Berenang Di Eco Club Citra Sentul Raya

Buku Drama Mama Papa Muda : Menikmati Kisah Cinta Mas Topan dan Mba Pungky Yang Ala Kadarnya

Sebenarnya sudah lama sekali saya membaca buku yang judulnya manis sekaligus greget ini, Drama Mama Papa Muda. Hal pertama yang terlintas dalam pikiran saya setelah membaca judulnya adalah … iya ya, bagaimanapun, namanya menikah, dramanya pasti ada saja.

Senang sekali salah satu buku non fiksi terbitan Penerbit Laksana yang memuat nama Ayun sebagai editornya, bisa sampai ke tangan saya berkat mengikuti sebuah blogtour. Kebahagiaan berlipat soalnya ada stempel ‘hadiah’ di halaman depan bukunya.

Judul buku karya influencer Pungky Prayitno ini beneran nggak bisa nggak bikin saya sanggup menahan rasa penasaran. Apalagi sepanjang membaca, cara bertuturnya menyenangkan sekali. Seolah saya sedang duduk mendengarkan kisah dua sejoli yang berkolaborasi dalam keseruan drama sepasang mama dan papa muda.

Betapa sebuah pernikahan nggak seindah yang orang-orang di luarnya bayangkan. Melainkan, butuh usaha yang ampun-ampunan dari dua orang yang sudah berkomitmen untuk melangkah bersama, berdoa dan berjuang agar tetap bisa saling membersamai sepanjang jatah usia yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. 

drama mama papa muda penerbit laksana

Maka, sini, mari duduk di samping Ka Acha. Akan saya ceritakan, sedikit banyak pengalaman membaca yang saya nikmati di setiap lembar halaman buku ini.

Informasi Buku Drama Mama Papa Muda

Judul        : Drama Mama Papa Muda (Kisah-Kisah Renyah Penuh Tawa dan Air Mata)
Penulis     : Topan Pramukti dan Pungky Prayitno
Penerbit    : Laksana
Cetakan    : Pertama 2018
Tebal         : 232 halaman
ISBN         : 978 – 602 – 407 – 319 – 0

Blurb Buku Drama Mama Papa Muda

“Kami berdua, melewati hari-hari paling sulit ; keuangan keluarga carut marut, bayi kami merindukan ibunya, pekerjaan yang menumpuk, dan istri yang terus hidup di kolong kasur sambil menangis menggerung-gerung.”

***

Hidup itu penuh warna, begitu juga dengan kehidupan rumah tangga, apalagi bagi pasangan yang pertama kali menjadi orangtua. Selalu ada drama yang mewarnai, seperti yang dikisahkan oleh Pungky dan Topan dalam buku ini.

Mulai drama postpartum depression yang begitu mengerikan, hujatan di dunia maya, pola pengasuhan anak, perdebatan tentang sekolah untuk anak, hingga mengajari anak berbagi, semua diceritakan mengalir tanpa kesan menggurui. Membaca buku ini, emosi Anda diajak terlibat, membuat Anda tertawa di satu bagian, lalu termenung, berpikir, dan bahkan terharu di bagian lain.

Selamat membaca!

Pengalaman Membaca Buku Drama Mama Papa Muda

Saya dapat pengalaman menyenangkan tersendiri sepanjang membaca buku ini. Seolah saya sedang menikmati dongeng ceplas ceplos ala Pungky Prayitno, dan  tentunya Topan Pramukti, dimana sesungguhnya buku ini didedikasikan untuk anak mereka, Sujiwo Arkadievich. Nama yang indah, by the way.

Apakah saya kemudian jatuh cinta pada buku ini? Nggak juga. Tapi bagi saya, buku ini layak dibaca untuk kamu -- atau temanmu – yang baper ingin buru-buru menikah, merasa patah hati karena hidup menjomlo terlalu lama, atau yang baru menikah seperti saya dan partner.

Sebab banyak sekali pengalaman yang dikisahkah Mas Topan dan Mba Pungky yang membuat saya berkeinginan – terutama kalau suatu waktu nanti punya kesempatan untuk ketemu Mba Pungky – maunya minta peluk dan berterima kasih atas tulisan pengalamannya di buku bersampul putih ini.

Seorang Topan Pramukti, mengibaratkan pernikahan dan rumah tangga yang dijaganya bersama Pungky Prayitno, layaknya seperti mobil klasik yang indah namun sayangnya, ringkih. Dibangun dengan cara yang ala kadarnya dengan metode yang terkesan coba-coba. Mas Topan selaku tokoh nyata Bapak dalam buku ini, mencurahkan begitu banyak cerita yang dia alami selama hampir 5 tahun pernikahan, hingga menemukan sebuah intisari.

Sebaliknya, si tokoh nyata Ibu dalam buku Drama Mama Papa Muda -- Pungky Prayitno, sebelumnya menolak dan mengamit-amiti impian teman-temannya yang ingin menikah muda. Ya, menikah di bawah usia 25 tahun itu, seperti menyia-nyiakan masa merekah yang cerah nan gemilang, lalu menggadaikan hidup dengan sebuah sangkar emas yang bernama pernikahan.

Kenyataannya, si ibu ini harus menjilat sendiri ludahnya, setelah menerima ajakan Mas Topan untuk membina rumah tangga ala kadarnya, dengan resepsi yang hanya makan makan untuk keluarga dan teman dekat saja.

Pernikahan memang nggak selalu mudah dan indah seperti yang dikisahkan di dongeng putri-pangeran ya. Pernikahan juga bukan sesuatu yang “layak” dijadikan bahan basa-basi dengan pertanyaan sepele namun menyakiti hati, “Hey, kapan nikah?”.

Sebab sejatinya pernikahan memang merupakan rangkaian bahagia dan derita yang – pasti ada waktunya sendiri. Setiap orang akan menemukan waktu yang tepat, kesiapan, dan lain sebagainya, dalam fase kehidupan yang dijalani, tanpa perlu diceletuki dengan pertanyaan basa basi yang bikin keki.

Menjadi seorang Ibu di usia yang bisa dibilang cukup muda walaupun sudah bukan remaja lagi, bagi Mba Pungky, bukan hanya membawa serta kebahagiaan, namun juga tantangan. Mba Pungky, membuka mata banyak perempuan – termasuk saya -- tentang ancaman Post Partume Depression. Depresi yang datang seusai Baby Blues, namun begitu membuat pusing, dan cenderung membawa petaka -- dianggap sebagai Ibu yang sudah gila.

 drama mama muda

Buku ini memang pada akhirnya tidak terlalu mengenalkan pada saya, lebih jauh lagi mengenai Post Partume Depression – kecuali apa yang Mba Pungky rasakan dan lakukan, tapi ada lebih banyak hal sepele lainnya yang sebenarnya begitu berharga, untuk dimiliki  seorang istri dan Ibu, dari sudut pandang Mba Pungky.

Betapa seorang Bapak tak boleh terlena dan lupa, kalau selama mengurusi anak, Ibu sebaiknya jangan dibiarkan merasa sendirian, bahkan … bahaya sekali kalau si Ibu sudah sampai di titik, merasa kalau impiannya secara personal pun “direnggut paksa” sebab posisinya telah berubah menjadi seorang istri dan Ibu.

Dalam buku ini saya menemukan semangat baru, bahwa bagaimanapun juga, para Bapak perlu tahu kondisi setiap tim dalam “rumah tangga”-nya. Sementara si Ibu, seperti halnya Mba Pungky, dituntut oleh dirinya untuk memperjuangkan kewarasan dan kebebasannya, hanya agar dia bisa cukup merasa bahagia, sehingga tak berimbas pada Jiwo, putra mereka.

Di bagian lain dari buku ini, Mas Topan benar-benar banyak mendobrak pemikiran sesederhana “Kapan anak harus sekolah?”, “Sekolah seperti apa yang layak bagi anak saya?”, termasuk, sosok seperti apa yang sebenarnya perlu para Bapak posisikan, selaku kepala keluarga.

Mas Topan berkisah bahwa Bapak bukan hanya bertugas mencari pendapatan untuk keberlangsungan hidup keluarga, namun punya hak merasakan rasanya menggendong anak, menyuapinya, mengganti popoknya, memandikannya, mengurusi anak sepanjang hari, tanpa perlu mendapat cibiran “tetangga” bagi dirinya, seolah si Ibu sebegitu malas dan egois sampai meninggalkan Bapak dan anak hanya berdua saja di rumah.

 buku drama mama papa muda

Saya berterima kasih pada Mas Topan, dan berdoa agar banyak lelaki muda yang merupakan calon suami atau sudah sah menjadi suami, turut pula membaca buku ini. Sebab lelaki sejati, bukan yang menikahi seorang anak gadis milik orang lain, lalu mengurungnya dalam ikatan yang membuatnya terjebak dan kehilangan banyak impian.

Lelaki yang akan menjadi suami, sebaiknya belajar, bukan hanya egois pada diri dan impiannya sendiri, namun siap menemani istrinya mengejar impian yang dia punya, juga mengajarkan anak-anaknya untuk pandai mengembangkan diri demi masa depannya nanti. Hey, banyak sekali sebenarnya tugas sepanjang hayat seorang lelaki ya.

Saya termasuk ke dalam geng istri yang agak rewel sama suami dalam urusan mengurus anak dan rumah kami. Jelaslah, sebab bagi saya, tugas istri itu bukan dapur sumur kasur seperti ocehan generasi sebelum kami. Melainkan, rumah yang dibeli bersama, diperjuangkan untuk melunasi utangnya bersama, ya … sudah selayaknya diurus bersama, termasuk membersihkan dan membuatnya nyaman, bersama-sama.

Pun anak-anak yang … ehm, masa bikinnya bareng-bareng tapi yang banyak dipusingkan oleh urusan semacam menyuapi, ganti popok, main, memandikan, meninabobokan, hanya ibunya saja, sementara si Bapak keukeuh kalau tugasnya hanya mencari nafkah untuk penghidupan anak dan istrinya. Sungguh finansial yang coba diberi banyak tetapi masalah kebahagiaan dalam rumah tangga yang terlupakan.

Pada akhirnya, buku Drama Mama Papa Muda saya anggap sebagai pembuka jalan untuk membaca dan mencari tahu lebih banyak lagi mengenai ilmu pernikahan. Buku ini membuat saya begitu haus untuk mengulik lebih dalam mengenai post partume depression yang mengintai para mama muda. 


Komentar

  1. buku ini real story dari Mba Pungky ya? penasaran mau baca selengkapnya, kata teman yang sudah baca juga buku ini bagus

    BalasHapus
  2. setuju, mengelola rumah tangga itu harus bersama. jadi pengen baca bukunya

    BalasHapus
  3. Wah, makasih reviewnya, udah lama banget penasaran pengen baca buku ini, tapi belum kesampaian aja...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga sudah kesampaian baca buku Drama Mama Papa Muda ini ya Mba.

      Hapus
  4. Ya ampun saya keingetan ini buku. Keinget juga masa-masa ketemu Punky, dan Grace Melia, para ibu muda yang menurut saya sangat menginspirasi. Aduh buku ini entah dimana nih, abis baca saya lupa naruh, hahaha

    BalasHapus
  5. Wah menarik banget nih bukunya. Aku sebagai mamah muda ngerasa relate sama konflik-konfliknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama banget. Yaaa agak miriplah ya. Bisa jadi bahan pelajaran dari pengalaman juga.

      Hapus
  6. Kok saya jadi penasaran sama bukunya ya. Pengen baca langsung, kayaknya bagus dan pastinya banyak pelajaran yang didapat nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahasa penyampaiannya enak banget, mengalir sekali.

      Hapus
  7. Bagus nih bukunya mbak. Suka dengan tulisan2 Pungky. Menginspirasi dan menghibur

    BalasHapus
  8. Bukunya sepertinya seru ya...
    Emang kehidupan berumahtangga itu seperti roller coaster. Up n down

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya Mba. Kehidupan rumah tangga itu selalu menghadirkan banyak cerita.

      Hapus
  9. Duh udah sejak kapan hari deh kepengen baca buku ini. Sejak Punky posting tentang bukunya deh. Tahun lalu atau sebelomnya. Baca tulisan ini, jadi keingetan lagi deh. Itung-itung nostalgia saat baru jadi mama muda dulu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waahh Mba Nia mau nostalgia. Bahkan buku ini ngasih banyak pengalaman tentang berumah tangga lho.

      Hapus
  10. Emm, aku merasakan ini saat ribetnya punya anak masih kecil lalu hamil lagi dengan jarak usia anak pertama yang berdekatan.
    Tapi setelah anak-anak makin gede, aku makin slow dalam rumah tangga.
    Alhamdulillah,
    andaikan dulu punya ilmunya yaa...

    **banyak baca buku itu sungguh bagus, karena bakalan dapet banyak energi dan insight baru dari sang penulis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat Teh. Baca buku begini bisa jadi ajang belajar banyak dari pengalaman penulisnya.

      Hapus
  11. aku udah lama banget ngikutin Mbak Pungky, selalu suka tulisan tulisannya yang lugas dan berani. dari blog laama di sampee skrg hihi jadi penasaran sama buku ini

    BalasHapus
  12. Menarik mb.. Bisa dibaca pasangan muda. Agar punya gambaran bagaimana rumitnya mempertahankan mahligai rumah tangga dengan segala dinamikanya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyap. Dan rumah tangga itu nggak semudah dan semewah kisah kisah dalam dongeng.

      Hapus
  13. Bukunya kerenn aku jadi pengen beli mba, pengen banget denger cerita mba pinky dan suami tentang bagaimana berumah tangga

    BalasHapus
  14. Saya setuju dengan bahwa tugas istri itu bukan hanya di dapur, sumur, kasur melainkan lebih dari itu seorang istri itu harus mengusai segala ilmu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat.

      Pun demikian dengan suami. Bukan hanya mencari nafkah saja.

      Hapus
  15. Keren juga yaaaa buku ini. Cerita sederhana namun dikemas dengan apik menjadi penuh makna... mbak, aku jadi penasaran deh pengen baca juga bukunyaa.. masih bisa dibeli gak yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sampai hari ini nampaknya masih bisa dipesan di official store penerbitnya melalui e-commerce.

      Hapus
  16. Wah, sempat menghindar dari pertemuan keluarga untuk menghindari pertanyaan, kapan nikah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya kalau sampai ada yang iseng tanya sih, senyumin saja. Mungkin doi kurang bisa bercanda hidupnya.

      Hapus
  17. wah mba pungky buat buku?
    padahal aku followersnya, tapi malah kelewat bukunya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lhooo Mba hihi. Cusss kepoin bukunya. Masih bisa lho.

      Hapus
  18. Wah bukunya seru neh untuk dibaca, jadi penasaran neh, bukunya udah beredar toko buku kah mba?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih ada di e-commerce penerbitnya. Bisa dipesan di sana ya.

      Hapus
  19. Wah Mba Pungky ini memang sangat berbakat dalam menulis ya, baik menulis artikel di blog maupun di buku non fiksinya. Keren memang beliau.

    Setiap rumah tangga pasti punya dramanya masing-masing, entah itu bahagia atau sedih, pasti akan ada masanya datang menyapa..

    Kalau nggak siap dengan drama pernikahan, ya jangan menikah. It;s so simple, hahaha

    Keren, jadi penasaran sama bukunya Mba...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya sih. Kalau nggak siap sama drama pernikahan ya nggak usah menikah. Tapi harus menghadapi mulut usil bin bawel yang tanya terus "kapan nikah?" dengan segala nasihatnya yang maha benar bin maha tahu. 🤭

      Hapus
  20. Lama gak dengar kabar Mbak Pungky di dunia blog, ternyata menulis buku ya. Dulu saya suka dengan tulisan-tulisan Mbak Pungky di blognya, dan sekarang jadi penasaran ingin membaca bukunya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah lama sekali lho bukunya terbit. Tulisan ini hanya saya re-update tanpa mengubah tanggal tayangnya. Masih bisa dipesan melalui e-commerce di official store penerbitnya kok Mba. Silakan.

      Hapus


  21. Akuu juga salah satu pembaca dari buku ini, ternyata pernah juga review singkat di blog. Buku ini menurutku dibawakan dengan unik sih antara istri dan suami, dengan tulisan2 sebelumnya yang dimuat di blog sujiwo dulu kalau nggak salah. Daaaan, pemikiran mereka berdua menurutku beda dari kebanyakan orang sekaligus berani, dan juga aku belajar untuk siap ikhlas meskipun misalnya belum ada kejadian buruk harus terjadi lebih dulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya banget lho. Berkali kali menemukan penyampaian dari Mba Pungky tentang ikhlas bahkan atas segalanya yang belum terjadi. Banyak belajar dari cerianya Mba Pungky.

      Hapus
  22. Benar banget, Kak. Rumah tangga ga seindah bayangan anak mudah yang tanpa konflik dan penuh canda tawa saja. Ya terbukti dari buku Pungky yang pernah mengalami post partum depression, kalau ga salah, bahwa banyak hal yang mesti diperjuangkan termasuk kewarasan orangtua. Menjadi ibu dan orangtua butuh keberanian dan kesanggupan untuk mau menerima dan melepaskan pad saat yang sama. Ya melepas ego dan sebagainya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya banget Mas. Pada akhirnya segala remeh temeh yang dibayangkan saat masih muda dan single dulu ya, nggak seindah itulah sebuah pernikahan. Dramanya banyak dan nggak terduga.

      Hapus
  23. Buku ini jadi menarik, karena ditulis sesuai dengan pengalaman atau apa yang mereka alami selama berumah tangga dan memiliki anak ya, Mbak. Jadi ceritanya mengalir dan enak dibaca. Terus banyak hal-hal yang bisa diambil dan dijadikan pelajaran juga. Buku yang ringan, tapi penuh dengan hal-hal menarik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banget Mas Bams. Gaya bertuturnya menyenangkan. Poin plus sekali dari sebuah buku bertema pernikahan.

      Hapus
  24. Nggak bisa nggak bikin saya... Agak membingungkan kalimatnya hehe...

    Terbitnya buku yang berdasarkan pengalaman pribadi lebih mengena buat dibaca apalagi ini sekaligus masukan juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huwaaa makin sayang ih sama Kak Fenni. Selalu menemukan sisi yang perlu dibenahi dari tulisanku. Terima kasih banyak 🤗

      Iya Kak. Rasanya belajar dari pengalaman pribadi orang lain bisa jadi semacam antisipasi bagi diri sendiri juga.

      Hapus
  25. Aku tabu buku ini. Ngegans bangat akutuh sama Ibu Jiwo. Kisahnya emang renyah semua. Kadang bikin haru, tapi tiba-tiba bisa bikin ngakak juga. Ah, drama mama papa pokoknya 👍👍👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya lho. Bahkan di akun Instagram-nya selalu ada yang seru. Aku paling suka mampir ke IGs Mba Pungky sih kalau lagi bisa santai belakangan ini.

      Hapus
  26. wahhh mbak Pungky sudah punya buku.... ini bearti diangkat dari kisah nyata sehari hari mereka berdua ya kak, walaupun mungkin ada sedikit bumbu yang ditambahkan. Pasti 5 tahun punya banyak cerita seru

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Bang Don. Sudut ceritanya dari sisi Mba Pungky dan juga Mas Topan. Asik sekali.

      Hapus
  27. Yang namanya pernikahan emang gak bisa semanis dongeng2 ya mbak. Selalu ada aja cerita lucu, sedih, susah, bahagia yang menghiasi perjalanan selama berumah tangga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali. Indahnya yaaa diawal. Selanjutnya, bagaimana memperjuangkannya agar tetap indah dengan langgeng mesra bersama.

      Hapus
  28. Udah tahu buku ini cukup lama, tapi memang hanya sekadar masuk wishlist. Maklum buku parenting banyak banget, jadi harus bener-bener pilih2 mau beli yang mana. Aku kenal Pungky gara2 kisah PPD nya yang dishare suaminya, Topan di blog mereka. Lalu jadi kepo tentang pasangan ini. Sampai sekarang juga masih suka mengikuti ceplos2nya Pungky di Instagram. Keduanya memang inspiring,. semoga langgeng selamanya. Pun Kak Acha juga semoga langgeng selamanya dengan suami.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Semoga Mba Marita juga langgeng mesra terus sama suaminya ya Mba.

      Hapus
  29. Baca blurb nya bikin ketawa dalam nangis. eeehhh... "Istri yang terus hidup di kolong kasur sambil menangis menggerung-gerung" Wkwk pernah nih kayak gini aku juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah lho Kak Niken ternyata punya pengalaman yang nggak jauh berbeda dari Mba Pungky kah?

      Hapus
  30. langsung kebayang muka mbak punky.....pasti seru banget bukunya...karena pribadi pungky aja udah cukup bikin seru..kebayang ada adengan lucunya...terus pasti romantis banget mas topan yaa sabar ngedepin istri yang post tantrum

    BalasHapus
    Balasan
    1. Post Partume. Typo nih kayaknya Mba 🤭

      Iya lho. Asik banget ngikutin keseruan Mba Pungky di akun Instagram-nya. Berasa ikutan happy.

      Hapus
  31. Udah lama ya terbitnya? Penasaran isi ceritanya deh. Pasangan muda memang banyak onak dan duri jika lulus melewatinya maka tentu akan bertambah bahagia juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba udah lama. Masih bisa dipesan di official store penerbitnya di Shopee kalau nggak salah ingat.

      Hapus
  32. wah mba pungky buat buku?
    padahal aku followersnya, tapi malah kelewat bukunya

    BalasHapus
  33. Langsung keinget masa2 awal menikah dulu. Memang penuh drama ya, hehe... bahkan sampai sekarang di usia pernikahan ke-14, ada aja cerita baru yang mewarnai rumah tanggaku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Barakallah Mba. Wah sudah 14 tahun. Semoga langgeng mesra terus keluarganya ya Mba.

      Hapus
  34. ah mbak pungky ya
    wah aq baru tahu klo mbak pungky nulis buku
    pasti isinya renyah ya, spt klo lihat story mbak pungky di IG

    BalasHapus
  35. Jujur aku belum baca bukunya. Cuma aku udah sering ikut denger pas teman-temanku review atau ngobrol soal buku Mas Topan dan Mbak Pungky ini.. Baca review mbak Acha aku sekayak udah baca keseluruhan buku. Dan jadi pengen punya bukunyaaaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yeay aku bikin Kak Jas jadi pengen punya bukunya, yeay. Masih ada di official store penerbitnya Kak Jas. Cusss Kak.

      Hapus
  36. Bentar. Mereka berdua artis kah? Kok namanya nggak asing ya. Coba deh aku Googling dulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pungky Prayitno itu blogger, tapi sekarang lebih fokus ke Instagram. Sering share tentang tips2 instagram di beberapa event online, salah satunya pas IIDN bareng Indosat punya gawe beberapa waktu lalu. Sementara suaminya setahuku jurnalis sih. Dulu sempat booming dengan tulisannya tentang Post partum depression, bagaimana Topan mendampingi Pungky. Lalu terbit deh buku ini.. Pasangan inspiratif deh.

      Hapus
  37. Pernikahan itu memang suatu dunia yang baru. Makanya deh ada yang namanya "Selamat menempuh kehidupan baru". Soalnya kan misalnya aja kita sudah paham nih semua pengetahuan tentang pernikahan. Ilmu-ilmunya tentang berinteraksi dengan pasangan dan anak sudah kita pahami. Eh, tetap aja deh kita mesti belajar dan belajar lebih banyak lagi karena memang ada banyak kejutan di dalam kehidupan berumah tangga itu

    (aku lagi merasakannya juga soalnya)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha iya ya Kak Zen.

      Nah ilmu tentang pernikahan ini rasanya nggak akan ada habisnya, apalagi soal drama-dramanya.

      Hapus
  38. Senang ada buku untuk panduan praktis tentang kehidupan pernikahan yang sebenarnya. Semoga mereka yang akan masuk ke jenjang pernikahan dapat belajar dari buku ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin Bu. Terima kasih sudah berkunjung ke mari Bu Ina.

      Hapus
  39. Ka Acha, aku kok haru saat membaca ini: lelaki yang akan menjadi suami, sebaiknya belajar, bukan hanya egois pada diri dan impiannya sendiri, namun siap menemani istrinya mengejar impian yang dia punya. Aku nikah di bawah usia 25 tahun dan suami 29 tahun. Tp ya itu, impian istri diminta melebur menjadi keluarga :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga Mba Mia tetap ikhlas dan tangguh menjalani hidup ya. Kadang memang, kalau sudah jadi istri, impian adalah milik keluarga, sementara suami merasa lebih ego dan bisa bebas kemana mana. Sendu kalau dibayanginnya sih Mba.

      Hapus
  40. Saya punya teman cowok ngebet banget ingin nikah. Trus saya bilang nikah itu gak cuma indah-indahnya saja. Kemudian dia merenung dan mendapati beberapa teman2nya mengeluh tentang pernikahan. Kalau kata orang jawa Wang Sinawang ya kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya banget Mba. Wah mungkin karena si teman Mba ini sudah merasa siap. Semoga saja bukan karena merasa butuh istri biar ada yang ngurusin segala hal dari kepala sampai kaki. Aamiin.

      Hapus
  41. Wah,pernikahan keduanya seperti mobil klasik indah di luar tapi ringkih di dalam..buku yang renyah dan pas dibaca para calon papa mama muda dan yang awal menikah.Btw mereka tahun berapa menikah ya.Aku tahun 2002 usia 26 tahun aja merasa siap belum siap hahah..apalagi yang di bawah usia itu ya.Buku yang asyik dengan review yang menarik!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seingat Acha sih di bawah 25ba. Iya ya Mba. Aku pun yang kalau kata orang tuh menikah di usia nggak muda amat, pas 25, rasanya yaaa siap nggak siap juga. Ternyata memang dramanya banyak sekali setelahnya.

      Hapus
  42. Merasakan bangettt jadi mama muda. Usia 20 nikah. Usia 21 punya anak. Kuliah masih semester 4. Suami baru aja diterima kerja. Ah! Benar-benar drama. Apalagi dulu aku kurang edukasi mengenai banyak hal.
    Alhamdulillah tahun ini sudah 12 tahun kami bersama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah Mba Muna. Semoga sakinah mawaddah wa rahmah terus dengan suami dan anak anak ya Mba.

      Hapus
  43. Mas topan cerminan mengikuti anjuran nabi Muhammad SAW . Jaman now seorang ayah harus bekerjasama untuk membantu istri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaaa sayangnya banyak juga lelaki yang kurang perasa dan malah jadi nggak mengikuti anjuran nabi ya Mpo.

      Hapus

  44. Buku ini bisa sedikit memberikan gambaran kehidupan pernikahan di 5 tahun pertama bagi mereka yang akan menikah atau baru saja menikah dari pengalaman yang ditulis berdasar realita kehidupan yang ada. Bagus sekali.. terima kasih reviewnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih juga sudah berkunjung ke mari Mba Erly.

      Hapus
  45. Ceritanya tidak diberi pemanis dan banyak orang bisa mengikuti karena nyambung dengan kehidupan banyak orang. Menarik juga bacaanya

    BalasHapus
  46. saya pernah baca tulisan pasangan ini tapi di blog
    Buku ini lebih lengkap ya?
    Pastinya keren karena story tellingnya bagus dan punya pemikiran yang ngga terduga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya banget soal story telling-nya Ambu. Nyaman sekali sepanjang membacanya.

      Hapus
  47. waaah bukunya mbak Pung.. bagus banget isinya, menyentuh banget ya. aku jadi kepo2 post partume depression nih, biar nanti pas udah menikah dan melahirkan bisa siap2 kl mengalami post partume depression.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan Mba Ella. Bukunya masih ada di official store penerbitnya.

      Hapus
  48. Saya merasakan banget itu pas baru menikah, kesannya pengen dan ngebet banget jadi istri yang sempurna. Kekeke. Semua perempuan pasti melewati fase ini. Dinikmati aja, yang penting jangan sampai stres. Bukunya kocak ya kayaknya. Gimana ya rasanya penulis membaca buku dan pengalamannya sendiri? Pasti ketawa-ketawa sendiri juga itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduuuwww kalau itu sih aku kurang tau Mba. 🤭

      Hapus
  49. Ridak ada akademi pernikahan memang apalagi untuk pasangan yang menikah di era tahun 2000 ke bawah. Dan di jelang 2018 beberapa komunitas dan lembaga menggagas sebuah kursus ataupun pelatihan menjadi isyri/suami juga ibu/ayah.

    Selaiknya seperti orang yang hendak berjuang menempuh luasnya samudas, pasangan yang hendak menikah harusnya berbekal ilmu. Baik ilmu menjadi pasangan dan menjadi orang tua.

    Dimana akademi itu?
    Di rumah.

    Itulah sebab seharusnya orangtua sudah mempersiapkan anak-anak agar kelak mereka siap memiliki anak dan kehidupannya sendiri dengan bekal yang diadopsi belasan bahkan puluhan tahun lewat rumah tangga ayah dan ibunya.

    Kematangan bukan hanya milik orang yang memiliki usia berlimpah. Yang membedakan adalah kemampuan untuk baligh dan berhikmah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat. Kesiapan ini memang dimulai sedari anak anak masih usia dini agar paham bahwa sebagai istri bukan yang mengurusi segala dan suami bukan cari nafkah saja.

      Hapus
  50. Wah seru juga sih ringkassn cerita yang dibagikan ini. Meski bukan genre yang disukai tapi memiliki makna tersirat yang related dengan kehidupan sehari-hari

    BalasHapus
  51. Seru kali ya mbak, ketika kisah pernikahan di awal-awal di kenang setelah beberapa tahun kemudian. Yang pasti belajar menjadi istri atau suami utk pertama kali itu tidak mudah. Harus beradaptasi satu dengan lainnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banget Mba Maria.Dan masa adaptasi yang nggak sebentar.

      Hapus
  52. Ini cerita bukunya tips apa kisah gitu ya? Bagus tuk kado calon pengantin nih kynya hehe.. "Lelaki yang akan menjadi suami, sebaiknya belajar, bukan hanya egois pada diri dan impiannya sendiri, namun siap menemani istrinya mengejar impian yang dia punya".. nah sy paling sepakat bingit sama kalimat yg ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan. Isinya lebih ke pengalaman pribadi. Sharing. Personal. Jadi bisa diambil hikmahnya kalau dijadikan kado pernikahan.

      Hapus
  53. Mungkin biku ini harus dibaca bagi mereka yang hendak menikah atau baru nikah, agar siap-siap ya. Ngga semua seindah bayangan, kenyataannya menikah itu ibadah ga selalu senang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya banget Mba. Ternyata menikah tuh isinya bukan seru-seruan aja.

      Hapus
  54. Seru nih baca reviewnya mba, seakan turut mengalami juga apalagi pas bagian Post partum itu, memang dukungan suami untuk turut terlibat dalam pekerjaan RT itu penting, jangan taunya mau enaknya aja hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah ini. Masih banyak calon suami yang cari calon istri untuk diurusi.

      Hapus
  55. Jamak di masyarakat memang mengurus anak hanya tanggung jawab ibu. Padahal ya kan kedua peran suami istri sangat dibutuhkan oleh anak.
    Agar si anak juga tidak merasakan kehilangan fitrahnya karena selalu melihat ibu saja yang menjalankan peran domestik.
    Nabi saja mencontohkan bahwa pekerjaan rumah juga merupakan tugas suami.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat. Urusan domestik kan urusan bersama. Bukan istri saja.

      Hapus
  56. Aku pernah ikut forumnya nba punky lewat webinar. Dan woowww suka bangeettt dengerin beliau ngomong. Rasanya kayak dengerin radio hihi.
    Udah gt orangnya ceriaa jadi ngefek di kitanya ikut senyum2 gituuu..
    Ternyata ada bukunyaaa. Duhh mauu

    BalasHapus
  57. Lumayan asyik ini isi bukunya ya mbak. Menginspirasi dan pastinya edukatif. Semoga banyak calon pasangan yang membaca, biar bisa tahu gambaran bahwa menikah itu adalah toleransi dari banyak perbedaan. hehe

    BalasHapus
  58. Kalau baca cerita tentang PPD rasanya aku pasti akan ikutan sedih walau tidak mengalami. Soalnya baby blues aja udah berat, ga kebayang kalau PPD bisa lebih berat lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya lho Mba Ina. Baby blues aja menyiksa. Gimana PPD.

      Hapus
  59. Bacaan yang renyah dan relate dengan masyarakat millenial. Tidak ada unsur menakuti nakuti untuk mereke yang siap menikah muda.
    Apalagi pengalaman ditulis dan dibukakan insyaalah pembaca seakan merasakan jalan ceritanya.
    Sayangya saya baru denger nama penulis diatas. Maapkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang baru satu buku saja rasanya yang lahir dari keduanya Mba. Namun dulu hits di dunia blogger.

      Hapus
  60. judulnya bikin penasaran deh pengen baca nanti gimana rasanya kalau jadi papa mama muda ya jadi bayangin deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Judulnya emang asik banget Teh Mei. Bikin auto penasaran.

      Hapus
  61. aku kepo deh pengen baca bukunya kan jadinya, ceritanya tentang mama papa muda gitu ya, penuh lika liku deh tuh hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cusss masih ada di official store penerbitnya di e-commerce.

      Hapus
  62. Jadi tertarik nih kak liat resensi nya harus beli buku nya cuss langsung beli

    BalasHapus
  63. dalem ya mbak icha, "karena kita menuntut jadi ibu yang sempurna". kalau mas topan dan mbak pungky ini baru pertama kali dengar, tapi dari kisahnya sudah bikin penasaran apalagi seputar real life dan tentang perjuangan postpartum depresion ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba. Mba Pungky dulunya blogger. Lalu sekarang lebih sering muncul di Instagram sih.

      Hapus
  64. Aku punya ini juga
    Sekarang dilungsurkan ke adikku yang baru nikah supaya belajar kehidupan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emang pas dibaca buat yang baru mau menikah sih ya Mba Amma.

      Hapus

Posting Komentar