Saya nggak sanggup membayangkan bagaimana rasanya tinggal di
daerah yang terisolasi. Jauh dari mana-mana, bahkan untuk memenuhi kebutuhan
primer sehari-hari saja, sulit. Teringatlah oleh saya, sebuah catatan sejarah
tentang Jalan Raya Pos yang pelaksanaannya diprakarsai oleh seorang gubernur
bertangan besi, Herman Willam Daendels – yang kemudian, sejarah tersebut
dikenal dengan pembangunan Jalan Raya Daendels atau Jalan Raya Pos -- yang jaraknya
kurang lebih sekitar seribu kilometer. Membentang sepanjang Anyer – Panarukan,
berlatar sejarah kelam genosida alih-alih menelan ribuan korban dari pekerja
yang kelelahan, jalan raya ini membuka akses ekonomi, demi mempermudah
pengiriman produk kopi, gula, dan nila menuju Batavia. Kurang lebihnya,
begitulah yang saya tangkap dari kisah panjang pembangunan prasarana
transportasi di masa kolonial itu.
|
Transportasi Terkoneksi dan Bermanfaat Selamanya |
Memang, jika dilihat dari sudut pandang kelam, saya nggak
bisa memungkiri hal tersebut. Tetapi, akses prasarana transportasi merupakan
salah satu pilar dari berkembangnya perekonomian masyarakat. Para petani kopi,
tebu, bahkan juga padi, bisa lebih terbuka akses pasarnya menuju konsumen. Pun
Jalan Anyer-Panarukan yang titik 0 km-nya berada di Desa Tambang Ayam Anyer
ini, masih digunakan aksesnya oleh kita sampai sekarang. Termasuk sektor
pariwisatanya yang ikut menggerakkan roda perekonomian masyarakat. Betapa
pentingnya transportasi, bukan?
Destinasi wisata yang berbaris sepanjang Jalan Daendels,
mulai dari Pantai Anyer di Banten, Tugu Titik Nol Kota Bandung, Pantai
Randusanga di Brebes yang punya pemandangan senja nan menawan, Jembatan Loji di
Pekalongan yang merupakan salah satu bangunan cagar budaya, Kota Lama Semarang,
Museum Kretek yang berada di wilayah Kudus, Kawasan Pecinan Lasem, daerah
wisata bahari di Lamongan seperti Istana Bawah Laut sampai Anjungan Wali Songo,
dan berujung pada keindahan Pantai Pathek di Panarukan yang menjadi titik akhir
dari proyek Jalan Raya Pos tersebut.
Hampir sama namun berbeda jaman, dengan proses pembangunan
yang nggak terlalu lama, sebuah moda transportasi massal, yaitu MRT (Moda Raya
Terpadu) dibangun di Ibukota Jakarta. Diresmikan sekitar awal bulan April lalu,
MRT yang membentang sepanjang 16 km ini sudah menyedot cukup banyak perhatian
masyarakat, termasuk menggerakkan kembali roda ekonomi sehingga semakin
bergulir laju. Menghubungkan wilayah Jakarta Selatan menuju Jakarta Pusat
dengan keberadaan 13 stasiun dari lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia,
semakin memudahkan masyarakat dalam mobilitas harian mereka.
Bukan hanya soal jarak tempuh dan waktu tempuh yang
diperpendek oleh MRT, namun mempermudah akses masyarakat untuk berwisata di
Ibukota. Destinasi wisata Kota Jakarta yang dekat dengan stasiun MRT, di
antaranya : Gelora Bung Karno di Senayan, Kawasan Jalan Fatmawati, Taman Ayodya
dan Taman Langsat, Kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Kawasan Belanja di Blok M,
GOR Sumantri dan Plaza Festival hingga Epicentrum Walk, berwisata kuliner di
sekitaran Bendungan Hilir, Mall Pondok Indah, pusat perbelanjaan di area
Senayan, hingga Hutan Kota Sangga Buana dan Kebun Karida yang berada di
himpitan gedung bertingkat dan merupakan salah satu hutan kota milik Jakarta.
Bukan hanya soal jarak dan waktu tempuh saja. Para pengguna
MRT merasa nyaman dalam menggunakan moda transportasi ini, termasuk MRT yang
turut membuka lapangan kerja baik saat proses pembangunan hingga setelah
berjalan kini.
MRT di Jakarta semakin menunjukkan bahwa transportasi di
Ibukota telah saling terintegrasi. Turut bersinergi pula dengan kehadiran
kereta bandara hingga commuter line yang sudah lebih dulu dihadirkan untuk
masyarakat di kota kota penyangga Jakarta. MRT merupakan salah satu bentuk
prestasi dari Kemenhub yang memudahkan masyarakat, bukan hanya dalam
pengembangan ekonomi namun juga wisata di dalam kota.
Hal tersebut selaras dengan visi
Kementerian Perhubungan,
yaitu terwujudnya penyelenggaraan pelayanan perhubungan yang handal, berdaya
saing dan memberikan nilai tambah. Terutama dalam lima tahun terakhir, sektor
kemajuan transportasi sangat nampak sekali hasil baiknya. Terima kasih
Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. Semoga semakin mampu menggenjot
pembangunan dengan berbagai pengembangan transportasi yang diperjuangkan hingga
nanti, demi masa depan Indonesia yang gemilang. Saya turut mendoakan.
Saya juga tidak bisa membayangkan jika harus tinggal di tempat yang terisolasi dan jauh dari sarana publik.
BalasHapusMemang akses prasarana transportasi merupakan salah satu pilar dari berkembangnya perekonomian masyarakat ya Mbak.
BalasHapusTransportasi umum berkembang pastinya masyarakat juga akan ikut senang ya Mbak.
BalasHapusSemoga saja masyarakat beralih dari penggunaan kendaraan pribadi menjadi kendaraan umum, selain untuk mencegah kemacetan juga bisa mengurangi polusi udara,
BalasHapusPasti seru banget kalau dengan adanya MRT memudahkan akses menuju destinasi wisata.
BalasHapusAlhamdulillah kalau sekarang sektor kemajuan transportasi sangat terlihat dampak baiknya.
BalasHapus