Sebuah keping ingatan membawa saya pada suatu malam,
sepulangnya saya, dan kedua orangtua saya dari daerah Gondang. Lombok Utara,
mengunjungi Kakek Muda – paman dari Mama saya.
Di malam yang mulai beranjak larut, Papa melajukan mobilnya
dengan sedikit ngebut melewati kawasan hutan lindung Pusuk, sebuah jalan
panjang membelah hutan yang terbentang sepanjang Lombok Barat hingga Lombok
Utara. Tujuan kami adalah kembali ke Kota Mataram, pulang. Sementara sepanjang
jalan, Mama terus berdoa, khawatir kami salah jalan karena dikerjai oleh hantu
blau. Saya? Ouw, jangan ditanya. Karena sering didongengi cerita horor sedari
kecil, saya sudah gemetar dan merem sepanjang jalan. Menikmati setiap kali
mobil terasa berbelok, lalu ….
“Papa mau kemana?” tanya saya bingung, saat Papa memilih
menepi lalu turun dari mobil. Langkah Papa tegas menuju ke sebuah warung
beratap daun Enau yang tak jauh dari sana. Mengobrol sesaat dengan para bapak
bapak bersarung, kemudian membawa sebuah botol besar berisi air yang berwarna
keruh namun beraroma manis. Tuwak Manis, namanya.
Jangan pikir kalau Tuwak Manis yang Papa saya beli di tengah
malam larut, ditambah … didapatnya di tepi hutan Pusuk pula, merupakan minuman
beralkohol, seperti yang kebanyakan orang pikirkan saat mendengar kata Tuwak.
Minuman Tuwak Manis ini adalah air nira yang baru saja disadap dari pohon Enau
yang ada di sekitar tepi hutan lindung Gunungsari. Aroma dan rasanya manis.
Paling nikmat diminum dalam keadaan dingin, atau di pagi hari. Namun, agar
minuman ini tidak segera terfermentasi dan berubah menjadi minuman beralkohol,
perlakuan yang perlu dilakukan adalah segera memasukkannya ke dalam lemari es.
Ingatan inilah yang akan saya kisahkan lebih panjang dalam
tulisan saya kali ini. Tentang Tuwak Manis yang punya andil besar pada perjalanan
karir Papa saya, saat dulu bertugas sebagai dosen pembimbing untuk praktik
kerja lapangan mahasiswa Universitas Mataram pada era akhir tahun 90-an. Papa
menjadi salah satu sosok berkembangnya ekonomi masyarakat di sekitar tepian
hutan lindung Gunungsari, dengan mengembangkan salah satu pangan dari hutan yang mudah sekali didapatkan di sana, namun dulu, selain
jadi Tuwak Manis maupun Tuwak beralkohol, hanya dimanfaatkan buah
Kolangkaling-nya, pun air nira-nya dijadikan gula cakep yang kurang tahan lama
jika disimpan.
|
Pohon Enau penghasil Air Nira
(image via pixabay) |
Berkenalan dengan Pohon Enau
Pohon Enau, atau dikenal pula dengan sebutan Pohon Aren
merupakan tanaman serbaguna. Pohon Enau cukup besar, dengan tinggi sekitar 25
m, dan berdiameter kurang lebih 65 cm. Batang pohonnya kokoh, dengan bagian
atasnya yang diselubungi warna kehitaman dari pelepah daun yang disebut dengan
Ijuk. Bentukan daunnya majemuk menyirip, persis menyerupai daun kelapa.
Tanaman Enau ini berumah satu. Bunga-bunga jantan terpisah
dengan bunga betina dalam tongkol yang berbeda, dan muncul pada ketiak daun
sebagai untaian buah buni yang tidak dapat dikonsumsi langsung sebab getahnya
bisa membuat gatal. Buah inilah yang kelak setelah diolah sedemikian rupa, menjadi
Kolangkaling.
Air nira dari Pohon Enau, diperoleh dengan menyadap tandan
bunga jantan yang mulai mekar dan menghamburkan serbuk sari berwarna kuning.
Tandan ini mula-mula dimemarkan dengan dipukul selama beberapa hari, hingga
keluar cairan dari dalamnya. Tandan kemudian dipotong dan pada ujungnya
digantungkan tabung bambu untuk menampung nira. Sebab si air nira ini kurang
tahan lama, maka perlu diambil dua kali sehari, saat pagi dan sore, lalu segera
diolah menjadi gula.
Bukan hanya buah dan air nira saja, tetapi bagian ijuknya
sering dijadikan sebagai sapu, sementara daunnya bisa dijadikan atap, seperti
yang nampak pada warung pinggir jalan di tepi jalan Pusuk malam itu. Belum lagi
batangnya yang diolah menjadi serupa sagu untuk bahan pangan masyarakat.
Sementara, jika Pohon Enau ini mati, kembali batangnya akan dimanfaatkan sebagai
kayu untuk bangunan tempat tinggal.
Pohon Enau inilah yang banyak ditemui pada daerah tepian hutan
yang berbatasan langsung dengan Gunung Rinjani, tumbuh liar di kawasan hutan
lindung, di bibir tebing, sekitar tepian sungai, termasuk pada kebun-kebun
masyarakat di Desa Pusuk Lestari, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat. Papa
berujar kalau sewaktu kecil, pernah mengajak saya ke sana, sepanjang melakukan
pembinaan masyarakat pun membimbing para mahasiswanya. Sejujurnya, saya sedikit
lupa, namun saya ingat sekali kalau saya selalu bahagia jika diberi sebongkah
kecil briket aren yang akan saya emut persis seperti makan permen.
|
Papa bersama Tetua Adat Desa Pusuk, Gunungsari pada akhir 90-an
(dokumen pribadi DR Ir. Abubakar Ahmad, MP) |
Mengolah Air Nira Menjadi Briket Aren
Awalnya masyarakat Desa Pusuk hanya mengolah air nira menjadi
gula cakep, sebab hanya cukup direbus hingga mengental saja, lalu dicetak pada
cetakan tempurung kelapa. Lebih mudah dan tak menghabiskan cukup banyak waktu
dalam pengolahannya. Sayangnya, gula cakep dihargai rendah sebab seperti yang
saya sebutkan pada beberapa paragraf di atas tadi, gula cakep ini cepat sekali
rusak.
|
Nira diolah menjadi Briket Aren
(dokumen pribadi DR Ir Abubakar Ahmad, MP) |
Atau, menjual Tuwak Manis dalam botol botol air mineral berukuran
besar, seperti yang malam itu Papa saya beli. Sayangnya, air nira yang terlalu
lama dibiarkan pada udara bebas dengan suhu hangat seperti di Lombok, akan
segera terfermentasi alami menjadi cuka, lalu lama kelamaan menjadi Tuwak
beralkohol setelah beberapa hari.
|
Makasiswa Universitas Mataram era 90an mengolah briket aren
(dokumen pribadi DR Ir Abubakar Ahmad, MP)
|
|
Tim KKN Mahasiswa Universitas Mataram di Desa Pusuk, Gunungsari
(dokumen pribadi DR Ir Abubakar Ahmad, MP) |
Kemudian, entah bagaimana cerita detailnya, Papa dengan
beberapa dosen, membawa mahasiswa bimbingan mereka ke Desa Pusuk Lestari,
Gunungsari ini. Papa mengujicobakan pembuatan briket aren, dengan alat cetak
briket yang bentuknya mirip papan tebal dengan lubang-lubang kecilnya.
|
Penggunaan Alat Cetak Briket Aren
(dokumen pribadi DR Ir Abubakar Ahmad, MP) |
Setelah
si briket aren mengeras, papan tadi akan ditutup dengan sisi lainnya yang
dipenuhi oleh kayu-kayu bulat kecil untuk mendorong briket aren keluar dari cetakan.
Cukup dijemur sebentar di bawah matahari, briket aren bisa langsung dibungkus rapi.
Sengaja dibungkus dengan plastik tebal lalu di-pres sehingga udara tidak
terlalu banyak berada di dalam plastik, dan membuat briket aren menjadi tahan
lama.
Kandungan Nutrisi Dari Gula Aren
Gula Aren dianggap lebih baik dibandingkan dengan gula
pasir, sebab mwmiliki indeks glikemik yang terbilang rendah. Saat mengonsumsi
gula aren, kadar gula tak lekas mengalami kenaikan, seperti ketika mengonsumsi
gula pasir. Gula aren juga mengandung kalium yang membantu mengendalikan tekanan
darah, walau tidak disarankan untuk mendapatkan manfaat kalium hanya dengan
mengonsumsi gula aren saja. Belum lagi kalium tadi bermanfaat untuk menjaga
kesehatan tulang. Terakhir, mengonsumsi gula aren akan tetap menjaga berat
badan ideal, sebab kandungan kalorinya yang lebih rendah dibandingkan dengan
gula pasir. Namun, kembali lagi, sebaiknya mengonsumsi gula aren dalam jumlah
yang cukup saja ya.
Olahan Lezat Dengan Campuran Gula Aren
Duh, kalau sudah masuk di bagian ini, saya jadi kangen Mama,
ingin sekali pulang ke rumah untuk merengek dibuatkan camilan dan makanan yang
salah satu campurannya menggunakan briket gula aren.
Bentuk bongkahan briket aren yang kecil-kecil inilah yang
sering diolah oleh Mama saya menjadi Kolak Pisang favorit saya sedari kecil.
Atau dilelehkan sebagai cocolan untuk Singkong Rebus. Mantap sekali rasanya.
Sesekali saya pun iseng mencampurnya dengan teh hangat, atau air perasan lemon
saat tenggorokan saya sedang terasa kurang nyaman. Rasa manis yang selalu saya
rindukan, dan saya cari setiap punya kesempatan pulang ke Kota Mataram, Lombok.
Belum lagi kalau diolah menjadi Klepon. Hmm … saat digigit, blasss,
gula aren yang sudah mencair, meleleh memenuhi dengan rasa yang manis, berpadu
dengan gurihnya parutan kelapa. Belum lagi kalau dijadikan campuran dari Bolu dengan taburan
bubuk cokelat di atasnya. Ehm … jangan ditanya, seberapa lekas saya akan
memasukkannya ke dalam mulut. Pun belakangan ini, muncul minuman boba dengan
campuran gula aren. Manisnya sangat saya sukai.
Pada akhirnya, Pohon Enau dengan segala manfaatnya yang turut
menemani perjalanan karir Papa saya sebagai dosen, bukan hanya membuat masyarakat
menikmati rejeki yang lebih baik setelah dijadikan sebagai briket aren. Di
balik itu semua, ekonomi keluarga kami turut menanjak, seiring penelitian dari
Pohon Enau yang Papa saya lakukan dulu.
Sungguh Allah SWT begitu Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, menghadirkan
tanaman Enau dengan berjuta berkahnya untuk kehidupan.
Pohon Enau ini juga merupakan salah satu tanaman konservasi,
sehingga semangat dalam menjaga keberlangsungan dari terjaganya lingkungan
hidup oleh masyarakat sekitar hutan lindung yang digalakan oleh
WALHI
turut diamalkan pula di sini. Pohon Enau tumbuh di lahan milik masyarakat
maupun kawasan hutan secara alami dan memang dibiarkan tumbuh, bahkan dirawat
oleh masyarakat, sebab manfaat ekonominya yang cukup tinggi. Penyebaran bibit
Pohon Enau pun
dibantu oleh binatang
pemakan buah, sehingga tumbuh menyebar di tepian hutan hingga ke dalam hutan
lindung sekitar Gunung Rinjani. Sungguh keberadaannya menjadi berkah bagi alam
dan masyarakat di sekitarnya.
Nah, jika kamu sedang mampir ke Lombok dan melewati kawasan
Pusuk menuju pelabuhan Bangsal untuk berkunjung ke Gili Terawangan, mampirlah
sebentar untuk mencicipi Tuwak Manis dan membeli briket aren -- atau di masa sekarang, masyarakat desa Pusuk lebih banyak menyediakan gula semut -- di sana ya. Kamu
pun bisa membawa serta buah-buahan lokal hasil kebun masyarakat yang biasa
dijajakan di sepanjang jalan Pusuk arah Monkey Forest.
Akupun suka sekali olahan camilan dengan gula aren❤️ hebat sekali papanya ka Acha 👍
BalasHapusAlhamdulillah. Semoga jadi amal jariyah Papa ku. Beliau mau coba kembangin hal yang sama nih di Cianjur, karena udah pindah tugas di Universitas Singaperbangsa Karawang. Semoga DIKTI memudahkan tujuannya mengembangkan masyarakat. Doakan ya Teh.
Hapuspotensi daerah memang hrs dikembangkan ya
BalasHapusBetul sekali Mba. Untuk masyarakatnya juga.
HapusWaahh, dari hutan banyak dihasilkan Sumber Daya Alam yg luar biasa.
BalasHapusBanggaaaa banget jadi warga Indonesia :D
Iya banget. Indonesia ini kaya banget hasil hutannya.
HapusAih kerennya papanya ya Mbak...berhasil menjadi orang yg berjasa dalam berkembangnya ekonomi masyarakat di sekitar tepian hutan lindung Gunungsari. Keren ah, hutan sebagai sumber pangan memang wajib kita lestarikan.
BalasHapusBanget. Banyak rejeki dari Allah SWT yang sudah diberikan kepada kita, salah satunya melalui hutan.
HapusNah setuju tuwak pangan hutan..dan aku pikir tuak hanya ada di sumut selama ini
BalasHapusAda dimana-mana Mba. Di Cianjur Jawa Barat pun ada. Rencananya Papa ku mau penelitian lagi ke sana nih.
HapusMesti dicatat ini..mampir buat beli briket aren, tuwak manis dan buah-buahan...wah, hasil hutan memang menggiurkan ya. Segar dan membawa manfaat untuk masyarakat
BalasHapusSemoga beneran bisa mampir ya Mba. Ada banyak pengalaman seru kalau wisata ke Lombok, karena Lombok bukan cuma tentang pantai dan gili.
HapusHiks jadi ingat sering makan asinan di Sukabumi pakai cuka aren
BalasHapusDan itu enak pisan
Lebih enak dibanding pakai cuka pabrikan
Enak banget emang Mba. Segar segar manis enak gimanaaaa gitu ya. Ngangenin ya. Udah lama juga nih saya nggak makan asinan buah pakai cuka aren.
HapusWahh baca ini jadi kangen Mataram, kota kelahiranku. Mbak Cha juga pernah tinggal di Lombok ya :)
BalasHapusTapi aku belum pernah masuk-masuk sampai daerah Pusuk sana sepertinya. Atau aku mungkin sudah lupa ya karena masih kecil banget waktu itu.
Gula aren memang berbeda dan harganya juga lebih mahal dari gula pasir & gula merah biasa. Tampilannya juga kekuningan, lebih cantik daripd gula merah yg pekat.
Wah, Mba Hastin, berarti kita lahir di kota yang sama lho Mba.
HapusSaya juga pindah ke Bogor setelah jelang remaja. Masa kecil di sana, sering nggak eungeuh tempat dulu Pas ada kesempatan pulang ke sana baru mulai diperkenalkan lagi tentang Lombok sama orangtua.
Sekarang ini industri kuliner kelihatannya sedang menggalakkan konsumsi gula aren sebagai pengganti gula pasir karena diklaim lebih sehat. Di jaman yang penyakit begitu mudah berdatangan begini, upaya pencegahan melalui perubahan pola hidup dan makanan memang patut dimulai. Sayangnya, kabarnya banyak gula aren yang nggak murni jadi mesti hati-hati saat membeli.
BalasHapusUntuk membedakannya gimana ya, Kak? Kan sayang kalau sudah niat beralih ke gula aren tapi ternyata tetap saja mengandung gula pasir. Aku buta nih soal penampakan gula aren yang asli. Satu lagi ditemukan sumber pangan dari hutan yang menyehatkan ya, Kak.
Umm, sepertinya agak unik ya kalau embuatan dicampurkan dengan gula pasir. Mungkin kalau mau benar benar terpercaya, seperti yang keluarga kami lakukan, kami terbiasa membeli langsung dari pembuatnya.
HapusAtau bisa juga dengan membli produk yang sudah memiliki merk lokal, semisal briket aren atau gula semut yang juga sama sama terbuat dari air nira, namun bentukannya berbeda.
Hasil pangan dari hutan nyatanya banyak sekali ya mbak ragamnya, unik dan kaya manfaat pula, btw aku juga suka makan briket aren. Dulu kakakku suka bawain kalau pulang dari rantau
BalasHapusDiemut-emut seperti permen kayak saya waktu kecil nggak nih Mba? hihihi.
HapusIni di Jimbaran juga dikembangkan mba, gula aren. Duh, kalo sekiranya habitat enau ini dijaga, kita gak perlu impar impor gula yaaa. Apalagi gula rafinasi. Banyak kok sumber bahan pangan, khususnya pemanis yg bisa diolah di negara kita. Lombok kereeen.
BalasHapusBetul sekali. Semoga produk dan produksinya makin baik dan dikenal masyarakat lebih luas. UMKM yang memproduksinya juga makin terpercaya, sehingga kita -- termasuk masyarakat Indonesia secara lebih luas -- percaya pada produk hasil olahan dan produksi dalam negeri.
HapusMasya Allah Gula Aren gitu ya prosesnya. Aku pernah ke rumah ARTku yang keluarganya membuat gula aren dan dicetak gitu. Seru banget melihat prosesnya. Mantap ini informasinya lengkap.
BalasHapusSeru banget memang Mba Naqi. Semoga apa yang diusahakan sama keluarga ART-nya Mba, makin berkembang.
HapusHihi.. Kebayang horornya ya mbak saat tengah malam pula. BTW gula aren ini bagus buat dikonsumsi. Harganya memang lebih mahal.. Bagi yang diet pun masih amanlah asal jangan dicemilin cem Permen.. 😂
BalasHapusHaha padahal saya termasuk yang suka ngemil gula aren ini tapu nggak sering sih sesekali doang abisnya manis hehe
HapusHihihi saya nih dulu. Tapi semakin besar, paham juga kalo kebanyakan nyemilimn gula aren juga nggak bagus.
HapusIya Mba. Sepi. Lengang. Duh, Papaku memang.
Di bali kemarin juga ada Tuwak, tapi aku ga minum wkwkwk
BalasHapusaduh Lombok, kemarin padahal udah di Padang Bai tinggal nyeberang doang sampe Lombok
tapi belum ada kesempatan semoga lain kali aamiin
Semoga ada kesempatan.
HapusKayaknya kalo di Bali, setauku, difermentasi dulu, jadinya mengandung alkohol, dan kalau sudah begitu ya nggak kuminum juga Nyi. Kalau masih baru, ya segar, belum terfermentasi. Makanya treatment-nya ya buru buru disimpan di lemari es. Kalau telat, tamat sudah.
Kalau disana murah ya, tapi kalau udah jatuh ke pasar di Jakarta harganya lumayan mahal juga mba
BalasHapusIya Mba.Makanya kalau berkunjung ke sana, atau daerah penghasil gula aren lainnya, lebih baik beli dan dibawa sebagai oleh-oleh. Kalau saya ya Mba.
HapusBangga banget ya mba punya ayah, sebagai salah satu dosen yang mengembangkan gula cakep menjadi briket aren. Mau donk pas jalan-jalan ke Lombok singgah minum tuak manis dan beli oleh-oleh briket arennya.
BalasHapusWah, Papa saya sudah pindah tugas ke kampus yang di Karawang nih. Beliau berencana kembangkan hal yang sama di daerah Cianjur, dan semoga dapat dana pengembangan masyarakat dari DIKTI seperti semasa kecil saya dulu. Mungkin kita jadi bisa lebih dekat nih jalan-jalannya.
HapusSumber pangan yang berasal dari hutan ini memang banyak banget ya mbak dan khasiatnya juga tak kalah banyak seperti pohon Enau ini yang bisa menghasilkan gula aren yang terbukti lebih 'sehat' ketimbang gula pasir.
BalasHapusBetul. Banyak sekali sampai nggak semuanya kita tahu banget banget.
HapusIya ya tapi setidaknya dengan mengetahui betapa kayanya hutan Indonesia ini kita bisa memanfaatkannya ya dan punya kesadaran untuk merawat dan melestarikannya
HapusWuahhh menarik euy cerita papanya. Saya sering nih lewat jalur Pusuk kalau ke Lombok Utara. Apalagi dulu sewaktu suami kerja di Gili Air. Mesti jalurnya menantang, asyiknya lewat pusuk ini yaa karena udaranya segar dan sejuk banget. Namanya juga hutan ya kan. Dan benar, sepanjang jalan ada banyak penjual tuak manis di sana.
BalasHapusIya Mba. Kalau nggak salah, sampai ada festival minum Tuwak Manis deh sekitar entah awal tahun ini atau sekitar akhir tahun lalu.
HapusHutan memang sumber pangan yang menakjubkan ya. Berbagai komoditas ada di sana. Jadinya sedih kalo hutan semakin berkurang dari tahun ke tahun. :(
BalasHapusBtw, aku dulu sering juga nih minum air enaw langsung gitu. Yang disimpen di bambu panjang. Dulu malah suka ada tukang yang keliling kampung. Sekarang udah gak ada. Tapi di kampung deket gunung masih ada. Enak ya seger.
HapusNah yang di kampung itu, kebetulan punya sodara. Kalo lebaran suka sowan ke sana. Sering disuguhi minuman enau ini. Enak, seger.
HapusWah seru banget. Sampai ada yang menjajakkannya keliling kampung begini. Pengalaman yang menarik sekali.
HapusSegar memang ya Mba. Manis manis gimanaaaa gitu. Kalau dingin lebih enak lagi.
Aku juga suka olahan dari gula aren mbak. Soalnya enak-enak plus lebih sehat dibandingkan gula tebu.
BalasHapusTapi kalau kebanyakan nampaknya sama saja ya Mba. Jadi secukupna deh ya. Hihihi.
HapusEnau di Buton juga banyak, dulu di Minahasa juga sering minum, eh itu bukannya Legen ya kalau di Jawa?
BalasHapusSayangnya untuk di Buton, justru orang lebih suka dibuat tuak, terus mabuk-mabukan, duh.
hanya sedikit yang mau bikin gula aren :(
Jadi dapat stigma negatif dong ya air nira di sana, karena hanya dijadikan sebagai tuwak saja. Duh duh. sayang sekali.
HapusTernyata nama Gunungsari itu dari Lombok ya. Masya Allah papanya Cha rupanya pelopor dalam hal pengolahan aren di sana, ya. MOga berkah terus bagi beliau dan masyarakat di sana.
BalasHapusAamiin. In syaa Allah. Terima kasih banyak doanya, Bunda Niar.
HapusSaya di Cianjur Selatan masih punya tanaman aren, atau disini disebut Kawung. Kami maish mengolahnya menjadi gula merah. Alhamdulillah meski sudah modern tapi saya masih berkutat dengan kebiasaan ortu jaman dulu ini.
BalasHapusNah, Teh, kebetulan Papaku sekarang tugasnya di kampus Karawang. Lagi menyasar daerah Cianjur untuk mengembangkan pembuatan briket aren dan gula semut du sana. Doakan dapat dana dari DIKRTI dan lancar perjalanan projeknya. Mana tau aku bisa ikut menemani dan ketemuan sama teh Okti. Aamiin.
HapusMasyaAllah inspiratif sekali ayah kak Acha. Semoga apa yang beliau lakukan menjadi amal jariyah ya Mba karena ikut mengembangkan potensi daerah di sana.
BalasHapusAamiin. In syaa Allah.
HapusBelakangan makai gula aren untuk bikin kopi. Hehe. Senang deh baca tulisan ini mba jadi bisa tahu juga ttg aren :)
BalasHapusTerima kasih juga sudah mampir ke mari Mba Alida.
HapusWah, mantep nih Papanya bisa mengembangkan potensi dari suatu wilayah, ikut bangga deh. Gula aren kayaknya sekarang juga lagi naik daun. Kebanyakan kopi kekinian banyak yang pake gula aren menggantikan gula putih, kayaknya prospek ke depan dari gula ini bakal mantep deh
BalasHapusKelihatannya demikian nih. Mudah mudahan ya. Mana tau jadi komoditas ekspor untuk Indonesia. Saya turut berdoa untuk hal ini, agar para masyarakat yang tinggal di tepian hutan, punya penghasilan yang lebih baik. Tapi semoga penanganannya pun baik ya, biar nggak merugikan lingkungan dan juga masyarakat sekitar kawasan hutan.
HapusSeneng banget pasti jadi mahasiswa bimbingan papah mu mba, bisa mengunjungi langsung Desa Pusuk Lestari untuk uji coba briket aren. Anyway kolak pisang selalu menjadi favorit ku tuh mba hehe
BalasHapusSamaan dong, Cuma kalau saya, sukanya Kolak Pisang yang dingin. Enak manis segar mengenyangkan.
HapusTerharu bacanya, amal jariyah buat papanya, Mba
BalasHapusAamiin. In syaa Allah.
HapusMenarik banget mba. Ibu saya selalu sedia gula aren di rumah dan biasanya saya jadikan bekal buat naik gunung. Sekarang jadi tahu seluk beluk si gula aren ini. Anyway bangga dengan papamu ❤️❤️
BalasHapusTerima kasih banyak Mba.
HapusIya banget. Pengganti cokelat ya kalau lagi naik gunung. Cepat me-recovery tenaga kita sepanjang mendaki.
Memorable banget ya mba kebersamaannya dengan pohon enau. Semoga gula aren makin trend di kemudian hari, karena potensinya yang sebenarnya lebih baik daripada gula tebu
BalasHapusAamiin. Semoga dikembangkan dengan cara yang lebih menjaga potensi daerah dan nggak terlalu membabi buta hanya demi kapitalisme semata ya. Biar hutan tetap terjaga.
HapusCeritanye keren dan baca ulang gak nyesal hehe
BalasHapusTerima kasih banyak sudah dua kali mampir ya Mba Uli.
HapusSekarang gula aren selalu jadi favorit ya, karena dibeberapa jajanan yang aku beli selalu menggunakan gula aren.
BalasHapusIya nih, kelihatannya gula aren ini makin hits saja.
HapusLuar biasa enau ini ya, semua bagian tubuhnya bisa dijadikan hal yang berguna. Katanya kelebihan gula aren itu bisa lebih tahan lama ya dibandingkan dengan gula kelapa ?
BalasHapusTergantung pengemasannya deh sepengetahuan aku, Bang Aip.
HapusKalau dikenas dengan daun kering juga, nampaknya sama. Makanya dibuat briket aren, agar pertama, lebih cepat mengering, dan bisa dibungkus lebih rapi dalam plastik bebas udara. Eh, apa ya istilahnya, setau saya, dulu Papa dan tim membungkusnya dalam plastik kedap udara dan di pres, biar lebih awet.
Aku baru tau aku kalau air nira bisa cepat berfermentasi. Aku juga baru tau tentang gula aren ini terbuat dari enau. Thanks infonya ya mbak ;)
BalasHapusSama sama Mba Iren, Semoga bermanfaat info ini ya.
HapusGula aren ini skrg lagi hits..
BalasHapusBanyak minuman yg pake gula aren..
Aku pun skrg di rumah juga suka pake gula aren
Semoga terus hits dan mana tau jadi salah satu komoditas ekspor Indonesia ya.
HapusAku suka gula aren apalagi kalo di cinnamon roll kak. Enaaak banget. Sekarang lagi happening ya gula aren ini karena boba
BalasHapusDuh, kan jadi kepengen ngemil cinnamon roll juga deh.
HapusWah ternyata banyak banget manfaat dari Pohon Enau. Selain bisa dijadikan atap, ternyata bisa jadi Gula Aren juga yaah hahah. Baru tau aku hehe
BalasHapusSemoga informasi ini bermanfaat ya, Bang Ipul.
Hapussudah menahun berarti ini ya kak dari generasi lama, di lombok ya? Gula aren skrg juga bukan hanya di minuman boba aja kak tapi di kopi juga, rasanya memang jadi beda dibanding sama gula biasa, dicocol makanan spt klepon atau olahan singkong juga enak
BalasHapusIya banget, apalagi singkong rebus, waw banget rasanya pas masuk ke mulut.
HapusSalam takzim untuk Ayahnya. Perjuangannya berbuah manis, semanis gula aren. Aku pun suka banget manis gula aren, legit engga bikin giyung. Duh, mau klepon, bubur sumsum, dkk, yang dikasih kinca terbuat dari gula aren leleh...
BalasHapusNyam nyam nyam banget deh rasanya.
HapusPercaya ga, waktu masih TK aku kalau minta bekel sekolah ya bawa gula aren. Iya gula aren aja yang aku aku emut hihi
BalasHapusWah samaan nih kita Mba. Diemut seperti emut permen ya dulu.
HapusLombok, aduuhh aku rindu sekali sama Pulau yang cantik nan mempesona ini. Menarik sih membahas sesuatu selain wisata alam nya, misalnya Pohon Enau, yg saya kira pohon kelapa dijadikan atap, ternyata selain bisa dijadikan atam rumah juga bisa dibuat Gula Aren. Aku suka minum kopi susu pakai Gula Aren, enak loh mbak
BalasHapusSesekali perlu mampir ke kawasan hutan lindung di Gunungsari nih Mba berarti. Borong yang banyak di sana.
Hapusbaru tahu ada pohon bernama "ENAU". he..
BalasHapusKok keliatan mirip dengan pohon kelapa ya? Bukanya kalo penghasil gula aren itu biasanya dari pohon aren jugaa? #maafkepo
Nah, nama lain dari pohon aren ya pohon enau ini, Bang.
HapusPohon enau ini daku familiarnya karena ada di soal TTS, hihi. Nggak menyangka bahwa banyak manfaat yang dihasilkan dari pohon ini. Kuy selalu dilestarikan
BalasHapusYuk, mari lestarikan.
HapusPaling nggak, kita sebarkan dalam bentuk tulisan yang positif.
OalaH nira ada juga d Lombok? Kukira hanya d NTT karena selama pengabdian di NTT banyak kulihat berprofesi sebagai penyadap nira. Waah pengalaman masa kecil dengan hutan yabg tak terlupakan.
BalasHapusDi Cianjur juga ada lho, Mba. Cukup tersebar banyak di Indonesia, potensi air nira ini. Bahkan sampai ke Sumatera Utara juga.
HapusSaya juga sangat suka air nira ini, Mbak. Apalagi pas diajak liburan ke rumah nenek teman saja di Sinjai, itu air nira baru diambil. Dari tabung bambu dituang ke gellas, nikmat sekali.
BalasHapusNah, di Makassar, kalau air nira yangg dipermentasikan namanya Ballo. Kalau gula aren juga banyak saya gunakan di rumah.
Kalau sudah terfermentasi, saya nggak minum nih, Bang Bang. Iya ya, kadang dibelokkan sebagai Ballo alias Tuwak nih di beberapa daerah.
HapusWah hasil pangan hutan yang berguna banget. Bisa dibikin macam-macam. Aku selalu suka gula aren. Biasanya kujadiin karamel. Hehe
BalasHapusTerus dicocol ke singkong rebus. Mantap.
HapusSalam kenal, sudah masuk grup blogger Lombok ?
BalasHapuswww.lazwardyjournal.com
Halo Mas laz. Wah, saya memang kelahiran Mataram Lombok, tapi kini berdomisili di Bogor, apa nggak masalah kalau saya ikut bergabung ke sana?
HapusGula aren favoritku. Kalau ada minuman yang ada embel-embel gula arennya, sering banget aku beli.
BalasHapusMantap memang ya Kak Lin, rasanya.
HapusItu pohon enau ya? Kayak pohon kelapa? Enau itu nama lain dari Aren kan kak?
BalasHapusIya, betul sekali.
HapusBuah enau dengan buah lontar itu sama ngga ka? aku baru tau kalau air nira dari pohon enau ini bisa cepat terfermentasi :)
BalasHapusSepertinya keduanya berbeda deh Mba. Tapi aku juga kurang begitu paham dengan pohon lontar.
HapusGula aren itu gula merah bukan Mba? Sama tidak ya?
BalasHapusKeren papanya Mba, zaman 90an jadi mahasiswa, ada dokumentasinya pula. Kalau di keluargaku tahun segitu habis SMA ya kerja.
Papa saya dosennya Mba.
HapusUmm, gula merah dari kelapa sama gula aren ya, hmm ... saya kurang tahu detail dan paham paham banget soal hal ini, tapi bisa jadi sama ya kalau penampakannya.
Saya masih kecil juga suka minum tuwak aren. Tapi kayaknya ga beralkohol. Wong anak2 minum. Enak rasanya manis. Pas dijadikan gula aren pun saya suka. Apalagi dicampur kopi, jadi kopi kekinian deh. Xixixi..
BalasHapusMantap. Iya, kalau belum terfermentasi, in syaa Allah aman Mba. Belum beralkohol.
Hapusduh ngomongin gula aren, daku pecinta berat ketan saus gula aren atau serabi saus gula aren, kedua makanan itu nikmaaat banget kalo pake gula aren. Ya Allah, aku ngidam seketika gini caranya. makasih mba infonya keren sekali. kalo ke lombok mau lah ke jalan pusuk
BalasHapusDuh, mbak jadi kangen camilan pakai gula aren ya.
HapusSemoga kapan kapan bisa main ke daerah sekitar Pusuk sana ya.
saluuuuuut dan keren banget papahnya di mba, mensejahterahkan warganya lewat sebuah penelitian, dan inilah bentuk kontribusi nyata dari mahasiswa mengabdi kepada masyarakat.
BalasHapusTerima kasih banyak ba Grandys.
HapusJadi inget jaman masih kecil suka nyemplungin Singkong ke kuali berisi gula aren yang lagi dimasak hehe.
BalasHapusManfaat gula aren banyak ya.
Mantap banget tuh rasanya ya Mba. Manis gurih hangat. Yummy.
HapusOlahan dari aren/ enau ini menggiurkan banget yah mba, saya pun suka. Tapi kalau tuwak aren belum pernah coba. Kalau tuwak dari pohon kelapa sudah. Ya manis asem gitu. Minuman penghangat 🥰. Hutan memang memberikan banyak manfaat yah kak terutama untuk bahan pangannya
BalasHapusHampir sama deh sepertinya rasanya.
HapusAllah SWT memang selalu menciptakan segala sesuatu dengan fungsinya masing-masing ya.
Rasa gula aren pun enak. Saya malah kadang-kadang suka ngemilin. Paling sering untuk campuran kopi atau roti tawar
BalasHapusIya Teh. Balakangan banyak yang dicampurin ke kopi ya.
HapusSoalnya lebih enak kalau memang pengen ada manisnya. Kalau dikasih gula pasir malah saya gak suka
HapusJadi unik ya rasanya kalau pakai gula aren.
HapusWah baru lihat pohon aren nih. Ternyata bisa dijadikan minuman juga ya. Selama ini cuma tahu udah jadinya aja.
BalasHapusSenang kalau Mba jadi bisa dapat informasi lebih dengan mampir ke mari. Terima kasih banyak sudah berkunjung ya.
HapusSekarang Gula Aren lagi naek daun yaa Cha. Apa2 di Brown-sugar in. Tapi emang enaak sih ��
BalasHapusKalo kolang kaling disini gimanaa ca? Kan hasil produksi pohon enau juga yaa
Kalau di Lombok, sepertinya dulu masih dijual di pasar saja deh.
HapusKalau di Bogor nih, kurang paham. Mamaku sudah lama banget nggak beli Kolang-Kaling sejak kami pindah ke Bogor.
Rasanya tuwak itu gimana ya? Apakah bisa memabukkan kalau lama disimpan?
BalasHapusSaya juga suka masak dengan gula aren karena lebih sedap menurut saya
Kalau terlalu lama disimpan memang kurang baik. Paling bagus ya langsung dikonsumsi seusai disadap, atau dimasukkan buru buru ke lemari es aar nggak lekas terfermentasi.
HapusGula aren emang jadi primadona ya sekarang, apalagi dgn bbanyaknya warung kopi dan minuman boba2an hehehe, btw kereen hasil hutannya aku tertarik sama briket arennya nanti klo bisa mampir jalan2 ke sana mau ah
BalasHapusSilakan. Semoga masih banyak masyarakat yang memproduksinya setelah hampir lebih dari 20 tahun lallu dikembangkan oleh Papa saya yang timnya di bawah naungan Universitas Negeri Mataram.
HapusAku masih inget dlu pertama kali tau pohon enau dari buku eh novel yang aku baca jaman SD.
BalasHapusDari situ aku tau klo mantaat enau ini byk bgt di berbagai bagian pohonnya..
Tapi belum pernah tau lgsg pohon enau itu yg kayak apa. Haha
Semoga kapan kapan bisa punya kesempatan untuk melihat langsung pohon enau ya Ka Rin,
HapusDari hasil hutan, banyak banget ya bahan pangan yang sebenarnya bisa dimanfaatkan. Sayanglah itu Tuwak tidak dijadikan produk yang mendunia. Padahal enak banget. Di Banjarmasin, papaku juga suka sekali ini tuwak, biasanya beli dari supir-supir truk yang baru turun dari hutan gitu. Enaak diminum dingin-dingin juga.
BalasHapusWuaaa ... di Banjarmasin juga ada ya.
HapusHutan emang memberi banyak banget pada sekitarnya termasuk kita manusia. Gula aren ini favorit banget. Selalu sedia di rumah, untuk pemanis masakan, juga kdang sesekali bikin kopi
BalasHapusWah, keren sekali kalau selalu sedia di rumah.
HapusGula aren banyak yang menggunakan dan jadi pilihan utama untuk menghasilkan makanan enak
BalasHapusMulai hits juga saat ini.
HapusWuih, berkah sekali ya ilmu papamu, bisa membantu banyak orang.
BalasHapusSaya juga suka gula aren. Untuk sekarang ini, favorit saya itu gula aren dicampur kopi yang kekinian.
:)
Jadi minuman hits ya Kopi Gula Aren saat ini.
HapusTerima kasih banyak Bang. Terima kasih juga sudah berkunjung ke mari.
Apakah gula aren aman bagi penderita diabetes kak?
BalasHapusHuum, memang nggak setinggi gula pasir sih kandungannya. Tetapi apa apa yang dikonsumsi berlebihan sebenarnya kyrang baik bagi kesehatan.
Hapusbaru tau kalau Pohon Enau itu ya Pohon Aren, awalnya dari dulu ngira gula aren tuh dari sejenis tebu ternyata bukan. saya musti banyak baca-baca lagi hehe.
BalasHapusSemoga tulisan ini memberi banyak informasi bermanfaat. Terima kasih sudah berkunjung ke mari.
HapusBetul3x, kangdungan kalori gula aren lebih rendah dibandingan dengan kalori pada gula pasir. Tapi karena kita sudah terbiasa manis yang berasal dari gula pasir, terkadang makan gula aren gimanaaa gitu rasanya ya, padahal sangat menyehatkan. Pangan dari hutan sangat berkhasiat bagi kesehatan tubuh kita. TFS.
BalasHapusIya sih. Kalau sudah kebiasaan, memang perlu adaptasi dulu beberapa waktu ya Mba.
HapusDari akar, pohon hingga buahnya
BalasHapuspohon enau ini beragam manfaat
Pemberdayaan kekayaan hayati seperti tanaman ini harus dijaga pelestariannya
agar bisa dirasakan mamfaatnya bagi banyak pihak
Aamiin. Semoga banyak yang berpikiran sama, walau bukan hanya untuk Pohon Enau saja, melainkan Hutan dan Sumber Daya Hutan pada umumnya.
HapusJadi kangen camilan dengan gula aren. Dulu waktu aku kecil masih banyak banget itu yang memproduksi gula aren. Tapi lambat laun hilang, terus berganti gula kelapa.
BalasHapusIya ya. Saya pun kalau mau makan Gula Aren, kudu pulang ke Lombok dulu nih.
HapusBanyak sekali ya manfaat Pohon Enau. Iya, gula aren memang lebih sehat untuk mereka yang diet. Btw, jadi sebenernya Tuwak Manis itu bisa jadi minuman beralkohol ya kalo kita mau.
BalasHapusIya bisa banget Mas. Tinggal didiamkan di udara terbuka dan setelah mulai terfermentasi dengan sendirinya, berubahlah jadi minuman beralkohol.
Hapushmmm.... lapar ngebayangin makanan dengan kandungan gula aren
BalasHapusMba ngebayangin makanan apa nih yang pakai Gula Aren?
HapusWah ternyata banyak banget manfaat dari Pohon Enau yaa kak. Aku suka es pake gula aren kak, lebih alami rasanyaa heheh
BalasHapusIyaaaa. Unik dan enak ya.
HapusBaru dengar pertama kali ini tentang kata briket, dan kata tuwak manis. Sayang fotonya kecil-kecil, jadi nggak bisa menangkap fokus gambarnya dengan baik. Terus, bagaimana membedakan pohon enau dari pohon kelapa yang sangat mirip?
BalasHapusIya Mba. Ini fotonya foto lama banget yang di-scan oleh adikku dari album foto Papa di jaman sebelum masuk tahun 2000, jadi resolusinya pun kecil biar nggak pecah. Beda Pohon Enau sama Pohon Kelapa ya. Hmm, pohon Enau ini lebih mirip Pohon palem sih sebenarnya. Terus buahnya pun mengumpul di bawah ketiak daunnya. Beda sama kelapa yang buahnya gede, kalau aren, buahnya kecil. Itu lho, yang isian dalamnya itu kita sebut Kolang-Kaling.
HapusHuaaaa aku telat nih baca ini
BalasHapusKalau baca dari kemaren-kemaren, pas ke Lombok aku pasti bakalan borong gula arennya deh
Catet baik-baik dalam ingatan, kalau ke Lombok lagi kudu jajan gula aren
Hihihi ... main main ke Pusuk nyobain Tuwak Manis juga, Mba.
HapusSekilas pohonnya mirip pohon kelapa ya mbak. Aku baru tahu loh bentuk nya pohon aren kek gitu ��
BalasHapusIya, mirip. uma kalau boleh dibayangin lagi, lebih mirip palem gitu bagian atasnya.
HapusAku pengen bergabung dengan walhi kapan-kapan ah cha
BalasHapusbiar ketularan pinternya hahah biar jaga lingkungan dan lebih sayang sama alam
Semoga bisa bergabung ya Nyi. Ceritain dong gimana nanti kalau udah bergabung sama Walhi.
HapusWah ayahnya mbak Akarui Cha kereen... pasti bangga sekali menjadi anaknya. Sekarang ini gula aren sedang meningkat permintaannya. Alhamdulillah mulai banyak yang sadar dengan bahan makanan yang lebih sehat.
BalasHapusAlhamdulillah. Terima kasih banyak Mba.
HapusKalau ibuku suka bikin bubur candil pake gula aren. Kadang juga bikin cendol. Duh jadi kangen sama ibu
BalasHapusSemoga dibikin bubur candil lagi Ramadhan begini ya Di.
HapusTernyata tulisan ini yg bikin aku bisa ketemu sama akarui Cha ya . Selama ini cm tahu dari sosial media saja.. xixi akhirnya bisa ketemu dan satu kelompok cooking class
BalasHapusSemoga ada kesempatan untuk kita ketemuan lagi ya Mba Fika.
Hapuskalau di Surabaya ini namanya legen kak. enak banget diminum dingin dengan es batu. dulu waktu aku kecil sih banyak dijual di pinggir jalan, tapi sekarang semakin susah karena sudah gak boleh jualan di pinggir jalan. sudah lama sekali gak pernah liat orang jualan es legen. membaca cerita ini jadi ingat masa lalu
BalasHapusOuw, legen ya namanya, unik sekali. Iya, enak diminum dingin memang.
HapusDaridulu penasaraaan gula aren dan gula merah jawa tuh sama ndak yaaa?
BalasHapusHmm mirip mirip lah Kak.
Hapuswaaah penasaran saya pengen ikut langsung liat prosesnya gitu, hehee.. saya cinta banget sama gula aren :)
BalasHapusWuaaa mantap Mba Atiq.
Hapuspengalaman yang luar biasa. Saya malah baru tahu Enau itu buat kolangkaling dan gula aren wkwkwk kemana aja.. tapi saya penasaran dengan cerita hantu blau di sana hehe
BalasHapusWadudu Mba Lita malah penasaran sama cerita hantu blaunya hihihi.
HapusWahh ini ya yang namanya pohon enau, baru tahu aku kak Achaa. Btw di Lombok juga ada rumah kakek dari suami. Kapan2 harus nih nyari pohon enau inii, aku penasaran kalau cuma lihat di foto hihi
BalasHapusterimakasih buat sharing, meski dah berumur, aku baru liat penampakan pohon ini hehe
BalasHapus