pada tanggal
Baca
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Sebenarnya sudah lama sekali saya membaca buku yang judulnya
manis sekaligus greget ini, Drama Mama Papa Muda. Hal pertama yang terlintas
dalam pikiran saya setelah membaca judulnya adalah … iya ya, bagaimanapun,
namanya menikah, dramanya pasti ada saja.
Senang sekali salah satu buku non fiksi terbitan Penerbit
Laksana yang memuat nama Ayun sebagai editornya, bisa sampai ke tangan saya
berkat mengikuti sebuah blogtour. Kebahagiaan berlipat soalnya ada stempel ‘hadiah’
di halaman depan bukunya.
Judul buku karya influencer
Pungky Prayitno ini beneran nggak bisa nggak bikin saya sanggup menahan rasa
penasaran. Apalagi sepanjang membaca, cara bertuturnya menyenangkan sekali.
Seolah saya sedang duduk mendengarkan kisah dua sejoli yang berkolaborasi dalam
keseruan drama sepasang mama dan papa muda.
Betapa sebuah pernikahan nggak seindah yang orang-orang di luarnya bayangkan. Melainkan, butuh usaha yang ampun-ampunan dari dua orang yang sudah berkomitmen untuk melangkah bersama, berdoa dan berjuang agar tetap bisa saling membersamai sepanjang jatah usia yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa.
Saya dapat pengalaman menyenangkan tersendiri sepanjang
membaca buku ini. Seolah saya sedang menikmati dongeng ceplas ceplos ala Pungky
Prayitno, dan tentunya Topan Pramukti,
dimana sesungguhnya buku ini didedikasikan untuk anak mereka, Sujiwo
Arkadievich. Nama yang indah, by the way.
Apakah saya kemudian jatuh cinta pada buku ini? Nggak juga.
Tapi bagi saya, buku ini layak dibaca untuk kamu -- atau temanmu – yang baper
ingin buru-buru menikah, merasa patah hati karena hidup menjomlo terlalu lama,
atau yang baru menikah seperti saya dan partner.
Sebab banyak sekali pengalaman yang dikisahkah Mas Topan dan
Mba Pungky yang membuat saya berkeinginan – terutama kalau suatu waktu nanti
punya kesempatan untuk ketemu Mba Pungky – maunya minta peluk dan berterima
kasih atas tulisan pengalamannya di buku bersampul putih ini.
Seorang Topan Pramukti, mengibaratkan pernikahan dan rumah tangga yang dijaganya bersama
Pungky Prayitno, layaknya seperti mobil klasik yang indah namun sayangnya, ringkih.
Dibangun dengan cara yang ala kadarnya dengan metode yang terkesan coba-coba.
Mas Topan selaku tokoh nyata Bapak dalam buku ini, mencurahkan begitu banyak
cerita yang dia alami selama hampir 5 tahun pernikahan, hingga menemukan sebuah
intisari.
Sebaliknya, si tokoh nyata Ibu dalam buku Drama Mama Papa
Muda -- Pungky Prayitno, sebelumnya menolak dan mengamit-amiti impian
teman-temannya yang ingin menikah muda. Ya, menikah di bawah usia 25 tahun itu,
seperti menyia-nyiakan masa merekah yang cerah nan gemilang, lalu menggadaikan
hidup dengan sebuah sangkar emas yang bernama pernikahan.
Kenyataannya, si ibu ini harus menjilat sendiri ludahnya,
setelah menerima ajakan Mas Topan untuk membina rumah tangga ala kadarnya,
dengan resepsi yang hanya makan makan untuk keluarga dan teman dekat saja.
Pernikahan memang nggak selalu mudah dan indah seperti yang
dikisahkan di dongeng putri-pangeran ya. Pernikahan juga bukan sesuatu yang
“layak” dijadikan bahan basa-basi dengan pertanyaan sepele namun menyakiti
hati, “Hey, kapan nikah?”.
Sebab sejatinya pernikahan memang merupakan rangkaian
bahagia dan derita yang – pasti ada waktunya sendiri. Setiap orang akan
menemukan waktu yang tepat, kesiapan, dan lain sebagainya, dalam fase kehidupan
yang dijalani, tanpa perlu diceletuki dengan pertanyaan basa basi yang bikin
keki.
Menjadi seorang Ibu di usia yang bisa dibilang cukup muda
walaupun sudah bukan remaja lagi, bagi Mba Pungky, bukan hanya membawa serta
kebahagiaan, namun juga tantangan. Mba Pungky, membuka mata banyak perempuan –
termasuk saya -- tentang ancaman Post Partume Depression. Depresi yang datang
seusai Baby Blues, namun begitu membuat pusing, dan cenderung membawa petaka --
dianggap sebagai Ibu yang sudah gila.
Buku ini memang pada akhirnya tidak terlalu mengenalkan pada
saya, lebih jauh lagi mengenai Post Partume Depression – kecuali apa yang Mba
Pungky rasakan dan lakukan, tapi ada lebih banyak hal sepele lainnya yang
sebenarnya begitu berharga, untuk dimiliki
seorang istri dan Ibu, dari sudut pandang Mba Pungky.
Betapa seorang Bapak tak boleh terlena dan lupa, kalau
selama mengurusi anak, Ibu sebaiknya jangan dibiarkan merasa sendirian, bahkan
… bahaya sekali kalau si Ibu sudah sampai di titik, merasa kalau impiannya
secara personal pun “direnggut paksa” sebab posisinya telah berubah menjadi
seorang istri dan Ibu.
Dalam buku ini saya menemukan semangat baru, bahwa
bagaimanapun juga, para Bapak perlu tahu kondisi setiap tim dalam “rumah
tangga”-nya. Sementara si Ibu, seperti halnya Mba Pungky, dituntut oleh dirinya
untuk memperjuangkan kewarasan dan kebebasannya, hanya agar dia bisa cukup
merasa bahagia, sehingga tak berimbas pada Jiwo, putra mereka.
Di bagian lain dari buku ini, Mas Topan benar-benar banyak
mendobrak pemikiran sesederhana “Kapan anak harus sekolah?”, “Sekolah seperti
apa yang layak bagi anak saya?”, termasuk, sosok seperti apa yang sebenarnya
perlu para Bapak posisikan, selaku kepala keluarga.
Mas Topan berkisah bahwa Bapak bukan hanya bertugas mencari
pendapatan untuk keberlangsungan hidup keluarga, namun punya hak merasakan
rasanya menggendong anak, menyuapinya, mengganti popoknya, memandikannya,
mengurusi anak sepanjang hari, tanpa perlu mendapat cibiran “tetangga” bagi
dirinya, seolah si Ibu sebegitu malas dan egois sampai meninggalkan Bapak dan
anak hanya berdua saja di rumah.
Saya berterima kasih pada Mas Topan, dan berdoa agar banyak
lelaki muda yang merupakan calon suami atau sudah sah menjadi suami, turut pula
membaca buku ini. Sebab lelaki sejati, bukan yang menikahi seorang anak gadis
milik orang lain, lalu mengurungnya dalam ikatan yang membuatnya terjebak dan
kehilangan banyak impian.
Lelaki yang akan menjadi suami, sebaiknya belajar, bukan hanya
egois pada diri dan impiannya sendiri, namun siap menemani istrinya mengejar
impian yang dia punya, juga mengajarkan anak-anaknya untuk pandai mengembangkan
diri demi masa depannya nanti. Hey, banyak sekali sebenarnya tugas sepanjang
hayat seorang lelaki ya.
Saya termasuk ke dalam geng istri yang agak rewel sama suami
dalam urusan mengurus anak dan rumah kami. Jelaslah, sebab bagi saya, tugas
istri itu bukan dapur sumur kasur seperti ocehan generasi sebelum kami.
Melainkan, rumah yang dibeli bersama, diperjuangkan untuk melunasi utangnya
bersama, ya … sudah selayaknya diurus bersama, termasuk membersihkan dan
membuatnya nyaman, bersama-sama.
Pun anak-anak yang … ehm, masa bikinnya bareng-bareng tapi
yang banyak dipusingkan oleh urusan semacam menyuapi, ganti popok, main,
memandikan, meninabobokan, hanya ibunya saja, sementara si Bapak keukeuh kalau tugasnya hanya mencari
nafkah untuk penghidupan anak dan istrinya. Sungguh finansial yang coba diberi
banyak tetapi masalah kebahagiaan dalam rumah tangga yang terlupakan.
Pada akhirnya, buku Drama Mama Papa Muda saya anggap sebagai
pembuka jalan untuk membaca dan mencari tahu lebih banyak lagi mengenai ilmu
pernikahan. Buku ini membuat saya begitu haus untuk mengulik lebih dalam
mengenai post partume depression yang mengintai para mama muda.
Duh .Jadi pengin punya anak. :(
BalasHapusEh sekarang udah ya Di. Alhamdulillah.
Hapusbuku ini real story dari Mba Pungky ya? penasaran mau baca selengkapnya, kata teman yang sudah baca juga buku ini bagus
BalasHapusHuum. Betul. Asik juga gaya bertuturnya.
Hapussetuju, mengelola rumah tangga itu harus bersama. jadi pengen baca bukunya
BalasHapusSemoga sudah dibaca bukunya ya Mba.
HapusWah, makasih reviewnya, udah lama banget penasaran pengen baca buku ini, tapi belum kesampaian aja...
BalasHapusSemoga sudah kesampaian baca buku Drama Mama Papa Muda ini ya Mba.
HapusYa ampun saya keingetan ini buku. Keinget juga masa-masa ketemu Punky, dan Grace Melia, para ibu muda yang menurut saya sangat menginspirasi. Aduh buku ini entah dimana nih, abis baca saya lupa naruh, hahaha
BalasHapusWadudu Teteh hihi sampai lupa simpan dimana
HapusWah menarik banget nih bukunya. Aku sebagai mamah muda ngerasa relate sama konflik-konfliknya
BalasHapusSama banget. Yaaa agak miriplah ya. Bisa jadi bahan pelajaran dari pengalaman juga.
HapusKok saya jadi penasaran sama bukunya ya. Pengen baca langsung, kayaknya bagus dan pastinya banyak pelajaran yang didapat nih.
BalasHapusBahasa penyampaiannya enak banget, mengalir sekali.
HapusBagus nih bukunya mbak. Suka dengan tulisan2 Pungky. Menginspirasi dan menghibur
BalasHapusBahkan caption IG nya pun asik banget.
HapusBukunya sepertinya seru ya...
BalasHapusEmang kehidupan berumahtangga itu seperti roller coaster. Up n down
Iya ya Mba. Kehidupan rumah tangga itu selalu menghadirkan banyak cerita.
HapusDuh udah sejak kapan hari deh kepengen baca buku ini. Sejak Punky posting tentang bukunya deh. Tahun lalu atau sebelomnya. Baca tulisan ini, jadi keingetan lagi deh. Itung-itung nostalgia saat baru jadi mama muda dulu :D
BalasHapusWaahh Mba Nia mau nostalgia. Bahkan buku ini ngasih banyak pengalaman tentang berumah tangga lho.
HapusEmm, aku merasakan ini saat ribetnya punya anak masih kecil lalu hamil lagi dengan jarak usia anak pertama yang berdekatan.
BalasHapusTapi setelah anak-anak makin gede, aku makin slow dalam rumah tangga.
Alhamdulillah,
andaikan dulu punya ilmunya yaa...
**banyak baca buku itu sungguh bagus, karena bakalan dapet banyak energi dan insight baru dari sang penulis.
Sepakat Teh. Baca buku begini bisa jadi ajang belajar banyak dari pengalaman penulisnya.
Hapusaku udah lama banget ngikutin Mbak Pungky, selalu suka tulisan tulisannya yang lugas dan berani. dari blog laama di sampee skrg hihi jadi penasaran sama buku ini
BalasHapusSemoga sudah sempat membacanya ya Mba
HapusMenarik mb.. Bisa dibaca pasangan muda. Agar punya gambaran bagaimana rumitnya mempertahankan mahligai rumah tangga dengan segala dinamikanya..
BalasHapusIyap. Dan rumah tangga itu nggak semudah dan semewah kisah kisah dalam dongeng.
HapusBukunya kerenn aku jadi pengen beli mba, pengen banget denger cerita mba pinky dan suami tentang bagaimana berumah tangga
BalasHapusSemoga sudah jadi koleksi ya Mba.
HapusSaya setuju dengan bahwa tugas istri itu bukan hanya di dapur, sumur, kasur melainkan lebih dari itu seorang istri itu harus mengusai segala ilmu.
BalasHapusSepakat.
HapusPun demikian dengan suami. Bukan hanya mencari nafkah saja.
Keren juga yaaaa buku ini. Cerita sederhana namun dikemas dengan apik menjadi penuh makna... mbak, aku jadi penasaran deh pengen baca juga bukunyaa.. masih bisa dibeli gak yaaa
BalasHapusSampai hari ini nampaknya masih bisa dipesan di official store penerbitnya melalui e-commerce.
HapusWah, sempat menghindar dari pertemuan keluarga untuk menghindari pertanyaan, kapan nikah?
BalasHapusSaya kalau sampai ada yang iseng tanya sih, senyumin saja. Mungkin doi kurang bisa bercanda hidupnya.
Hapuswah mba pungky buat buku?
BalasHapuspadahal aku followersnya, tapi malah kelewat bukunya
Lhooo Mba hihi. Cusss kepoin bukunya. Masih bisa lho.
HapusWah bukunya seru neh untuk dibaca, jadi penasaran neh, bukunya udah beredar toko buku kah mba?
BalasHapusMasih ada di e-commerce penerbitnya. Bisa dipesan di sana ya.
HapusWah Mba Pungky ini memang sangat berbakat dalam menulis ya, baik menulis artikel di blog maupun di buku non fiksinya. Keren memang beliau.
BalasHapusSetiap rumah tangga pasti punya dramanya masing-masing, entah itu bahagia atau sedih, pasti akan ada masanya datang menyapa..
Kalau nggak siap dengan drama pernikahan, ya jangan menikah. It;s so simple, hahaha
Keren, jadi penasaran sama bukunya Mba...
Iya sih. Kalau nggak siap sama drama pernikahan ya nggak usah menikah. Tapi harus menghadapi mulut usil bin bawel yang tanya terus "kapan nikah?" dengan segala nasihatnya yang maha benar bin maha tahu. 🤭
HapusLama gak dengar kabar Mbak Pungky di dunia blog, ternyata menulis buku ya. Dulu saya suka dengan tulisan-tulisan Mbak Pungky di blognya, dan sekarang jadi penasaran ingin membaca bukunya.
BalasHapusSudah lama sekali lho bukunya terbit. Tulisan ini hanya saya re-update tanpa mengubah tanggal tayangnya. Masih bisa dipesan melalui e-commerce di official store penerbitnya kok Mba. Silakan.
Hapus
BalasHapusAkuu juga salah satu pembaca dari buku ini, ternyata pernah juga review singkat di blog. Buku ini menurutku dibawakan dengan unik sih antara istri dan suami, dengan tulisan2 sebelumnya yang dimuat di blog sujiwo dulu kalau nggak salah. Daaaan, pemikiran mereka berdua menurutku beda dari kebanyakan orang sekaligus berani, dan juga aku belajar untuk siap ikhlas meskipun misalnya belum ada kejadian buruk harus terjadi lebih dulu
Iya banget lho. Berkali kali menemukan penyampaian dari Mba Pungky tentang ikhlas bahkan atas segalanya yang belum terjadi. Banyak belajar dari cerianya Mba Pungky.
HapusBenar banget, Kak. Rumah tangga ga seindah bayangan anak mudah yang tanpa konflik dan penuh canda tawa saja. Ya terbukti dari buku Pungky yang pernah mengalami post partum depression, kalau ga salah, bahwa banyak hal yang mesti diperjuangkan termasuk kewarasan orangtua. Menjadi ibu dan orangtua butuh keberanian dan kesanggupan untuk mau menerima dan melepaskan pad saat yang sama. Ya melepas ego dan sebagainya.
BalasHapusIya banget Mas. Pada akhirnya segala remeh temeh yang dibayangkan saat masih muda dan single dulu ya, nggak seindah itulah sebuah pernikahan. Dramanya banyak dan nggak terduga.
HapusBuku ini jadi menarik, karena ditulis sesuai dengan pengalaman atau apa yang mereka alami selama berumah tangga dan memiliki anak ya, Mbak. Jadi ceritanya mengalir dan enak dibaca. Terus banyak hal-hal yang bisa diambil dan dijadikan pelajaran juga. Buku yang ringan, tapi penuh dengan hal-hal menarik.
BalasHapusBanget Mas Bams. Gaya bertuturnya menyenangkan. Poin plus sekali dari sebuah buku bertema pernikahan.
HapusNggak bisa nggak bikin saya... Agak membingungkan kalimatnya hehe...
BalasHapusTerbitnya buku yang berdasarkan pengalaman pribadi lebih mengena buat dibaca apalagi ini sekaligus masukan juga
Huwaaa makin sayang ih sama Kak Fenni. Selalu menemukan sisi yang perlu dibenahi dari tulisanku. Terima kasih banyak 🤗
HapusIya Kak. Rasanya belajar dari pengalaman pribadi orang lain bisa jadi semacam antisipasi bagi diri sendiri juga.
Aku tabu buku ini. Ngegans bangat akutuh sama Ibu Jiwo. Kisahnya emang renyah semua. Kadang bikin haru, tapi tiba-tiba bisa bikin ngakak juga. Ah, drama mama papa pokoknya 👍👍👍
BalasHapusIya lho. Bahkan di akun Instagram-nya selalu ada yang seru. Aku paling suka mampir ke IGs Mba Pungky sih kalau lagi bisa santai belakangan ini.
Hapuswahhh mbak Pungky sudah punya buku.... ini bearti diangkat dari kisah nyata sehari hari mereka berdua ya kak, walaupun mungkin ada sedikit bumbu yang ditambahkan. Pasti 5 tahun punya banyak cerita seru
BalasHapusIya Bang Don. Sudut ceritanya dari sisi Mba Pungky dan juga Mas Topan. Asik sekali.
HapusYang namanya pernikahan emang gak bisa semanis dongeng2 ya mbak. Selalu ada aja cerita lucu, sedih, susah, bahagia yang menghiasi perjalanan selama berumah tangga
BalasHapusBetul sekali. Indahnya yaaa diawal. Selanjutnya, bagaimana memperjuangkannya agar tetap indah dengan langgeng mesra bersama.
HapusUdah tahu buku ini cukup lama, tapi memang hanya sekadar masuk wishlist. Maklum buku parenting banyak banget, jadi harus bener-bener pilih2 mau beli yang mana. Aku kenal Pungky gara2 kisah PPD nya yang dishare suaminya, Topan di blog mereka. Lalu jadi kepo tentang pasangan ini. Sampai sekarang juga masih suka mengikuti ceplos2nya Pungky di Instagram. Keduanya memang inspiring,. semoga langgeng selamanya. Pun Kak Acha juga semoga langgeng selamanya dengan suami.
BalasHapusAamiin. Semoga Mba Marita juga langgeng mesra terus sama suaminya ya Mba.
HapusBaca blurb nya bikin ketawa dalam nangis. eeehhh... "Istri yang terus hidup di kolong kasur sambil menangis menggerung-gerung" Wkwk pernah nih kayak gini aku juga.
BalasHapusNah lho Kak Niken ternyata punya pengalaman yang nggak jauh berbeda dari Mba Pungky kah?
Hapuslangsung kebayang muka mbak punky.....pasti seru banget bukunya...karena pribadi pungky aja udah cukup bikin seru..kebayang ada adengan lucunya...terus pasti romantis banget mas topan yaa sabar ngedepin istri yang post tantrum
BalasHapusPost Partume. Typo nih kayaknya Mba 🤭
HapusIya lho. Asik banget ngikutin keseruan Mba Pungky di akun Instagram-nya. Berasa ikutan happy.
Udah lama ya terbitnya? Penasaran isi ceritanya deh. Pasangan muda memang banyak onak dan duri jika lulus melewatinya maka tentu akan bertambah bahagia juga
BalasHapusIya Mba udah lama. Masih bisa dipesan di official store penerbitnya di Shopee kalau nggak salah ingat.
Hapuswah mba pungky buat buku?
BalasHapuspadahal aku followersnya, tapi malah kelewat bukunya
Nah lho Mas Zee. Bukunya udah lumayan lama sih.
HapusLangsung keinget masa2 awal menikah dulu. Memang penuh drama ya, hehe... bahkan sampai sekarang di usia pernikahan ke-14, ada aja cerita baru yang mewarnai rumah tanggaku.
BalasHapusBarakallah Mba. Wah sudah 14 tahun. Semoga langgeng mesra terus keluarganya ya Mba.
Hapusah mbak pungky ya
BalasHapuswah aq baru tahu klo mbak pungky nulis buku
pasti isinya renyah ya, spt klo lihat story mbak pungky di IG
Renyah dan asik gaya bertuturnya memang.
HapusJujur aku belum baca bukunya. Cuma aku udah sering ikut denger pas teman-temanku review atau ngobrol soal buku Mas Topan dan Mbak Pungky ini.. Baca review mbak Acha aku sekayak udah baca keseluruhan buku. Dan jadi pengen punya bukunyaaaa...
BalasHapusYeay aku bikin Kak Jas jadi pengen punya bukunya, yeay. Masih ada di official store penerbitnya Kak Jas. Cusss Kak.
HapusBentar. Mereka berdua artis kah? Kok namanya nggak asing ya. Coba deh aku Googling dulu
BalasHapusPungky Prayitno itu blogger, tapi sekarang lebih fokus ke Instagram. Sering share tentang tips2 instagram di beberapa event online, salah satunya pas IIDN bareng Indosat punya gawe beberapa waktu lalu. Sementara suaminya setahuku jurnalis sih. Dulu sempat booming dengan tulisannya tentang Post partum depression, bagaimana Topan mendampingi Pungky. Lalu terbit deh buku ini.. Pasangan inspiratif deh.
HapusPernikahan itu memang suatu dunia yang baru. Makanya deh ada yang namanya "Selamat menempuh kehidupan baru". Soalnya kan misalnya aja kita sudah paham nih semua pengetahuan tentang pernikahan. Ilmu-ilmunya tentang berinteraksi dengan pasangan dan anak sudah kita pahami. Eh, tetap aja deh kita mesti belajar dan belajar lebih banyak lagi karena memang ada banyak kejutan di dalam kehidupan berumah tangga itu
BalasHapus(aku lagi merasakannya juga soalnya)
Hahaha iya ya Kak Zen.
HapusNah ilmu tentang pernikahan ini rasanya nggak akan ada habisnya, apalagi soal drama-dramanya.
Senang ada buku untuk panduan praktis tentang kehidupan pernikahan yang sebenarnya. Semoga mereka yang akan masuk ke jenjang pernikahan dapat belajar dari buku ini.
BalasHapusAamiin Bu. Terima kasih sudah berkunjung ke mari Bu Ina.
HapusKa Acha, aku kok haru saat membaca ini: lelaki yang akan menjadi suami, sebaiknya belajar, bukan hanya egois pada diri dan impiannya sendiri, namun siap menemani istrinya mengejar impian yang dia punya. Aku nikah di bawah usia 25 tahun dan suami 29 tahun. Tp ya itu, impian istri diminta melebur menjadi keluarga :)
BalasHapusSemoga Mba Mia tetap ikhlas dan tangguh menjalani hidup ya. Kadang memang, kalau sudah jadi istri, impian adalah milik keluarga, sementara suami merasa lebih ego dan bisa bebas kemana mana. Sendu kalau dibayanginnya sih Mba.
Hapustypo, menjadi impian keluarga
BalasHapusNggal apa apa Mba Mia.
HapusSaya punya teman cowok ngebet banget ingin nikah. Trus saya bilang nikah itu gak cuma indah-indahnya saja. Kemudian dia merenung dan mendapati beberapa teman2nya mengeluh tentang pernikahan. Kalau kata orang jawa Wang Sinawang ya kak
BalasHapusIya banget Mba. Wah mungkin karena si teman Mba ini sudah merasa siap. Semoga saja bukan karena merasa butuh istri biar ada yang ngurusin segala hal dari kepala sampai kaki. Aamiin.
HapusWah,pernikahan keduanya seperti mobil klasik indah di luar tapi ringkih di dalam..buku yang renyah dan pas dibaca para calon papa mama muda dan yang awal menikah.Btw mereka tahun berapa menikah ya.Aku tahun 2002 usia 26 tahun aja merasa siap belum siap hahah..apalagi yang di bawah usia itu ya.Buku yang asyik dengan review yang menarik!
BalasHapusSeingat Acha sih di bawah 25ba. Iya ya Mba. Aku pun yang kalau kata orang tuh menikah di usia nggak muda amat, pas 25, rasanya yaaa siap nggak siap juga. Ternyata memang dramanya banyak sekali setelahnya.
HapusMerasakan bangettt jadi mama muda. Usia 20 nikah. Usia 21 punya anak. Kuliah masih semester 4. Suami baru aja diterima kerja. Ah! Benar-benar drama. Apalagi dulu aku kurang edukasi mengenai banyak hal.
BalasHapusAlhamdulillah tahun ini sudah 12 tahun kami bersama.
Masya Allah Mba Muna. Semoga sakinah mawaddah wa rahmah terus dengan suami dan anak anak ya Mba.
HapusMas topan cerminan mengikuti anjuran nabi Muhammad SAW . Jaman now seorang ayah harus bekerjasama untuk membantu istri
BalasHapusYaaa sayangnya banyak juga lelaki yang kurang perasa dan malah jadi nggak mengikuti anjuran nabi ya Mpo.
Hapus
BalasHapusBuku ini bisa sedikit memberikan gambaran kehidupan pernikahan di 5 tahun pertama bagi mereka yang akan menikah atau baru saja menikah dari pengalaman yang ditulis berdasar realita kehidupan yang ada. Bagus sekali.. terima kasih reviewnya
Terima kasih juga sudah berkunjung ke mari Mba Erly.
HapusCeritanya tidak diberi pemanis dan banyak orang bisa mengikuti karena nyambung dengan kehidupan banyak orang. Menarik juga bacaanya
BalasHapusSepakat sama Bang Aiep.
Hapussaya pernah baca tulisan pasangan ini tapi di blog
BalasHapusBuku ini lebih lengkap ya?
Pastinya keren karena story tellingnya bagus dan punya pemikiran yang ngga terduga
Iya banget soal story telling-nya Ambu. Nyaman sekali sepanjang membacanya.
Hapuswaaah bukunya mbak Pung.. bagus banget isinya, menyentuh banget ya. aku jadi kepo2 post partume depression nih, biar nanti pas udah menikah dan melahirkan bisa siap2 kl mengalami post partume depression.
BalasHapusSilakan Mba Ella. Bukunya masih ada di official store penerbitnya.
HapusSaya merasakan banget itu pas baru menikah, kesannya pengen dan ngebet banget jadi istri yang sempurna. Kekeke. Semua perempuan pasti melewati fase ini. Dinikmati aja, yang penting jangan sampai stres. Bukunya kocak ya kayaknya. Gimana ya rasanya penulis membaca buku dan pengalamannya sendiri? Pasti ketawa-ketawa sendiri juga itu.
BalasHapusWaduuuwww kalau itu sih aku kurang tau Mba. 🤭
HapusRidak ada akademi pernikahan memang apalagi untuk pasangan yang menikah di era tahun 2000 ke bawah. Dan di jelang 2018 beberapa komunitas dan lembaga menggagas sebuah kursus ataupun pelatihan menjadi isyri/suami juga ibu/ayah.
BalasHapusSelaiknya seperti orang yang hendak berjuang menempuh luasnya samudas, pasangan yang hendak menikah harusnya berbekal ilmu. Baik ilmu menjadi pasangan dan menjadi orang tua.
Dimana akademi itu?
Di rumah.
Itulah sebab seharusnya orangtua sudah mempersiapkan anak-anak agar kelak mereka siap memiliki anak dan kehidupannya sendiri dengan bekal yang diadopsi belasan bahkan puluhan tahun lewat rumah tangga ayah dan ibunya.
Kematangan bukan hanya milik orang yang memiliki usia berlimpah. Yang membedakan adalah kemampuan untuk baligh dan berhikmah
Sepakat. Kesiapan ini memang dimulai sedari anak anak masih usia dini agar paham bahwa sebagai istri bukan yang mengurusi segala dan suami bukan cari nafkah saja.
HapusWah seru juga sih ringkassn cerita yang dibagikan ini. Meski bukan genre yang disukai tapi memiliki makna tersirat yang related dengan kehidupan sehari-hari
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung ya Mas.
HapusSeru kali ya mbak, ketika kisah pernikahan di awal-awal di kenang setelah beberapa tahun kemudian. Yang pasti belajar menjadi istri atau suami utk pertama kali itu tidak mudah. Harus beradaptasi satu dengan lainnya
BalasHapusBanget Mba Maria.Dan masa adaptasi yang nggak sebentar.
HapusIni cerita bukunya tips apa kisah gitu ya? Bagus tuk kado calon pengantin nih kynya hehe.. "Lelaki yang akan menjadi suami, sebaiknya belajar, bukan hanya egois pada diri dan impiannya sendiri, namun siap menemani istrinya mengejar impian yang dia punya".. nah sy paling sepakat bingit sama kalimat yg ini.
BalasHapusBukan. Isinya lebih ke pengalaman pribadi. Sharing. Personal. Jadi bisa diambil hikmahnya kalau dijadikan kado pernikahan.
HapusMungkin biku ini harus dibaca bagi mereka yang hendak menikah atau baru nikah, agar siap-siap ya. Ngga semua seindah bayangan, kenyataannya menikah itu ibadah ga selalu senang
BalasHapusIya banget Mba. Ternyata menikah tuh isinya bukan seru-seruan aja.
HapusSeru nih baca reviewnya mba, seakan turut mengalami juga apalagi pas bagian Post partum itu, memang dukungan suami untuk turut terlibat dalam pekerjaan RT itu penting, jangan taunya mau enaknya aja hehehe
BalasHapusNah ini. Masih banyak calon suami yang cari calon istri untuk diurusi.
HapusJamak di masyarakat memang mengurus anak hanya tanggung jawab ibu. Padahal ya kan kedua peran suami istri sangat dibutuhkan oleh anak.
BalasHapusAgar si anak juga tidak merasakan kehilangan fitrahnya karena selalu melihat ibu saja yang menjalankan peran domestik.
Nabi saja mencontohkan bahwa pekerjaan rumah juga merupakan tugas suami.
Sepakat. Urusan domestik kan urusan bersama. Bukan istri saja.
HapusAku pernah ikut forumnya nba punky lewat webinar. Dan woowww suka bangeettt dengerin beliau ngomong. Rasanya kayak dengerin radio hihi.
BalasHapusUdah gt orangnya ceriaa jadi ngefek di kitanya ikut senyum2 gituuu..
Ternyata ada bukunyaaa. Duhh mauu
Cusss jajan Kak.
HapusLumayan asyik ini isi bukunya ya mbak. Menginspirasi dan pastinya edukatif. Semoga banyak calon pasangan yang membaca, biar bisa tahu gambaran bahwa menikah itu adalah toleransi dari banyak perbedaan. hehe
BalasHapusSemoga Mba.
HapusKalau baca cerita tentang PPD rasanya aku pasti akan ikutan sedih walau tidak mengalami. Soalnya baby blues aja udah berat, ga kebayang kalau PPD bisa lebih berat lagi
BalasHapusIya lho Mba Ina. Baby blues aja menyiksa. Gimana PPD.
HapusBacaan yang renyah dan relate dengan masyarakat millenial. Tidak ada unsur menakuti nakuti untuk mereke yang siap menikah muda.
BalasHapusApalagi pengalaman ditulis dan dibukakan insyaalah pembaca seakan merasakan jalan ceritanya.
Sayangya saya baru denger nama penulis diatas. Maapkan
Memang baru satu buku saja rasanya yang lahir dari keduanya Mba. Namun dulu hits di dunia blogger.
Hapusjudulnya bikin penasaran deh pengen baca nanti gimana rasanya kalau jadi papa mama muda ya jadi bayangin deh
BalasHapusJudulnya emang asik banget Teh Mei. Bikin auto penasaran.
Hapusaku kepo deh pengen baca bukunya kan jadinya, ceritanya tentang mama papa muda gitu ya, penuh lika liku deh tuh hihihi
BalasHapusCusss masih ada di official store penerbitnya di e-commerce.
HapusJadi tertarik nih kak liat resensi nya harus beli buku nya cuss langsung beli
BalasHapusSilakan Mba.
Hapusdalem ya mbak icha, "karena kita menuntut jadi ibu yang sempurna". kalau mas topan dan mbak pungky ini baru pertama kali dengar, tapi dari kisahnya sudah bikin penasaran apalagi seputar real life dan tentang perjuangan postpartum depresion ya.
BalasHapusIya Mba. Mba Pungky dulunya blogger. Lalu sekarang lebih sering muncul di Instagram sih.
HapusAku punya ini juga
BalasHapusSekarang dilungsurkan ke adikku yang baru nikah supaya belajar kehidupan
Emang pas dibaca buat yang baru mau menikah sih ya Mba Amma.
Hapus