Saya mendadak teringat akan quote manis dari salah satu
penulis kenamaan Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, seusai menamatkan serial
drama Chicago Typewriter ini. Beliau berucap bahwa, “Menulis adalah bekerja
untuk keabadian”, dan saya mengiyakannya, tepat di episode terakhir dari serial
drama Korea yang naskahnya ditulis oleh penulis Jin Soo Wan ini.
Senang sekali saya bisa menyaksikan serial drama bertema romance fantasy yang salah satu karakter
dalam drama ini adalah Han Se Ju – diperankan oleh Yoo Ah In – merupakan seorang penulis terkenal yang pada suatu ketika
terjebak oleh rutinitas menulisnya yang gila-gilaan, namun diam-diam dia merasa
frustrasi dan malah terserang writer
block.
|
Chicago Typewriter
(image from kdramalove(dot)com) |
Aduh saya banget deh. Di awal-awal mencari serial drama yang
saya harap … bisa mengembalikan sedikit banyak semangat saya, setelah terjebak
dengan banyak sekali deadline yang
kejar-kejaran di bulan lalu. Mengeplak saya yang mulai merasa, menulis membuat
saya tetap bisa hidup, tentu saja karena alasan uang. Padahal dulu sekali, saat
memulai karir saya sebagai copywriter in
house di salah satu perusahaan jamu, saya mengelu-elukan bahwa menulis
membuat saya merasa hidup karena saya punya guna dengan sudut pandang yang bisa
saya bagikan. Terima kasih, Chicago Typewriter.
Padahal poster film ini bernuansa oldiest, tapi ternyata kisahnya cukup modern. Unik, dengan alur
yang sulit sekali ditebak, plot twist
yang kece, dan pemeran Yoo Jin Oh – diperankan oleh Go Kyung Pyo – yang tampan. Tunggu, Yoo Jin Oh ini siapa? Sini
sini, Ka Acha ceritakan sedikit kisahnya. Tapi maaf, nggak bisa banyak-banyak,
biar kamu nonton sendiri kelanjutannya nanti ya.
Kisah berpusat pada
sebuah mesin tik tua yang dibuat sekitar tahun 1930 di masa Joseon, dimana saat
itu Korea sedang dijajah oleh Jepang, sehingga langka sekali menemukan mesin
tik yang menggunakan huruf Hangeul dibandingkan hiragana. Yoo Jin Oh ini
merupakan hantu … atau mari kita sebut sebagai arwah lelaki muda di masa lalu
yang nggak bisa bereinkarnasi … yang terjebak di dalam sebuah mesin tik Chicago
Typewriter tadi. Dia berada di Chicago, berdiam di sebuah café yang suatu
ketika menggelar acara meet and greet
dari penulis Han Se Ju dengan para pembacanya yang berada di sana, untuk
peluncuran novel terbarunya yang berjudul Stalker. Iseng, Yoo Jin Oh memanggil
nama Han Se Ju. Bukannya takut atau kenapa, si Han Se Ju ini malah penasaran
dengan Chicago
Typewriter dan menanyakannya
kepada si bule pemilik café yang nggak diberitahu siapa namanya dalam kisah
ini.
Suatu malam, si pemilik café pun diteror oleh hantu Yoo Jin
Oh yang minta dikirimkan ke Korea, tepatnya kepada Han Se Ju. Karena takut,
sudahlah si Chicago Typewriter dikirimkan secara cuma-cuma. Lalu sesampainya di
bandara, Yoo Jin Oh yang terjebak di dalam mesin tik ini, dipertemukan dengan
Jeon Seol – diperankan secara apik oleh Im Soo Jung –
seorang petugas antar barang yang merupakan mantan atlet menembak nasional dan
juga seorang dokter hewan yang sedang melarikan diri dari profesinya karena terbayang-bayang
oleh ingatannya di kehidupan sebelumnya.
Ok, sampai sini, kamu mungkin sudah menangkap bahwa dalam
serial Chicago Typewriter ini, reinkarnasi – sesungguhnya saya nggak percaya
dengan hal ini ya – menjadi salah satu bagian terpenting dari jalannya cerita.
Tapi bukan hanya soal ini saja, melainkan ada sedikit scene yang mirip mirip dengan time
traveler, patriotisme, juga tentu saja urusan perasaan yang sukses bikin
saya berbunga-bunga dan patah hati secara mendadak dalam waktu yang berdekatan.
Hubungan antara Han Se Ju yang mengalami writer block dan hampir menyerah untuk
kembali menulis. Jeon Seol yang sebenarnya merupakan penggemar berat dari
berbagai karya novel Han Se Ju, namun entah bagaimana dia bisa sering sekali
terjebak dengan berbagai pertemuan yang pelik sekali rasanya dengan si idola,
sampai dia nggak mau lagi jadi penggemarnya. Juga menggemaskannya Yoo Jin Oh
yang malah menjadi ghostwriter untuk
Han se Ju dalam arti sebenar-benarnya “penulis bayangan”, tanpa diminta, dan
malah bikin Han Se Ju makin sakit kepala. Ada niat terselubung nih dari Yoo Jin
Oh sepanjang menulis naskah novel berjudul “Chicago Typewriter” untuk Han Se
Ju, dan ngeselinnya susah ditebak alasannya kenapa. Pertemuan dari berbagai
emosi yang salin-menjalin dari ketiga tokoh tadi, pada akhirnya membuka jalan
mengenai kehidupan Han Se Ju dan Jeon Seol di masa sebelum reinkarnasi, membuat
saya sulit sekali untuk sanggup memberi jeda pada diri saya agar nggak marathon
nontonin drama ini.
Kenapa Jeon Seol
masih terbayang-bayang akan kehidupan buruknya sebelum bereinkarnasi? Lalu
siapakan Han Se Ju di masa lalu? Kemudian, Yoo Jin Oh ini punya maksud apa,
sehingga iseng sekali melibatkan Han Se Ju dan Jeon Seol dalam maksudnya yang
sesungguhnya susah ditebak? Silakan saksikan saja serial drama ini
selengkapnya. Saya menyaksikannya di platform Viu, maka kamu pun bisa
menontonnya di sana ya.
Menulis Butuh Kejujuran
Saya angkat topi untuk karakter Han Se Ju yang walaupun
pekerjaan menulisnya sungguh gila-gilaan, sampai punya jeda sedikit saja untuk
menikmati perjalanan, malah tetap dipakai untuk menulis, alih-alih dia benci
untuk menyewa ghostwriter. Dia pun jujur untuk memilih berhenti sejenak dari
pekerjaannya, walaupun dia dikejar-kejar sekali oleh timnya di penerbitan,
sebab pada akhirnya, dia kembali kepada semangat menulisnya di awal karirnya
dulu. Ya, bukan sepenuhnya karena uang, bukan pula ketenaran, melainkan
pemenuhan kebutuhan diri yang lebih daripada itu. Di beberapa scene yang
menonjolkan soal hal ini, saya sesungguhnya ikut memegangi kepala saya yang
pusing. Lelah hati yang mengajak saya menghela napas bersama Han Se Ju.
Jujur dalam berkarya pun membuat diri menjadi lebih tenang,
hidup pun nyaman, dan berkarya jadi mengalir saja. Ada sisi yang disinggup soal
plagiat karya di serial drama ini, sehingga saya menyadari bahwa sebenarnya
para plagiat karya itu hanya lelah untuk berjuang membuktikan kemampuannya sendiri,
sehingga mengambil karya orang lain adalah jalan tersingkatnya. Padahal kalau
ketahuan, duh … ngeri, bisa bikin niat bunuh diri muncul lebih cepat
dibandingkan mengucapkan kata trilili.
Penulis yang Baik Bermula dari Pembaca yang Baik
Saya menangkap hal ini dari beberapa setting tempat tinggal
karakter penulis dalam serial drama Chicago Typewriter, terutama karakter Han
Se Ju, dimana banyak sekali scene
yang diambil dengan setting rumah tinggalnya. Entah itu sebenarnya rumah atau
perpustakaan, coba. Bukunya banyak banget sampai ke space tangga di lantai pun
dimanfaatkan sebagai rak buku. Terkesan, dia suka bacanya kebangetan, sampai
bahan bacaannya pun banyaknya lebih kebangetan lagi.
Tapi ya, saya menyadari itu. Alasan karir menulis saya nggak
berkilau-berkilau amat seperti kamu yang sedang membaca tulisan saya ini, atau
beberapa nama teman seangkatan atau senioran dikit lah dari saya yang karyanya
sudah ada dimana-mana, terutama yang menempuh jalan sebagai penulis fiksi. Saya
masih mentok di pekerjaan meng-handle media sosial milik brand, sesekali
menulis untuk website milik brand, dan ya … curhat suka suka di blog doang. Mencium
kemunculan buku solo pertama saja belum, padahal sudah bertahun-tahun sekali. Antologi
pun nggak sampai sepuluh jumlahnya. Duh Acha, kamu bikin malu sekali,
mengaku-ngaku sebagai penulis padahal banyak membaca saja belum benar.
Karya Menjadikan Seseorang Abadi
Inilah salah satu kesan yang membuat saya pada akhirnya
agak-agak sedih ketika sampai di episode terakhir serial drama ini. Betapa
karya adalah sesuatu yang membuat seseorang akan terus dikenang, walau raga
sudah nggak di dunia, tetapi jiwanya tetap diam dalam karyanya. Huwaaa … saya
menitikkan airmata di bagian ini. Menghela napas. Dan … terpecut. Sekali lagi,
terima kasih banyak Chicago Typewriter.
Oh ya, salah satu original soundtrack yang saya suka sekali
setelah menyaksikan serial Chicago Typewriter ini, dinyanyikan oleh Baek Yerin.
Blooming Memories. Suara lembutnya manis sekali dinikmati, dan … sukses saya
putar berkali-kali sepanjang menyelesaikan curhatan saya tentang Chicago
Typewriter ini. Ada pula lagu dari SALTNPAPER berjudul Satelite, dan SG Wannabe
dengan Writing Our Stories yang keduanya bikin … menghela napas.
Kamu sudah menonton serial drama Korea Chicago Typewriter?
Bagaimana kesanmu? Atau tergoda untuk menontonnya juga? Silakan ungkapkan di
kolom komentar ya. Salam hangat dan terima kasih sudah setia membaca tulisan
panjang saya hingga akhir.
Saya nontonnya cuma beberapa episode awal. Dapat dari hasil sedot koleksi film punya Si Ghina anak sahabat saya.
BalasHapusSuka banget dengan alur ceritanya yang bikin penasaran. Pun desain interiornya yang dominan dengan buku.
Jadi penulis itu butuh usaha keras. Saya juga malu pada diri sendiri. Pencapaian masih nol besar. Sibuk dengan media sosial.
Aih sama Teh. Aku pun suka malu karena bukannya sibuk berkarya malah sibuk mainan medsos. Tapi, mari dianggap sebagai masa promosi alias personal branding saja.
HapusIya, suka banget sama latar tempatnya. Apalagi rumahnya Han Se Ju. Kok kayak surga banget gitu karena buku dimana-mana.
Aku belum pernah nonton Bun. Tapi suami aku pernah hahaha. Makanya aku pernah lihat drakor ini dari paksu. Jadi penasaran ikh aku. Jadi pengen nonton juga apalagi aku juga sekarang berada dalam dunia menulis
BalasHapusBagus memang Teh. Nggak terlalu manis romantis.
HapusAku belum pernah nonton mba, serta nya seru sekali ya.
BalasHapusapalagi ada Im so jung. Haha, cuss ah cek langsung film nya..
Nah. Mungkin ini waktunya kepo kepo deh Mba Icha.
HapusWah ini, menarik nih untuk ditonton, langsung masuk dalam daftar. Suka banget dengan kisah-kisah para penulis, baik kisah nyata maupun fiksi karena dari sana bisa dapat banyak pengetahuan dan pengalaman mengenai dunia penulis. Makasi sudah menuliskan reviewnya ya, Kak Acha
BalasHapusSilakan Kak Mon.
HapusAku belum nonton nya mba, tapi sepertinya bakalan seru banget.
BalasHapusNanti dech bakal aku nonton berdua bareng suami pas pulang beraktifitas
Silakan dicari ya Mba, Mana tau bisa jadi hiburan.
HapusAku belum nonton drama Korea ini tapi karena ada di Viu bisa deh nanti aku cari. Setuju banget kalau karya membuat kita abadi, diingat terus dengan semua pengagumnya.
BalasHapusYuk Kak Nurul, mana tahu masih bisa dilirik di Viu.
HapusDengan tulisan kita bisa berbagi ilmu, pengalaman dan segala rasa, setuju tulisan itu abadi, tapi aku belum nonton ini mbak, lebih suka yang drama romantis gitu hehehe
BalasHapusSilakan Kak Maiko ditonton kalau ada kesempatan. Mana tahu makin tergoda untuk terus menulis.
HapusAiih...manisnya drama Chicago Typewriter.
BalasHapusAku tertarik nonton karena Kyung Pyo. Tapi melihat settingnya kembali ke zaman penjajahan, emm...urung.
Sekarang ada yang bahas, jadi pengin lagi...
hihii...maknanya dallem~
Nah lho nah lho Teh Lendy hihihi.
HapusWah belum nonton aku..
BalasHapusMsh ngikuti CTG aku
Nanti aku cari deh, seru kayaknya
Silakan Mba.
Hapuswriter block ahahahha aku jadi kepingin nonton ini... sering banget kena writer block soalnya :)
BalasHapusDan sesungguhnya kena writerblock itu bikin diri berasa serba salah ya Mba.
HapusReinkarnasi itu masuk genre horror bukan Mbak? Judulnya unike banget, ternyata bercerita tentang seorang penulis yaah. Noted banget pesanmoralnya, Anw.
BalasHapusNggak Mba Visya. Ada sih sekali dua kali berasa horornya tapi setelah itu lucu.
HapusDrama Korea gak banyak yang ku tonton, untuk pertama kali nonton kemarin di pesawat pas perjalanan dari Indonesia ke Ausie. Aku nonton Descendant of The Sun, ini sudah beberapa kali aku tonton setelah kemarin menamatkan di pesawat.
BalasHapusWah, aku malah sampai hari ini belum nonton lho Mba.
HapusSenang banget dengan artikel ini mbak, setuju kalau penulis yang baik itu berasal dari pembaca yang baik dan juga kalau ketika menulis maka kita akan abadi melalui karya.
BalasHapusYes. Terima kasih sudah berkunjung ya Mba Arda.
HapusAku tergodaaa mau nonton ini. Tapi ntar deh abis extra ordinary you 😂
BalasHapusCuusss Mba cusss.
Hapuswih hantunya jd ghost writer 😆 yap nulis harus jujur, apalagi blogger. harus bawakan karya sendiri, bukan menyadur punya orang lain. ah tulisan blog saya banyak yg dicopas nih
BalasHapusKalau sudah ada yang copas, katanya sih, tulisannya memang bagus. Ya tapi ngenes juga ya Mba kalau kena copas gitu. Antara mau ngamuk tapi merasa lebih penting menyelamatkan karya sendiri.
Hapusmenarik sekali untuk ditonton, langsung masuk dalam daftar untuk ditonton weekend ini. Suka banget dengan kisah para penulis, baik kisah nyata maupun fiksi karena bisa jadi referensi dalam menyelesaikan masalah saat buntu dalam menulis artikel
BalasHapusSilakan Mba.
HapusSaya belum nonton, Kak. Tapi kayaknya bagus nih dramanya. Oh iya, saya setuju dengan pernyataan bahwa penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Jelas kan, pas ngedit juga harus baca tulisannya sendiri. Kalau nggak suka baca, susah memperbaiki tulisan sendiri.
BalasHapusNah ini. Bahkan kalau nggak suka baca, ya masa tulisannya isi curhat monoton semata ya Mba.
HapusSemoga semangat selalu ya Mba.
namanya penulis. perpus tempat kerjanya emang bikin mupeng :D
BalasHapusaku sukaaa banget ama drama ini, tapi ga sempet nulis repiunya. nonton ini gegara suka liat go kyung pyo di reply 88 (pasca nonton itu drama, aku kepoin semua drama pemainnya wkwkkw).
ee malah ketemu dua pemain keren lainnya, yoo ah in dan im soo jung. jadi tembah gemesss
ost nya aku donlot semua. abis sukaaaa terutama satelite uhh bikin baper
Iya lho, aku sukaaa banget sama soundtrack-nya. Bikin kisah di dramanya jadi makin hidup.
Hapus