Sekali lagi, sebagai tontonan penutup di tahun 2019 saya menyaksikan
salah satu karya dari Ernest Prakasa
dan mengusap airmata di ruang studio. Selalu ya, Ernest dan kali ini Meira Anastasia lihai sekali membuat saya menghela napas dan membawa pulang
sebuah pesan yang membekas sekali di ingatan. Impian saya untuk bisa menjadikan
film karya Ernest Prakasa sebagai film tutup tahun buat saya, sudah terwujud
beberapa tahun ke belakang. Alih-alih selalu dibuat jatuh cinta oleh karyanya,
kini impian saya menanjak, ingin sekali kalau Ko Ernest jadi mentor menulis
saya. Semoga semesta membuka jalan menuju ke impian-impian saya ini ya. Aamiin.
Baiklah, mari saya kisahkan pengalaman menonton Film Imperfect yang punya subjudul Karier, Cinta dan
Timbangan ini yuk!
|
via Instagram Ernest Prakasa |
Kisah dimulai dengan tokoh Rara (setelah dewasa diperankan
oleh Jessica Mila)
yang terlahir dengan gen kulit sawo matang dan tubuh gemuk juga rambut keriting
seperti ayahnya. Berbeda sekali dari ibunya yang seorang mantan model dengan kulit
putih, singset, dan tentunya juga bertubuh tinggi. Sedari kecil saat adiknya
lahir, sudah banyak sekali body shaming
untuk sang anak sulung dari teman-teman ibunya yang tentu saja dibiarkan. Ayah
dari Rara pada akhirnya menjadi satu-satunya orang yang tahu bahwa anaknya
perlu “dipeluk” karena kondisi fisik yang dianugerahkan padanya itu. Tapi
terkesan terlalu membela ya, mungkin akibat si Ayah kurang suka akan sudut
pandang Ibu bahwa anak perempuan harus kurus, melainkan tetap sehat dan cerdas.
Jelas saya rasakan, bahwa Ayah dan Ibu dari tokoh Rara dan Lulu (setelah besar
diperankan oleh Yasmin Napper)
ini punya sudut pandang yang saling berseteru dalam membentuk kepribadian
anak-anaknya. Hingga di suatu ketika, sang Ayah harus dipanggil pulang oleh
Yang Maha Kuasa. Tampak sekali kalau hidup Rara kecil runtuh seketika. Kebiasaan
makan cokelat sebagai penenang di kala risau pun bermula.
Rara setelah besar, nampak baik-baik saja. Punya sisi lain
kehidupan yang sebenarnya cukup berkilau. Dia punya hati baik, sehingga mudah
sekali disayangi oleh kekasihnya yang seorang fotografer, Dika (diperankan
dengan manis dan tampan oleh Reza Rahadian)
pun oleh ibunya Dika. Rasanya memang, seseorang akan selalu nampak indah dan
berkilau jika berada di lingkungan yang tepat ya.
Kemudian, konflik kisah bermula dari Rara – yang bekerja di
sebuah perusahaan kosmetika bernama Malathi (berasal dari bahasa Sansekerta yang
berarti teman baik) dihadapkan pada atasannya yang resign – kalau nggak ingin
dibilang dipecat. Dianggap menjadi kandidat dengan “otak” yang tepat untuk
memimpin, namun nggak punya penampilan yang tepat untuk menduduki posisi yang
ditawarkan padanya.
Sederet scene awal
ini membawa ingatan saya pada seorang rekan kerja yang diminta oleh atasan kami
untuk melakukan diet akibat tubuhnya yang sudah gemuk bawaan. Bagi saya,
kemudian, Film Imperfect ini mendekat, memasuki ingatan-ingatan saya tentang
segala canda menyenangkan dengan rekan kerja saya dulu itu. Nggak perlulah saya
ceritakan bagaimana dia kini, namun ya … seperti ada perjuangan tersendiri di
dunia karir bagi perempuan, untuk masuk ke dalam sistem lingkungan yang
mengharuskan sebuah kata cantik yang diartikan dengan tubuh langsing dan kulit
putih juga wajah terawat serupa tokoh Marsha (diperankan dengan apik oleh Clara Bernadeth). Sesederhana, orang dengan postur unik
seperti sesuatu yang nggak pantas hadir dalam sebuah ruang meeting. Latar pekerjaan yang kuat sekali dibangun oleh Film
Imperfect.
Diet Sering Membuat Gila
Saya terpukau oleh keseriusan Jessica Mila dalam memerankan
tokoh Rara, sebab dia benar-benar bertransformasi menjadi sosok yang bukan dia
banget, seperti yang biasanya saya lihat melalui televisi maupun media sosial.
Naik 10 kg untuk memerankan sebuah film adalah prestasi dari kesungguhan yang
perlu diacungi jempol.
Dari Film Imperfect ini saya belajar juga bahwa seringnya
diet hanya demi tujuan kurus dan cantik malah nggak baik untuk kesehatan diri
sendiri, baik fisik maupun mental. Obsesi Rara pada pekerjaannya, lalu berjuang
untuk tampil lebih sempurna, ditambah dukungan dari keluarga, juga pujian luar
biasa dari teman-teman dekat ibunya, malah mengubah lebih banyak hal lagi di
dalam diri Rara. Jadi nggak menyenangkan, malah menjauhkannya dari “kilau” yang
sebelumnya dia miliki.
Saya sendiri, nggak sanggup sih, kalau harus diet dan cuma
mengonsumsi sayur dan buah diblender terus-menerus seperti Rara. Cuma makan
sebutir apel untuk sarapan pagi, padahal seporsi bubur ayam punya rasa yang
menggoda dan memberikan rasa kenyang yang lebih lama. Menikmati proses Rara
melakukan diet saja, saya ikut dibuat tersiksa.
Sudut Pandang Orangtua Soal Dunia Kadang Dipengaruhi Oleh
Kecemasan dan Lingkungannya Juga
Saya tertohok sebenarnya oleh karakter Ibu dari Rara dan
Lulu (diperankan oleh Karina Suwandi)
sebab beliau punya kegundahannya sendiri, sehingga tanpa sadar menekan putrinya
untuk terlihat seperti diri yang dia inginkan. Memang sih, kilas balik dari
kisah ibunya Rara ini hanya sebentar, bahkan nggak terlalu membuat sadar, tapi
seketika menohok saya yang sudah berada di posisi sebagai orangtua. Apakah masa
lalu dan impian-impian juga pandangan saya pada dunia tempat saya memilih untuk
berkarya, akan membawa saya pada pemaksaan akan sudut pandang serupa untuk
anak-anaka saya kelak? Tegas sekali film Imperfect ini menunjukkan, bukan hanya
lingkungan yang punya andil dalam membentuk seseorang, lebih kepada orangtua
dengan berbagai luka-luka yang dia bawa.
Apresiasi luar biasa saya pada para penulis naskah di Film
Imperfect, tentunya juga Ernest Prakasa dan Meira Anastasia yang menyentil
bagian kecil namun sesungguhnya bisa banget jadi boom drama ini.
Cantik Itu Perlu, Pintar Itu Butuh
Dua lagi, tokoh yang gigit banget buat saya, walau hanya
dapat porsi yang sebentar saja. Kemunculan Devina Aurel sebagai
Wiwid yang punya wajah cantik dan kulit putih binti langsing, nggak serta merta
membuat dia nampak sempurna juga dalam karirnya. Dia lebih sering terlihat “apa
sih” dibandingkan tokoh Shareefa Daanish sebagai Fey,
teman lekat Rara – dengan penampakan “apa sih” untuk karyawati yang bekerja di
perusahaan kosmetika namun punya kemampuan yang cemerlang dalam bekerja. Keduanya
serupa cerminan dari Rara dan Marsha dalam porsi komedi. Suka banget saya.
Utuhlah pula Film Imperfect ini dengan original soundtrack
yang dinyanyikan olef Fiersa Besari dengan lagu Pelukku untuk Pelikmu, Pilihan
kata dan diksi kaya yang menyentuh jiwa. Juga lagu Cermin Hati yang dibawakan
dengan sangat mengena oleh Audrey Tapiheru. Terakhir, kejutan dari suara Reza
Rahadian sepanjang menikmati lagu Tak Harus Sempurna. Rapi. Saling melingkupi sehingga
Film Imperfect ini menjadi kaya akan drama komedi nan menyentil jiwa untuk jadi
bahan tertawa.
Baiklah, sudah saatnya saya menuliskan beberapa kalimat
terakhir dalam curhatan panjang saya ini. Terima kasih banyak untuk Meira
Anastasia yang telah menghadirkan kegundahan dari para perempuan, bahwa cantik
haruslah seperti apa yang sudah menjadi stereotip. Padahal di balik itu semua, berpenampilan
lebih baik adalah pintu masuk untuk menunjukkan lebih banyak lagi, yaitu hati
yang baik. Terima kasih pula sebab Film Imperfect ini menjadi “malathi” bagi
para perempuan yang duduk menonton di ruang studio, lalu sesekali mengusap
airmata haru dan juga tertawa seru. Saya menunggu karya lainnya di tahun ini.
Semoga ada usia yang mengajak saya melangkahkan kaki membeli tiket dan menyaksikan
karya karya kalian kembali. Mana tahu semesta membawa saya pada pertemuan untuk
duduk bersama dan kalian menjadi mentor bagi saya kan?
Oh ya, bagi teman-teman pembaca, apa kamu sudah menyaksikan
Film Imperfect : Karir, Cinta, dan Timbangan ini? Bagaimana kesan yang kalian
dapat? Silakan bagikan di kolom komentar ya.
Saya belum pernah nonton film -filmnya Ernest, tapi baca thriller dan review Imperfect, tertarik nonton juga. Semoga bisa segera nonton.
BalasHapusSemoga bisa nonton di platform menonton film oonline ya. Sepertinya sudah turun layar deh kalau sekarang.
HapusMamaku awalnya ga suka karya Ernest, tapi buat film ini beliau sampai nonton 2x. Meskipun jalan cerita terkesan biasa tapi lekat dengan kejadian yang sering terjadi. Salut deh.
BalasHapusWah mantap Mama nya. Nggak cukup sekali ya nontoninnya.
HapusMalathi kalau tak salah kak bukan maranthi hihi. Saya juga sampe nonton dua kali karena yang pertama ketinggalan 20menit. Dan endingnya itu keren banget sih, dan bisa ngebawa pesan body positivity :3
BalasHapusHihihi ... makasih banyak sudah dibantu revisi ya Mba Marfa.
HapusSelalu suka sama film-filmnya Ernest
BalasHapusMengangkat tema-tema yang lekat dengan keseharian kita jadi terasa ikut masuk merasakan konflik yang terjadi di dalam film
Bener banget ini kesimpulannya. Cantik itu perlu, tapi tak perlu menyiksa diri untuk tampil cantik. Karena cantik itu tak melulu soal langsing dan putih
Iya ya Mba. Film film ernest itu seperti punya daya tariknya sendiri untuk ditonton.
HapusWahh memang ya, ngga boleh asal judge. Semua punya kelebihan masing2 yaa
BalasHapusBethul sekali.
HapusSaya suka sedih kalau ada teman mengulas sebuah film, Mbak. Soalnya tidak bsia nonton. Di Kebumen tidak ada bioskop hahaha.
BalasHapusTapi dari ulasannya, filmnya bagus nih, Mbak. Jadi Body Shaming itu harus distop. Karena kan setiap orang punya kelebihan masing-masing. Walau kadang situasi tidak mendukung, misalnya tuntutan berpenampilan cantik itu di pekerjaan.
Tapi saya pas baca pemerannya Jessica Mila, saya langsung berpikir, wah.. kayaknya dia menaikkan berat badannya nih. Dan benar ya, berani menerima tantangan naik 10 kilo.
Wah, semoga kelak jaringan bioskop ikut masuk ke Kebumen ya Bang Bang.
HapusBelum sempat nonton film ini, tapi udah sering kena spoiler hehe.
BalasHapusAku setuju banget kalo cantik itu perlu dan pintar itu butuh. Keduanya penting dalam hidup ini. Dan setiap perempuan pasti bisa mengusahakannya dengan caranya sendiri.
Iya banget. Soalnya kalau pintar tapi nggak bisa merawat diri ya repot juga ya Mba.
Hapusdiet itu perjuangan. salut dg segala usaha sang tokoh utama. bahkan sarapan hanya dg sebutir apel, huhu. saya pernah tuh begitu, padahal cuma selama seminggu tapi berujung tipes. wahaha
BalasHapusWaduw Mba. Kalau saya, udah nggak sanggup duluan deh Mba. Makin banyak kerjaan, saya makin sering lapar tapi alhamdulillah nggak gemuk gemuk amat.
HapusBaca review ini aku makin penasaran sama film ini. Basically aku pernah stres bgt mencapai 78kg hampir2 obesitas. Dan akhirnya bisa turun 23kg itu pencapaian. Menurutku, timbangan perlu juga dikontrol untuk hidup yang lebih sehat. Bukan melulu karna cantik dan tampil menarik
BalasHapusGimana caranya nih Kak Jas diet sampai bisa turun segitu banyak? kak Jas keren sekali.
Hapusfilm nya melekat sama keseharian, banyak memang wanita bertubuh besar mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan
BalasHapusbagi aku sih mau tampil cantik sewajarnya aja jangan sampai menyiksa diri sendiri
Iya. Kadang ada juga perempuan yang memang dianugerahi dengan tubuh besar dan dibuat minder sama sudut pandang dari masyarakat soal standar cantik ya.
HapusKecantikan yang sesungguhnya bukan hanya dilihat dari kulit yang putih, rambut yang lurus dan lainnya. Namun, kecantikan dari dalam adalah kecantikan yang sesungguhnya.
BalasHapusIya. Setuju. Setiap perempuan punya sisi cantiknya sendiri.
HapusPengen banget nonton film ini tapi lagi tongpes, hehe. Setiap baca reviewnya jadi semakin penasaran sama filmnya. Memang nggak ada yang sempurna, kita harus mampu menghargai dan mencintai diri sendiri.
BalasHapusSemoga bisa nonton di aplikasi aja biar murce ya Mba.
HapusUlasan film yang menarik. Saya jadi tertarik dengan filmnya, meski nggak ada pengalaman sama sekali buat diet karena biar makan banyak juga body saya tetap kurus hehe. Btw intinya cantik dan pintar sama-sama dibutuhkan ya
BalasHapusBahagia banget Mba kalau udah makan banyak tapi bodi tetap bisa bersahabat dengan berat badan yang nggak cepat bergeser ke kanan angkanya di timbangan.
HapusFilm ini menurutku film yang berani tampil beda dan mengangkat tema realita yang ada saat ini.
BalasHapusIya ya.
Hapussaya pengen banget nonton film ini mbak tapi belum kesampaian....
BalasHapusSemoga ada kesempatannya ya.
Hapusini filmnya keren banget. aku suka semuanya. apalagi geng anak kos mamanya Dika. hihi
BalasHapusHahaha itu bagian paling lucu dan apa adanya banget.
HapusKarya-karya Ernest makin juara yaaa, terkahir nonton yang Milly Mamet itu, malah sempat ketemu dan foto bareng Ernest beserta pemain lainnya di Makassar
BalasHapus