkan
rengekan saya selama di Jogja. Di hari terakhir perjalanan kami, sebelum kami
kembali ke Jakarta dengan naik kereta senja menuju Stasiun Senen pada sore harinya,
dia menemani saya menyusuri jalan, menuju ke Jalan Bhayangkara, hanya demi mendapatkan
beberapa batang cokelat. Sementara motor sewaan yang kami gunakan selama di
Jogja, terparkir tenang di sekitaran Sosrowilayan, dan beberapa teman kami pun
masih menyebar mencari oleh-oleh di Malioboro. Biarlah, saya sedang nggak ingin
membawa pulang beberapa potong pakaian ataupun aksesoris. Pun untuk keluarga
saya dan si partner, saya ingin mereka mengenal merk cokelat yang saya
gandrungi ini. Sesekali, saya ingin memberikan buah tangan yang berbeda dari
biasanya. Masa bakpia pathok atau gudeg melulu? Ya kan, ya kan?
Matahari sudah hampir tepat
berada di atas kepala, sementara waktu yang kami punya hanya sekitar satu jam saja.
Belum lagi rengekan tambahan saya untuk bisa sampai ke sana dengan berjalan kaki.
Duh bikin perkara memang, tapi kalau nggak jalan kaki, jadinya saya nggak punya
kesempatan untuk memotret Gerai Cokelat Ndalem ini dari seberang jalan. Kan
saya maunya, saya datang seperti pulang ke rumahnya Mbah, jalan kaki. Bagaimanapun,
mengunjungi suatu tempat yang masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki, di Jogja
pula, saya sangat suka. Sebab selalu ada hal hal yang bisa sekedar saya nikmati
dan simpan sendiri, semisal orang-orang yang mengobrol dengan bahasa Jawa di
sepanjang jalan, pun tukang becak yang berduyun-duyun datang menawarkan
tumpangan.
|
Gerai Cokelat Ndalem |
Lalu, saya berhasil. Sampai di
seberang jalan, menemukan Gerai Cokelat Ndalem, saya seolah dipanggil untuk
datang. Ah, kebahagiaan. Memasuki gerai, hal pertama yang menyambut saya adalah
seorang mba berkerudung. Kamera smartphone sudah saya on-kan, tetapi demi
kesopanan, saya meminta ijin dulu padanya. Masa masuk ke tempat yang nyaman,
malah bersikap kurang sopan, kan nggak menyenangkan.
|
Sambutan dari berbagai Cokelat di tengah ruangan |
Saya diberikan keranjang, dan
diarahkan untuk menuju ke ruangan tengah – atau belakang ya. Lalu aroma cokelat
menguar. Ah … nyamannya. Begitulah kata pertama yang terlintas di benak saya.
Saya susuri setiap raknya, melihat-lihat semua varian Cokelat Ndalem yang tersedia.
Alih-alih mengekor, si partner pun mencoba beberapa tester cokelat yang ada.
|
Banyak ya penghargaannya |
Oh ya, nggak seru ya, kalau di
artikel kali ini, saya sepenuhnya hanya bercerita tentang seberapa suka saya
pada Cokelat Ndalem, lalu rengekan saya untuk mengunjungi gerainya dengan
berjalan kaki, ditambah belanja cokelat, lalu pulang. Maka sepanjang menuliskan
tulisan ini, dengan harapan tulisan ini akhirnya punya nilai, saya carikan
beberapa kisah tambahan melalui website Cokelat Ndalem (silakan temukan di
Google ya, mohon maaf kalau saya nggak memberikan link hidup menuju
website-nya).
|
Penghargaan lagi |
Ternyata, Cokelat Ndalem ini
merupakan hasil kreasi penuh kecintaan akan Indonesia dari sepasang suami-istri,
Meiza Hakim dan Wednes Aria Yudha, sejak tahun 2013. Wah, kok saya telat ya
sadarnya? Padahal waktu itu, sudah berapa kali saya ke Jogja. Hihihi …. Tapi
nggak apa lah ya, lebih baik terlambat jatuh cintanya, daripada nggak sama
sekali.
|
Kebahagiaanku dengan testernya yang menggoda |
Dari dalam Gerai Cokelat Ndalem
yang bernuansa bangunan klasik, benar saja kalau saya mengira deretan cokelat dengan
bungkusnya yang kental akan kekayaan Indonesia ini, persis museum cokelat. Bungkusnya
pun bercerita banyak, mulai dari lukisan Rama-Sinta, penari nusantara, hingga
batik. Dari beberapa artikel yang saya baca kemudian, pikiran saya ini diamini.
|
Deretan cokelat klasik |
Varian cokelat hasil karya
Cokelat Ndalem ini berderet, mulai dari cokelat dengan rasa klasik, sampai
dengan rasa unik. Ada yang bercita rasa klasik seperti dark chocolate, hingga
varian rempah, cabai, teh dan kopi. Tuh kan, bagaimana saya nggak mendadak
betah terus tenteng-tenteng keranjang sambil kebingungan di sana, coba? Rasanya
saya ingin beli semuanya, tetapi budget yang tersedia nggak boleh lewat. Yah, walaupun
lewat sedikit sih, saat itu. Apalagi saya kan norak, mau beli yang paketan, tapi
pengen juga makan yang batangan.
Hingga pilihan saya lebih banyak
jatuh pada Cokelat Ndalem KapoNesia. Bagaimana lagi, soalnya varian Kopi Aceh
Gayo kesukaan saya, seperti memanggil-manggil dan minta dibawa pulang semua.
Celetukan si partner pun menambah gemas saya, karena bentuk tester dari setiap
varian cokelat yang dipajang di rak pamer ini, bentuknya mungil seperti biji
kopi. Duh, kalau Cokelat Ndalem ngekuarin versi cokelat mungil mungil begitu
dalam toples, saya mungkin akan jadi orang pertama yang memesan. Siapapun yang
membaca artikel saya ini, lalu jika nanti keinginan saya diwujudkan oleh
Cokelat Ndalem, segera kabari saya baik via Instagram @akarui.cha, atau e-mail,
atau dimana sajalah, kalau kamu sudah berteman dengan saya di media sosial ya.
|
Hard to say bye bye |
Sebelum pulang, dengan
sekeranjang hampir penuh oleh Cokelat KopiNesia, sebelum menyambangi kasir,
saya berbelok sebentar, mengintip ruang – mungkin ruang workshop ya – yang sepi.
Duh, andai di sana ada yang sedang berkreasi dengan cokelat, saya ingin masuk
untuk sekedar merekam proses pembuatannya. Sayangnya sepi, jadi saya memotret
dari luar pintu kaca saja.
|
view menuju kasir |
Lalu ada ruang tamu – atau ruang
santai ya, saya kurang tahu – yang nyaman sekali. Akhirnya saya pulang dari
Gerai Cokelat Ndalem, bukan hanya bersama cukup banyak batang cokelat, tetapi
juga foto yang menyenangkan.
Hhh … Jogjakarta terlalu istimewa
bagi saya. Tempat yang nyaman sekali untuk ditinggali, untuk liburan, dan
melepas segala penat dari kesibukan bekerja. Mungkinkah impian saya dan si
partner untuk kembali berkuliah, dan Jogja mengiyakannya? Mana tau saya bisa lebih
sering mampir ke Gerai Cokelat Ndalem kan ya.
Akhir kata, terima kasih banyak
untuk staf Gerai Cokelat Ndalem yang sudah dengan sangat baik hati menerima
saya yang rusuh motret sana sini. Membiarkan saya termenung sesekali di
beberapa pajangan artikel, penghargaan, bahkan mungkin bisa dibilang thawaf di
ruang pamernya. Terima kasih juga untuk pemilik usaha Cokelat Ndalem yang sudah
menghadirkan cokelat dengan serpihan biji Kopi Gayo yang nikmatnya sampai ke
hati untuk saya.
Sampai berjumpa lagi di Jogja
Istimewa, kapan kapan.
Yogyakarta memang ngangenin selalu ya. Sering ke Yogya tapi berasa pengen balik lagi lagi dan lagi. Apalagi ini ada pabrik cokelat khas, wah selama ini saya belum tahu. Kalau ke sana suatu saat, Fahmi putra saya pasti doyan banget secara dia gila cokelat hehehe
BalasHapusWaahh putra teteh bakalan betah nih jangan jangan di Cokelat Ndalem.
HapusKok serasa coklat buatan keraton ya Mbak. aku kalau dengar kata ndalem itu identik dngan keraton. Tadi pas belum baca kirain itu coklat buatan keraton. Ternyata bukan ya...Tapi senang sekali bisa jalan-jalan ke Jogja. Saya malah baru dengar ada coklat ndalem.
BalasHapusSemoga kalau ke Jogja, mba bisa mampir ke gerai Cokelat Ndalem ini ya. Didoakan sama saya.
HapusBelom pernah nyobain coklatnya.. jd penasaran ntr klo ke yogya berburu ahh...
BalasHapusDitunggu cerita berburu Cokelat Ndalem-nya.
HapusPenasaran sama rasa coklat ndalem? Aku baru tau aja nih soal coklat ndalem
BalasHapusKalau aku, suka banget sama edisi kopinesianya. Cobain deh. Mungkin mba bakalan suka juga.
HapusSebagai coklat intolerence, kutak bisa nyicip lebih dari 3 gigitan. bisa mendadak mual, sakit kepala dan muntah. Ada coklat putihnya gak sih? atau yang lainnya yang dijual disini. Duhh penasaran yang coklat plus kopi gayo itu karena kopi gayo tuh favorit saya banget kalau ngopi euy.
BalasHapusCokelat putih ada mba. Seingat saya. Kalo lupa mohon maaf.
HapusSering ke Jogja tapi gak pernah ke pabrik coklatnya, baru tau nih...
BalasHapusSemoga lain kali bunda bisa mampir
HapusBeberapa kali lewat di depannya, tapi belum pernah mampir. Semoga di persinggahan selanjutnya bisa mampir..
BalasHapusSemogaaaa.
HapusBeberapa kali ke jogja blon pernah nemu nih tempat, ntar pas ke jogj lagi sdkt mampir ah..
BalasHapusAamiin. Nanti ceritain ya.
HapusAku tuh suka bgt coklat jd ngeces baca ini... Klo ak k yogya wajib nih k sini
BalasHapusIyap samaan. Semoga disegerakan bisa main ke Gerai Cokelat Ndalem di Jogja.
HapusYaaa aku telat tau info ini, pdhl baru balik dr Yogya. Noted kapan2 kudu nyobain ini Coklat Ndalem :D TFS
BalasHapusSama sama mba. Terima kasih sudah mampir di blogku.
HapusSaya juga suka sama coklat tapi sekedar suka sih, kalau kebanyakan suka sakit giginya..hehe
BalasHapusEihhh ... Hihihi.
Hapusah sedih sering ke jogya tapi belum pernah kesini langsung
BalasHapusSemoga ada kesempatan buat mampir ya.
Hapussaya juga suka minum es coklat, apalagi yang coklatnya pait alias nggak dicampur gula.
BalasHapusbaru tau ada coklat ndalem, lumayan nih deket sama rumah eyang saya. bisa mampir kalo pas ke jogja :)
Yeay. Nanti ceritain di blog ya kak.
HapusHaddooohhh, coklat!!! Can't say NO to this one.
BalasHapusAku kok malah belum coba, ya? Selama ini, coklat dari Jogja, yang ada di kepalaku ya si M*nggo aja ^_^
Beda mba. Jadi sebaiknya dicoba dua duanya. Hihihi ....
HapusSudah Pernah ke jogja dan beli coklat ini juga untuk oleh-oleh,,,,
BalasHapusrasa coklatnya unik-unik
Bangeeettt.
HapusIni lokasi pasnya di mana mb? Tahunya baru coklat monggo yang ada di kota gede..
BalasHapusIni nggak jauh kok dari Malioboro. Bisa jalan kaki sekitar 15 menitan.
HapusAku dlu 5 tahun di jogja selalu kangen sampe sekarang ama jogjaaaaa.... dulu mah coklat begini tak ada artinya bagiku.... tp sejak meninggalkan jogja kalau ke jogja selalu beli oleh oleh khas jogja dan coklat ini juga aku sukaakkk
BalasHapusAihhhhh ... Samaaaaa.
HapusSurganya coklat lover
BalasHapusMasuk ke galeri bawaannya pengen borong ya mba.
HapusPernah ke Yogya dan beli coklat. Tapi aku lupa namanya apa. Cokelat Ndalem bisa jadi jujugan kalau ke Yogya lagi.
BalasHapusSemoga nggak lupa ya mba. Hihihi ....
HapusPernh denger dr temen tentang tempat ini, ehh malah belum pernah icip coklatnya. Next trip ke yogya sempetin mampir ah
BalasHapusSemoga nggak lupa mampir.
HapusAku baru tahu ada coklat bernama Coklat Ndalem. Asalnya dari Indonesia pula, produk lokal. Berkunjung ke Coklat Ndalem dan nyicipin enaknya coklat ini bakal jadi agenda aku kalo ke Jogja lagi.
BalasHapusSemoga mbaa. Semoga senang kalau sudah main ke Cokelat Ndalem.
HapusTempat produksi dan jualan coklatnya emang didesain untuk anak-anak milenial sepertinya ya Mbak. Cakep untuk foto-foto. Yah aku kalau ke sini pasti betah. Secara penggemar coklat :)
BalasHapusWaaahhh sama. Aku aja mau pulang bingung, saking kepengennya borong.
HapusPenasaran sm cokelat ndalem btw baru tau nih saya hmm kpn ke Yogya lg pgn nyobain ah saya
BalasHapusSemoga bisa segera ke jogja lagi mba.
HapusBaru tau ada cokelat ndalem mbak, selama ini taunya cokelat monggo aja. Hehe.. next ke Jogja mampir deh, penasaran sama rasanya. ��
BalasHapusSilakan mba.
HapusJogja emang selalu istimewa, ada banyak hal yang mengundang kia untuk terus dan terus mengunjunginya
BalasHapusBangeettt. Istimewa di hati memang.
HapusWangi kopi dan coklat kalau udha menguar rasanya betah berlama-lama di tempat itu. Noted! Kalau ke Jogja, wajib ke sini :)
BalasHapusTerima kasih banyak sudah mampir Teh.
HapusLhah ada coklat lain lagi. Setahuku Yogya ada coklat Monggo. Patut dicoba nih. Aku paling suka dark chocolate. Semoga ada...
BalasHapusAdaaaa. Dan enak. Ga kemanisan mba. Pas kalo buatku sih.
HapusTempatnya asyik ya, dan jadi alternatif oleh-oleh dari jogja selain bakpia dan yangko. lagipula coklat lebih awet kan ya.
BalasHapussayangnya saya punya alergi coklat, paling bisa nyicipin dikit aja sih. tapi boleh lah buat oleh-oleh keluarga dan teman.
Iya mba. Boleh jadi alternatif
HapusDari tulisannya, terlihat ekali kecintaanmu pada coklat ya. Seru bacanya.
BalasHapusTerima kasih ya sudah menulis soal Coklat Ndalem, saya pun baru tahu ada coklat ini saat membaca tulisanmu :)
Terima kasih banyak juga sudah mampir ke blog saya ya Mas
Hapusastaga kok aku gatau tmpat ini ya mbak, berkali2 ke jogja padahal...
BalasHapuscatet, next harus bbeliii