Kamu penasaran nggak sih, bagaimana rupa dari titik nol
kilometer pembangunan Jalan Raya Pos atau Jalan Raya Daendels yang membentang
sepanjang Anyer – Panarukan?
Saya
teringat akan seorang teman sekelas saya di SLTP Negeri 2 Mataram – saat kelas
kami sedang ada diskusi untuk mata pelajaran Sejarah – dulu sekali, pernah
melemparkan pertanyaan yang pada akhirnya baru bisa saya jawab setelah bertahun
kemudian, tentang keberadaan titik nol kilometer Jalan Raya Anyer – Panarukan
ini. Hey kamu, saya lupa dulu kamu siapa, terima kasih telah bertanya ya.
Kini
saya mensyukuri betapa hidup membawa saya ke pengalaman tak terduga. Langsung menghirup aroma angin
laut dari tepian pantai, tepat di titik nol kilometer pembangunan Jalan Raya
Daendels yang punya satu bab tersendiri di buku pelajaran Sejarah saat sekolah
dulu.
|
Mercusuar Cikoneng - Anyer Dibangun Pada 1885 |
Ada kebahagiaan membuncah yang terselip diam-diam di benak
saya, saat mobil yang dikendarai oleh Datuk – panggilan sayang saya dan
anak-anak untuk Papa Mertua saya – terparkir di halaman penginapan Menara Suar Cikoneng. Sebuah bangunan
bercat putih tinggi menjulang, menyapa saya, bersama semilir angin siang yang
kala itu digelayuti mendung.
Sesekali terdengar lembut deburan ombak yang menyapa dengan deretan pemecah ombak di tepi dermaga. Saya
sangat tergoda untuk segera berkeliling.
Tapi, namanya sedang ikut menemani orangtua ya. Apalagi
kedatangan kami semua dalam rangka menemani Bundo – panggilan sayang untuk Mama
Mertua saya – tadabur alam dengan rekan-rekan pengajian beliau. Maka, urusan
berkeliling sedikit diundur. Fokus saya beralih ke urusan barang bawaan dan
juga para bayi yang belum disuapi makan siang. Menjelang dzuhur barulah saya
dan partner punya waktu senggang untuk berkeliling, mumpung si bayi bisa
dititipkan sebentar pada Bundo.
|
Mercusuar Cikoneng dari arah pantai |
Di kawasan penginapan Menara Suar Cikoneng ini, selain ada
mercusuar Cikoneng yang menjulang di lapangan parkir dan bisa dimasuki pula
oleh pengunjung – dengan catatan, hingga ke lantai 2 saja, juga terdapat Tugu Titik Nol Kilometer Jalan Raya Daendels.
Terjawab sudah, ternyata di wilayah Anyer, pembangunan Jalan Raya Pos dahulu,
bermula dari tepian Pantai Cikoneng.
|
Pintu Masuk Mercusuar Cikoneng |
Imajinasi membawa saya pada bagaimana Gubernur
Herman Willam Daendels di tahun 1825 melakukan prosesi peletakan
batu pertama yang hanya berjarak beberapa langkah dari menara suar Cikoneng
lama yang sebelumnya telah dibangun dan digunakan sejak 1806. Kini, akibat
dahsyatnya letusan Gunung Krakatau pada 1883, Menara Suar Cikoneng Lama telah
berubah menjadi monumen peringatan, dan menara suar yang saya temukan di sana
adalah menara suar baru yang dibangun kembali dua tahun kemudian, sekitar tahun
1885. Pun Menara Suar Cikoneng ini masih difungsikan hingga saat ini sebagai mercusuar
untuk wilayah gugus tugas Kantor Distrik Navigasi Kelas I Tanjung Priok,
Direktorat Kenavigasian, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian
Perhubungan.
|
Peraturan Pengunjung di Mercusuar Cikoneng |
Cukup tua ya? Itulah mengapa, maksimal jumlah pengunjung
yang bisa memasuki menara suar dengan tinggi sekitar 75,5 meter dan memiliki
286 anak tangga tersebut, hanya dibatasi
untuk dimasuki hingga maksimal 10 orang saja di siang hari. Alasan lainnya, tentu saja sebab
semakin ke atas, ruang gerak pun akan semakin menyempit. Jadi, kamu nggak perlu
mencoba iseng melanggar peraturan dengan memaksakan diri naik hingga puncak
mercusuar ya.
Lalu, apa saja yang Ka Acha temukan di dalam Menara Suar
Cikoneng?
Saat pertama kali memasuki pintu, sebuah poster cukup besar di dekat
langit-langit, dimana di bawahnya ada sebuah pintu lagi yang hanya diijinkan
untuk dibuka oleh petugas penjaga mercusuar, menyambut saya, Poster tersebut
mengingatkan kembali akan sejarah pembangunan Jalan Raya Pos yang hingga kini
masih digunakan oleh umum, walaupun nggak berfokus sebagai Jalan
Raya Pos (Grote Postweg) untuk pengiriman komoditas lagi, seperti di
masa lampau. Tetapi keberadaannya tetap menjadi
penting untuk keberlangsungan transportasi masyarakat kita, bukan?
|
Deretan Informasi Berbagai Mercusuar Satuan Tugas Kantor
Distrik Navigasi Kelas I Tanjung Priok |
Satu fakta sejarah
yang saya baru tahu kemudian, ternyata Menara Suar Cikoneng tersebut, merupakan
hadiah dari Raja Belanda Z. M. Willem III.
Wah, noraknya saya, bisa mencicipi rasanya memijakkan kaki di dalam bangunan
tua bersejarah yang bahkan lebih tua dari usia kemerdekaan Indonesia ini, dan masih difungsikan pula hingga hari ini oleh
Kementerian Perhubungan Laut Indonesia.
Selanjutnya, di bagian dinding, ada banyak sekali informasi
mengenai menara suar lain yang juga sama bersejarahnya, dan mana saja yang masih difungsikan. Maafkan saya yang nggak memotret semua
informasinya satu per satu, sebab pengunjung hanya diperkenankan berada paling
lama sekitar 30 menit saja di dalam.
|
Pemandangan Laut dari Lantai 2 Mercusuar Cikoneng |
Selain nggak diperkenankan untuk berlama-lama, tentunya
untuk membuat konten di dalam menara suar pun perlu saling pengertian. Sabar menunggu
giliran.
Ada sebuah jendela di menara suar yang dibiarkan terbuka dan seringnya
pengunjung betah berpose di sana, menjadikan pemandangan Pantai Cikoneng, lautan
lepas. dan dermaga, juga Tugu Titik Nol Kilometer sebagai latar di kejauhan.
Sayangnya kamera ponsel saya belum cukup mendukung untuk mengambil gambar yang lebih tajam. Doakan saya bisa meng-upgrade-nya ke seri terbaru yang punya dual kamera
ya.
|
Tugu Nol Kilometer Jalan Raya Daendels |
Di kala senja, para pengunjung senang menghabiskan waktu sambil duduk-duduk, sekadar menikmati angin di sekitaran Tugu Nol Kilometer. Ada sedikit
bagian pantai yang cukup terlindung dari garangnya ombak yang menggulung dari
arah lautan lepas, dan dipenuhi pengunjung yang ingin berenang.
Gugusan kecil batu karang pun membuat bagian ini jadi lebih aman untuk mandi bersama anak-anak,
dibandingkan sisi pantai Cikoneng yang lain.
Uniknya, di senja dan pagi menjelang siang, banyak sekali
masyarakat lokal yang memasuki area penginapan untuk menawarkan dagangannya
sebagai oleh-oleh. Mulai dari seikat petai, ikan segar, dan lainnya. Jika kamu
pandai menawar, kamu bisa membeli langsung oleh-olehmu dari mereka.
|
Rumah Dinas Staf Kemeterian Perhubungan di Kawasan Mercusuar Cikoneng (Tidak Disewakan untuk Umum) |
Oh ya, saya nggak sempat memotret kamar tidur yang biasa disewa pengunjung. Namun, saya menyempatkan mengabadikan bentuk bangunan villa yang juga bisa disewa. Terdapat dua kamar dengan masing-masing double bed di dalamnya. Ada pula dapur, meja makan, ruang tamu, dan sebuah kamar mandi bersama. Untuk harga yang perlu pengunjung keluarkan, bisa kamu cari melalui aplikasi jalan-jalan ya.
|
Sisa Reruntuhan Mercusuar Cikoneng Lama yang Dibangun Pada 1806 |
Sayangnya, ada satu hal yang membuat saya memasang raut
wajah kurang bersemangat sepanjang berkeliling dan menikmati suasana di sana.
Sampah. Padahal tempat sampah ukuran besar sudah cukup disediakan oleh pihak
pengelola di sekitaran taman, di dekat Tugu Nol Kilometer, nggak jauh dari
Menara Suar Cikoneng, tapi … duh, itu yang pada minum air mineral gelas dan
makan camilan, kok pada malas bergerak sedikit untuk buang sampahnya di tempat
sampah ya?
Besar harapan saya, bagi kamu yang membaca tulisan saya ini, mulai memperhatikan
etika berwisata, sesederhana menjaga kebersihan daerah wisata. Kalau nggak saya, juga kamu yang mulai, harus menunggu siapa lagi, agar kebiasaan pilah dan buang sampah jadi budaya baik?
|
Ayolah ... Buang sampah Pada Tempatnya, Buang Memori Tentang Mantan Pada Masa Lalu Saja |
Akhirnya, salah satu destinasi yang nggak saya bayangkan
sebelumnya ini, memberi saya banyak sekali pengetahuan baru. Apakah kelak saya akan
mengunjungi berbagai tempat lagi yang punya hubungan sejarah dengan Jalan Raya
Daendels? Saya berdoa soal ini. Mana tahu kan, suatu hari nanti, saya dan
partner saya berhasil menginjakkan kaki di titik akhir pembangunan Jalan Raya
Daendels di Panarukan, ya kan?
Cakep nih twin buat setting cerpen. 😍
BalasHapusEhhh iya yah. Ihhh ... bikin tuk Twin.
HapusMbak cha, aku beberapa kali ke Anyer to blm pernah mampir ke Mercusuar Cikoneng. Itu ada tiket masuknya ga mbak Cha?
BalasHapusKarena di sini ada penginapannya, biasanya yang bisa naik yang nginap di sana. Atau mungkin bisa ijin sama petugasnya dulu kalo mba nggak nginap di sini.
HapusSama mba, saya juga pernah ke Anyer dan belum mampir kesini bahkan baru tau ada Mercusuar Cik oneng :(
HapusMudah mudahan di lain waktu pas main ke Anyer, bisa mampir ya.
HapusMasyaAllah cakepnya pemandangan laut dari lantai 2 mercusuarnya ya mbak. Btw semoga ada rezeki buat beli hp dengan dual kamera ya mbak, biar bisa mengabadikan foto dengan lebih keren. Walaupun sekarang juga sudah cakep kok
BalasHapusAamiin. Ya Allah semoga ada tambahan rejeki buat bisa beli peralatan tempur yang lebih mantul.
HapusTugu 1000 km nya udah pernah kukunjungi. Krn dulu selalu lewat pas sampling untuk riset tesis. Wkwkwk. Kalo nol km nya nih, masih penasaran
BalasHapusNahhh saya kebalikannya malah Mba. Sekarang berharap suatu waktu bisa berkunjung ke Tugu 1000 km nya. Semoga ya.
HapusKapankaaahh saya bsia nyampe Anyer, sungguh ku pengen hahaha.
BalasHapusSaya belum pernah sama sekali dong tahu seperti apa tuh mercusuar, taunya baca doang hahaha.
Btw itu jadi semacam daya tarik penginapannya ya, bisa sekalian ke mercusuar.
Menarik banget buat dicoba :)
Bangettt. Mba Rey, semoga kapan kapan bisa merasakan main ke mercusuar ya. Aamiin.
HapusIni di dekat Anyer ya? Saya belum pernah ke mercusuar ini. Jadi penasaran nih. Saya selalu penasaran dengan bangunan-bangunan bersejarah begini.
BalasHapusDi sekitaran pantai Anyer mba. Di salah satu penginapan yang dikelola sama Perhubungan.
HapusJadi kapan-kapan kalau ke Anyer mau ke titik nol kilometer juga ah.
HapusSemoga terlaksana.
HapusWah, berarti sudah hampir berusia 200 tahun ya mercusuar Cikoneng, saya baru tahu kalo mercusuar itu titik nol jalan raya Daendels.
BalasHapusTua banget. Jadi kalo mau masuk ya wajar maksimal 10 orang di dalamnya. Kalo kebanyakan, khawatir ambruk.
HapusAku jadi membayangkan andaikan aku naik ke mercusuar Cikoneng dan bisa melihat pemandangan sekitar di atas ketinggian...
BalasHapusSemoga yang tadinya cuma dibayangkan, bisa jadi kenyataan ya.
HapusAku baru tau nih biasanya kalau ke Anyer cuma ke Marbella atau tanjung lesung. Boleh juga next time jadi tujuan jalan2 :)
BalasHapusKalo nggak salah ingat, ini malah sebelum Tanjung Lesung dan Marbela deh Mba. Nggak jauh jauh amat menyusuri jalur pantainya.
HapusWah tempat ini sepertinya jarang disinggahi atau malah banyak? Pernah ke Anyer tapi kok ga kepikirian mampir ke sini ya hehehe, padahal spot foto2nya keren bgt. Anak2 bagus diajak ke museum ini biar tau sejarahnya.
BalasHapusRamai sih pas kemarin ke sana. Ada semacam gathering dari kantor mana entah yang juga lagi menginap di sana. Cuma mungkin karena nggak setenar pantai lain jadi masih agak lengang sedikit.
HapusMasalah sampah ini sudah jadi tradisi bahkan budaya. Cukup sulit untuk diterapkan. Semoga anak kita, yang selalu dididik, diingatkan, dan dibiasakan buang sampah pada tempatnya bisa jadi menular kepada anak lain. Saat generasi pembangkang hilang, tergantikan dengan generasi baru yang sudah terbiasa menjaga lingkungan dan buang sampah pada tempatnya. Amin....
BalasHapusAamiin. Riyeut ya Teh kalo udah urusan sampah apalagi di tempat wisata. Ada plangnya aja teuteup aja dicuekin.
HapusKarena 0 km nya di pinggir pantai, jadinya sekalian bisa main air ya mba..
BalasHapusmasalah yang hampir selalu sama di tempat wisata itu adalah sampah. Kadang masyarakat kurang kesadaran untuk menjaga kebersihan tempat wisata, padahal kalo bersih, yang nyaman kan kita semua.
Makanya, sedih ya, kalo udah ke tempat wisata terus ketemunya sampah berserakan melulu.
HapusWaahh, sekolahnya di Spendu, SMP favorit pantes pelajaran sejarahnya ngletek. Aku sekolah di pinggiran Lombok, gak inget apa-apa soal Daendels gurunya aja jarang masuk, wkwk *tutup muka*
BalasHapusMungkin yang buang sampah sembarangan itu punya motto, kotor itu baik, gak kotor gak belajar -_-
Nah lho sapa tuh gurunya. Wkwkwk.
HapusHai mba. Salam kenal.
Aduh ampun. Coba doi motonya minta direvisi biar nggak jadi ngeri begitu.
Aku selalu suka datang ke tempat-tempat bersejarah semacam ini .
BalasHapusApalagi klo tempatnya juga instagramble..
Cocok buat konten ya mbak
Semoga kelak bisa kemari juga ya.
HapusWah kalau ke sana namanya wisata sejarah ya mbak? Mbayangin zaman itu babnyak org dipaksa kerja buat bikin jalan yang sekarang bisa kita nikmati itu.
BalasHapusTernyata ada titik nol dna peninggalan mercusuar yang tua sekali di sana yaaa
Plus mercusuarnya masih kita manfaatin juga mba. Makin kece. Sayang bukan resort primadona di Anyer.
HapusAku paling seneng nih baca cerita perjalanan gini.. jadi ikut merasakan perjalanannya.. thanks mbak sudah berbagi
BalasHapusTerima kasih banyak juga sudah mampir untuk baca.
HapusIh, aku dari dulu penasaran pengen ke sini, tapi belum kesampaian. Sampai sekarang udah merantau ke luar jawa barat hehehe...
BalasHapusWaduw makin jauh dong. Semoga pas balik ke jawa barat, kesempatannya ada ya.
HapusOh ternyata titik 0 nya ada dipinggir pantai ya. Dulu pelajaran ips ga perhatikan nih ... Haha malu akh tutup muka
BalasHapusHayolhooo Bunda. Wkwkwkwk.
HapusSaya jg suka sebel bgt kalo di tempat wisata banyak yg buang sampah sembarangan
BalasHapusEntah harus dipasang pengumuman segede apa lagi ya mba. Tapi semoga banyak yang eungeuh kalo buang sampah harus pada tempatnya.
HapusNice travelling. Menarik, ada nilai nilai sejarah yang mungkin terlupakan
BalasHapusTerima kasih banyak.
HapusAku baru tau loh mbak tentang mercu suar ini, kayanya patut didatangi untuk foto-foto nih hehehe
BalasHapusSemoga ada kesempatan ya Mba.
HapusBaru tau mercusuar cikoneng ini, Teh. Ternyata sudah lama juga ya..
BalasHapusJadi inget waktu gowes sore ke pantai pandansari Jogja, yang ada mercusuarnya juga. Kalau sore cakep banget pemandangannya. Apalagi bisa melihat pemandangan dari mercusuar gitu..
Coba rumah dinasnya di sewakan ya, Teh. Asik tuh bisa tinggal disistu sepertinya..he
Coba ada fotonya, kok aku penasaran ya sama rumah mungil yang disewakan itu :)
Ada penginapan atau rumah yang lebih kecil yang disewakan juga kok di sini, Mas Andi. Jadi kalau kapan kapan mau menginap, bisa banget. Tapi saya kurang paham soal range harganya.
HapusIni ternyata ya wilayah titik nol kilometer jalan Anyer - Panarukan. Dulu juga sewaktu masih belajar udah ngbayangin kayak apa titik nol dan titik akhirnya.
BalasHapusSama. Penasaran malah sekarang sama penampakan titik akhirnya.
HapusAku pernah lewatin nig sayang ga mampir. Ada tiket masuk jugakah?
BalasHapusKarena di sini penginapan, paling ijin aja kalau cuma mau coba naik ke atas mercusuar. Sepertinya tapi ya, Mba. Prakteknya di lapangan yang belum saya coba.
HapusPemerintah Daerah Banten mestinya bisa mengendalikan rakyat supaya tidak buang-buang sampah di sekitaran Mercu Suar Cikoneng ini, minimal dengan mengerahkan pemuda setempat untuk jadi sukarelawan penjaga lingkungan.
BalasHapusSemoga ya mba. Termasuk pengunjung yang menginap juga nih, rasanya masih kurang peduli. Habis ngobrol pinggir pantai atau dekat tugu sambil minum air mineral saja, ditinggal sampahnya. Padahal tempat sampah tinggal bangun berdiri trus jalan sedikit doang kok.
HapusBaru tau juga nih klo di Anyer ada mercusuar, klo anakku kesitu pasti seneng deh dan digambar tuh mercusuarnya.
BalasHapusWaaahh, semoga kapan kapan mba sekeluarga bisa ke mercusuar ini ya.
Hapustuh kan gak boleh naik sampai puncaknya. padahal pengen. tapi kaki saya belum tentu kuat juga sih. sebab makin tinggi makin capai, hihi. walau bakal seru banget sih
BalasHapusIyaaa soalnya udah tua mercusuarnya. Saya pun penasaran pengen coba naik sampai ke atas.
HapusWah bagus nih catatan perjalannya. Jarang2 ada yg ngangkat tempat wisata ini.
BalasHapusSering lewat, tapi gak tau ada destinasi wisata keren ini. Besok-besok mau lihat dan nikmati secara langsung ah.. pasti menjadi pengalaman yang menarik
BalasHapusAamiin. Semoga pas lewat, ingat untuk mampir ya mba.
HapusPemandangannya tiada tara banget. Rasanya enak buat foto-foto di sini
BalasHapusMasya Allah.
HapusAku baru tau juga, ternyata di titik 0 km ada mercusuarnya. Tapi aku masih penasaran katanya mbak ada penginapannya ya, nginap disana kah?
BalasHapusIya. Saya menginap di sana. Ada penginapan juga yang bisa disewa umum.
HapusBelajar sejarah jadi semakin asik kalau datang ke tempatnya langsung, ya. Kadang-kadang saya juga jadi suka berkhayal di tempat tersebut ada kejadian apa aja. Tapi, kalau naik ke mercusuarnya kayaknya saya bakal mikir-mikir. Lumayan takut sama temoat tinggi :D
BalasHapusMercusuarnya cuma dibuka sampai lantai dua kok Teh. Di dalamnya seru. Teteh pasti berani.
HapusFix ini masuk wishlist wisata sejarahku. Baru tahu juga ada titik 0 ada mercusuarnya, dan mau banget ke sini buat ngerti lagi sejarahnya. Semoga tahun depan aku bisa ke sini
BalasHapusAamiin. Sekalian nginap biar berasa suasana malam pas mercusuarnya beroperasi ya Mba.
Hapusbisa lihat banyak hal dari menara mercusuar, sayang gak boleh naik ya. hmm pengen ke sini deh. semoga bisa ke provinsi sebelah, hihi
BalasHapusCuma mentok sampai lantai dua doang mba. Tapi sudah cukup bikin happy.
HapusAku pernah sampai ke mercusuar di Anyer ini, waktu itu masih kecil, jadi menaranya terlihat besaaarrr banget, kalau skrg mgkn ya seperti mercusuar pada umumnya. hahahaha.
BalasHapusWuaaa pas mba kecil, udah ada tugu 0 km nya belum ya?
Hapusbaca artikel diatas serasa membaca cerpen yang mengalir dan seolah-olah saya ikut berada disana. Kayaknya asik ya kak? Btw bisa minta tolong dong untuk informasi bagaimana cara menuju ke tempat tersebut kalo tidak keberatan, he
BalasHapusKemarin kebetulan pas ke sana, saya naik kendaraan pribadi. Tempat ini ada di titik awal jalan Anyer kok. Nggak jauh jauh amat dari pintu keluar tol. Dari jauh sudah kelihatan mercusuarnya.
HapusPatut dilestarikan ini.. Ternyata selain pantai, ada juga tempat wisata menarik di Anyer. Mbak, itu 10 orang perhari ato bisa lebih banyak tapi dibatasi per trip 10 org?
BalasHapus10 orang sekali masuk Kak Jas. Jadi ya harap bergilir dan maksimal 30 menit saja main main di dalam. Biar pengunjung lain kebagian.
HapusCerita dan fotonya sangat memikat, Mbak. Saya paling suka sekali wisata ke bangunan-banguna tempo doeloe yang ceritanya sangat melekat dengan sejarah Bangsa Indonesia, Mbak. Dan saya ingin sekali ke Mercusuar, hanya belum kesampaian. Dan Mbak Cha beruntung sudah ke Mercusuar Cikoneng ini. Semoga segera diberi kesempatan saya bisa ke sana.
BalasHapusAamiin. Saya bantu doa ya mas. Semoga kapan kapan bisa kemari juga.
HapusBelum pernah kesini deh, seneng juga ternyata bewisata ke mercusuar ya bisa sambil belajar dan mengenang pelajaran sejarah lagi nih.
BalasHapusIya banget. Selain lepas penat, namabah pengetahuan juga.
Hapusliburan sambil nambah pengetahuan ya mbak, jadinya double double dapetnya.
HapusTepat sekali mba.
HapusWahhh kok ternyata lengkap bet yak, cocok nih utk target wisata berikutnyaaa
BalasHapusSilakaaaannn.
HapusAku beberapa Kali ke anter tapi Paling cuma menginap di hotel yg ada fasilitas private beach. Nah ternyata Ada Hal menarik jugaa ya disini. Salah satunya mercusuar cikoneng. Ini kalau kita menginap di guesthouse yg disediakan sama penduduk. Bisa masuk Dan menjelajah mercusuarnya Cha? Atau hanya khusus keluarga staff kementrian perhubungan saja?
BalasHapusDi sini ada penginapannya untuk umumnya juga kok Mba. Bangunannya ala ala rumah kayu. Sayangnya saya nggak sempat keliling penginapan yang bisa disewa umumnya.
HapusAku sangat suka wisata sejarah dan setelah membaca artikel ini jadi pengen kesana, semoga ada rejeki untuk kesana, aamiin.
BalasHapusAamiin.
HapusWaahhh keren kk, aku belum penah naik mercusuar, karena takut ketinggian, tapi kalo mercusuarnya sebagus ini jadi pengen
BalasHapusSemoga kesampaian yaaaa.
Hapuswuah keren banget punya kesempatan jalan-jalan ke mercusuar
BalasHapusbisa naik ke mercusuar
enak banget yaaa
pengeeen
Semoga ada kesempatan buat mba juga kapan kapan yaaa.
HapusKirain tadi jalan Raya daendles di Kebumen dan sekitar nya sini. Jalur Selatan. Hihu ternyata di panarukan ada toh kak..
BalasHapusPengen liat mercusuar nyaaa
Di Anyer, Cilegon, Banten ini Mba.
HapusTernyata ada ya, titik nol nya. Waah aku baru tau loh kak. Pengen kesana juga nih kalau ada kesempatan nanti.
BalasHapusSemoga bisa ke sana kapan kapan ya.
HapusMengunjungi bangunan tua menarik ya .... apalagi kalo didirikannya tahun 1800-an. Wuih, jadi berfantasi tentang kehidupan masa lalu. Ternyata Mercusuar Cikoneng ini titik nolnya wilayah Anyer ya
BalasHapusSama Bunda Niar. Acha kebayang begitu sepanjang di sana.
HapusTempat yang indah akan tidak indah kalau ada sampah atau banyak sampah. Dukungan semua sih, bukan cuman pengelola tapi pengunjung yang tergerak buat selalu membuang sampah pada tempatnya
BalasHapusBetul. Faktor penentu utama rasanya pengunjung yang sadar kebersihan sih rasa rasanya.
HapusIni wisata historis ya mba, btw itu mercusuarnya tuh masih dipake nggak sih mba sebenarnya? Jd pengen nyanyi lagu antara Anyer dan Jakarta mba rasanya liat titik 0 jalan Anyer ini hehehe
BalasHapusMasiiiiiihhhh banget. Untyk wilayah satuan kerja Tanjung Priok lho ini. Masih difungsikan sampai hari ini.
HapusSaya suka bgt kl dah nyangkut wisata and sejarah. Moga kelak bisa kemari hehe
BalasHapusSenoga.
HapusKeistimewaan bangunan Belanda, ya. Kokoh bahkan hingga ratusan tahun. Terpukau lho aku karena menara suarnya saja masih dioperasikan meskipun untuk pengujung terbatas. Aku nggak paham nih sama daerah Pantai Cikoneng dan Panarukan. Belum pernah kesana, hihihi ... Kalau menara suarnya itu dipakai buat memantau datangnya kapal dari arah mana, sih?
BalasHapusUntuk wilayah operasi di sekitaran Selat Sunda nih, menara suar Cikoneng ini.
HapusBerwisata dan belajar sejarah, sekaligus foto-foto jangan lupa. Ah, paket lengkap ya, Mbak.
BalasHapusBangeeettt. Pulang nggak cuma bawa foto tapi bawa banyak cerita.
HapusAgar ngga nyampah, apa perlu ada petugas yang melarang pengunjung membawa makanan/minuman yang berpotensi nyampah ya?
BalasHapusSepertinya sulit Ambu. Soalnya tugu ini ada di dalam kawasan penginapan milik kemenhub yang bisa disewa umum.
HapusSaya juga serung mengalami hal yang kayak gitu. Mendapat pertanyaan yang di kemudian hari baru menemukan jawabannya. Btw seru ya perjalanannya Mbak. Jalan-jalan sambil menengok sejarahnya. Btw sayang sekali kalau ada tempat yang biasa dijadikan wisata dipenuhi dengan pemandangan yang tak mengenakkan masyarakat. Pengunjungnya sepertinya masih perlu diedukasi dan diingatkan lagi nih agar jangan membuang sampah sembarangan.
BalasHapusIya nih. Budaya buang sampah pada tempat sampah masih harus digalakkan lagi di masyarakat kita.
HapusSudah tua ternyata ya mercusuarnya makanya untuk menjaga kondisi bangunan serta pengunjung ada aturan yang harus dipatuhi semoga saja pengunjung sadar untuk menaati peraturan
BalasHapusIyaaa tua banget. Tapi masih nampak terawat dan masih dimanfaatkan pula.
HapusKalau baca tentang Daendels harus diingat pelajaran sejarah pada proses pembangunan jalan dan kerja paksa Romusha
BalasHapusKerja rodi kali ya. Sepengetahuan saya, romusha itu di jaman Jepang.
HapusSeruuuu!
BalasHapusAku mauuk banget pan kapan main ke Mercusuar iniii
Pastinya banyak hal yg bisa jadi poin menarik yaa
Aamiin. Semoga lekas datang kesempatannya.
HapusWow, keren banget ya wisata ke Menara Suar Cikoneng pastilah wisata sejarah begini sangat banyak ilmu yang terkenang. Kalau aku dan keluarga juga senang wisata sejarah. Nah, belum pernah ke Menara Suar Cikoneng bikin pengen deh.
BalasHapusSemoga kapan kapan bisa ke Anyer ya mba naqi dan keluarga. Aamiin.
HapusJakarta saya taunya Bandara, bundaran HI, HI, Depok, Cibinong hahahhaa.
BalasHapusSemoga diberi kesempatan ke Anyer tahun ini biar bis amampir ke Cikoneng
Aamiin. Hahaha sama nih. Cibinong saya khatamnya malah Cibinong City Mall.
HapusPengen banget masuk ke yang namanya mercusuar. Sampai ntar lagi usia 30 tahun gini saya belum pernah lho masuk mercusuar, di mana pun itu. Hahahaha. Makanya suka norak norak pengen kalau lihat foto orang di mercusuar.
BalasHapusSemoga diberi kesempatan untuk mencicipi rasanya masuk ke menara suar ya mba. Di Lombok ada nggak ya? Payahnya aku kurang tau banyak soal tempat kelahiranku itu.
HapusPanarukan di Jatim kak Cha, deket rumah saya Probolinggo. Tapi saya nggak paham apa ada menumennya juga ya, berakhirnya Jl Anyer Panarukan, Pak Dendless ini.
BalasHapusBtw tugu titik nol km Jl Anyer Panarukanbya memesona banget tempatnya,ya mbak
Jadi kepo pingin ke sana.
Dengar dengar sih tugu penanda 1000 km Anyer Panarukan ini ada. Wahhh kapan kapan kalo ada kesempatan ke Panarukan, yuk eksplor bareng.
HapusSalut sama pemerintah membangun mercusuar cikoneng di sini keren banget
BalasHapusPemerintahan masa VOC ya mba. Hihihi. Kita cuma merawat dan terus memanfaatkannya sebagai menara suar.
HapusWah baru tahu, ternyata lokasi tepatnya di Cikoneng. Saksi sejarah yang baru kuketahui
BalasHapusTerima kasih sudah mampir.
HapusAku paling senang baca tulisan bermuatan sejarah. Mencerahkan dan menghibur juga. Pernah sekali ke Anyer tapi belum sempat ke sini. Yang berbau titik nol di kota mana aja selalu menarik. Kapan ya bisa sekalian ke panarukan. Makasih ceritanya.
BalasHapusTerima kasih juga sudah membaca tulisan saya.
Hapuskemaren waktu mampir ke Baron pas ada mercusuarnya dijelasin juga tentang mercusuar lain termasuk si Mercusuar Cikoneng ini. tangga-tangga ke puncaknya mungkin udah rapuh ya, jadi ga boleh naik lebih tinggi. tapi bisa masuk aja rasanya seneng banget.
BalasHapusSepertinya.
HapusDuuu saya jadi ingin mencicipi rasanya mampir ke mercusuar lainnya deh.
AKu tuh ke Anyer udah sekian tahun yang lalu dan belum pernah lagi. Pernah nginep di Sol Elite Mrbella masih ada ga tuh ya? Nah kepengen ke murcusuarnya nih. ajak anak2 dan keluarga bakalan seru ya. Banyak cerita sejarah bagus nambah wawasan kita.
BalasHapusSemoga bisa mampir dan menginap di penginapan ini ya mba dan keluarga.
Hapusdua kali ke anyer dan pantai carita, tapi belum sempet aja mau lihat mercusuar. kirain ga boleh masuk dan naik. ternyata boleh ya :)
BalasHapusHihihi ayok Mba ke Anyer lagi dan mampir ke mercusuar Cikoneng.
HapusTulisannya bagus. Anyer-Panarukan ini emamng nggak asing di telinga. Saya juga jadi pengen berkunjung ke mercusuarnya deh.
BalasHapusSoal sampah, ini memang selalu jadi masalah utama. Jangan bosan dan ragu untuk menegur para pelaku pembuang sampah sembarangan ya, dengan cara yang santun tentunya :)
Kadang nggak enak hati negurnya kalau yang meninggalkan sampah itu udah baya atau paruh baya Bang. Entah harus gimana lagi ya sosialisasinya. Humph.
HapusMauuu banget ke sini kalau ada waktu...
BalasHapusSaya suka banget ke tempat tempat yang ada cerita sejarahnya, jadi kayak bisa flashback gituuu, ya kan Mbak...
Mercusuar Cikoneng yaaa, aku inget inget dehhh...masukin bucket list...
Thanks for sharing Mbak...
Terima kasih juga sudah mampir ke tulisanku mba.
HapusPenasaran memang. Sejak SD saat belajar sejarah, saya paling hafal nih nama Anyer - Panarukan.
BalasHapusSemoga ada kesempatan berkunjung ke mari ya mba dan keluarga.
HapusMeski cuma boleh naik sampai lantai 2, ternyata pemandangannya udah bagus ya. Di Pantai Pandansari, Jogja, ada mercusuar yang bisa dinaiki sampai atas. Bisa dicoba kalau masih antusias menjelajah mercusuar :D
BalasHapusWah boleh nih masuk ke dalam list kalau kapan kapam saya punya kesempatan ke Joh]gja. Terima kasih banyak informasinya ya Mas.
HapusBaru tau banget tentang monumen ini mba.. thanks for sharing.. selama ini cuma suka denger tentang monumen titik nol km nya Indonesia di Sabang, nggak kepikiran tentang titik nol km jalan raya Anyer-Panarukan
BalasHapusAda banyak O km yang Indonesia punya, dan berharap banget bisa punya kesempatan untuk menjelajah semuanya.
HapusAku belum pernah mengunjungi area mercusuar ini tapi pernah baca-baca bangunan ini bis disebut menjadi saksi bisu pembuatan jalan Anyer-Panarukan
BalasHapusIya banget. Soalnya di sinilah titik awal pembangunan Jalan Anyer- Panarukan.
HapusPemandangannha asri ya mba.. Oya apakah penginapan yg disewakan itu bangunan lama atau bangunan baru ya? Penasaran saya..hehe .
BalasHapusHmm, sepertinya sih bangunan baru. Soalnya sepanjang menginap di sana, taste gaya bangunannya aja udah modern era sekarang sih. Ya mentok mentok tahun 90 jelang dua ribuan.
HapusSaya belum pernah kesini. Menarik juga dikunjungi. Dapat pemandangan dan sejarahnya. Tapi lebih afdhol nginep disana ya Mbak
BalasHapusYap. Ada juga bangunan kayu yang disewakan untuk umum, sayangnya aku nggak sempat ke bagian lainnya untuk foto foto.
HapusWaaa...saya beberapa kali ke Anyer ngga pernah ngeh kalo ada mercusuar. Asyik juga ya bisa tau sejarah Indonesia dulu
BalasHapusSemoga kapan kapan kalau ke Anyer lagi, sempat untuk mampir ke mari ya Mba.
HapusIni di Serang Banten kan, ya? DUh, aku sering ke anyer tapi gak pernah mampir ke Mercusuar ini. Sedih banget rasanya. Huhuhu....
BalasHapusMalah baru tau kalau ini jadi tempat wisata yang boleh dikunjungi. Kukira cuma sebatas monumen gitu aja.
Iya betul, ini Anyer yang di Serang Banten. Semoga kapan kapan ada kesempatan untuk menginap di sini ya.
HapusAduuuuuh. Aku belum pernah kesana. Kayaknya seru banget karena dekat pantai. Jadi berasa sejuknya. Sejujurnya aku baru tau ada monumen ini. Kirain mah nggak dibikin. Cuma jadi penanda jalanan aja. Semoga suatu hari bisa kesana.
BalasHapusAamiin. Semoga ada kesempatan untuk ngerasain main ke mercusuar cikoneng ini ya, Af.
HapusAnakku penasaran pengen tahu mercusuar itu bagaimana bentuk aslinya. Setelah baca tulisan mbak, jadi tertarik ingin ke sana menjawab penasaran
BalasHapusSemoga ada kesempatan untuk bawa anak Mba belajar sekalian liburan di sini ya.
HapusAku tahunya cuma curug cikoneng
BalasHapusDi kampung cikoneng di arah ke sukabumi dari bogor..
Yang ini bikin ingat pelajaran sejarah anyer panarukan... Thanks infonya
Sama sama Kak Pring. Aku malah belum pernah ngerasain main ke Curug Cikoneng.
HapusSeru banget, beruntungnya bisa mengabadikan moment ini, semoga semuanya bisa berjalan dengan lancar ya,, dan masyarakat disekitar juga turut menjaga dan melestarikannya dengan baik.. aamiin
BalasHapusAamiin. Semoga jadi perhatian bagi pihak yang memang bertugas dalam menjaga dan mengelola Mercusuar Cikoneng sana.
HapusSenang banget kak Acha bisa menjelajah lihat mercusuar secara langsung. Kapan ya bisa ke sana, melihat kondisi sekarang yang masih harus di rumah aja
BalasHapusSemoga lekas ada kesempatannya ya Kak Fenni.
HapusYang namanya mercusuar itu selalu bikin penasaran.pengen lihat secara lamgsung apa yang ada di dalmnya. Trus pengen langsing lihat ke atas pucuknya. Seru ya bisa ke mercusur ini.
BalasHapusSeruuu. Sayangnya di Mercusuar Cikoeng ini, pengunjung cuma diijinkan main sampai ke lantai dua aja. Ada banyak alasan kali ya, makanya cuma bisa sampai situ aja. Cuma kan, udah bisa ngerasain senangnya karena bisa ngerasain masuk ke dalam mercusuar.
HapusKalau udah masalah sampah ini kayanya sudah mendarah daging ya mba, mendarah daging perihal kesadarannya. Yang sadar ya buang pada tempatnya, yang ngga punya yaa suka suka dimana mau dibuang. Semoga makin banyak yang sadar ya mba :"(
BalasHapusIya banget. Sampai speechless sebenarnya, entah perlu dibiasakan bagaimana lagi ini. Padahal tinggal sepelemparan dikit doang, udah bisa menclok itu sampahnya ke tempat yang seharusnya.
HapusUdah tua banget ya mercusuarnya. Udah lama rasanya gak wisata sejarah kayak gini, seru banget pulang-pulang dapat pengetahuan baru.
BalasHapusIya, alhamdulillah senang banget bisa punya kesempatan untuk berkunjung ke mercusuar sikoneng di Anyer ini.
Hapuswah aku belum pernah kesini! semoga usai pandemi bisa mampir ke Mercusuar Cikoneng ini, aamiin!
BalasHapusAamiin. Semoga ada kesempatannya ya.
Hapusterakhir kali ke daerah ini waktu SD, udah lama sekali belum pernah ke daerah ini lagi. Tapi waktu tu juga belum pernah mampir ke Tempat Mercusuar ini. Semoga ada kesempatan untuk bisa mampir ke sini :)
BalasHapusSemoga ada kesempatan untuk mampir ke mari ya di lain waktu.
HapusMelihat gambar2nya jadi pikiran ke mana2, jaman dahulu tempat itu berbeda banget dengan yang sekarang. Dulu ada nggak ya orang yang penasaran kalau di masa depan tempat ini bakal jadi tempat kunjungan salah satu wisata sejarah
BalasHapusHuum, begitulah uniknya hidup ya.
Hapusbelum pernah nih untuk kedua tempat baik anyar dan panarukan, juga untuk kunjungan ke 0 kilometernya plus mercusuarnya, rasanya pengen explore kesana deh
BalasHapusSemoga ada kesempatan ya Gandys. Aku pun mau banget ke Panarukan kalau ada kesempatannya.
HapusWah bagus banget buat referensi setelah berakhir pandemi belum pernah kesana sih semoga berkesempatan
BalasHapusAamiin. Semoga ada kesempatannya ya.
HapusPernah ke sini, tapi nggak masuk ke dalam mercusuar nya. Menarik banget ya Kak di sana, jadi kangen berkunjung lagi
BalasHapusBanget. Semoga di kunjungan selanjutnya, Uni bisa ngerasain main ke mercusuarnya juga.
HapusWaaah mercusuarnya sepertinya lebih besar daripada mercusuar di ulau lengkuas Belitung ya mba? Aku prnh naik yg di sana.
BalasHapusRasanya kalo melihat sekeliling dr atas mercusuar itu seneeeeng banget. Viewnya jd luar biasa bagus dan bisa terlihat jauh. Sayang ya mercusuar yg ini ga bisa dinaikin Ampe atas. Tp ngerti sih Krn udh tua juga. Moga2 aku bisa ksini jg nanti :)
Semoga kapan kapan saya juga bisa ngerasain naik ke mercusuar di Pulau Lengkuas ya Mba. Penasaran, bagaimana rasanya bisa naik sampai ke bagian atas.
Hapusaku pernah mampir ke sini ... naik juga sampai lantai 2 mercusuar
BalasHapusAsyik banget ya belajar sambil jalan2 cihuy
BalasHapusWoow sumpah keren bangetz! Btw tahu gak sih kalau Daendels itu kelahiran Belanda tapi berkewarganegaraan Perancis?
BalasHapus