Sebuah bangunan bergaya industrial nampak ramai oleh
banyaknya kendaraan roda dua yang terparkir di halaman depannya. Terletak
begitu dekat dengan Stasiun Depok Lama, ditambah plang Steak Moen-Moen besar
yang sudah terlihat dari tepian jalan, membawa saya pada banyak ingatan semasa
kuliah. Beberapa kali pula, tepat di bawah plang tadi, biasanya saya memilih
menunggu driver ojek online yang akan membawa saya pulang ke rumah seusai
bekerja atau menghadiri kegiatan di Jakarta.
“Kamu kan anak Pak Doktor, tapi kok kere banget sih,
Cha.” Celotehan teman saya semasa
kuliah, kadang membuat saya minder. Kalau diingat-ingat, bisa jajan Batagor
atau Siomay setengah porsi saja sudah membahagiakan untuk saya.
Maka dulu, saya paling hobi menabung, ditambah mengerjakan
beberapa hal kecil sesepele membantu teman menyelesaikan tugas kuliah, dan
mendapatkan uang jajan dari sana. Tentunya, diam-diam, tanpa orangtua saya
tahu. Apalagi perasaan sok anak besar dan posisi saya sebagai anak sulung,
mendorong saya untuk nggak banyak mengeluhkan hal-hal kecil yang menyentil. Lalu
saya akan merayakannya dengan makanan enak yang ramah kantong mahasiswa,
setelahnya.
|
Chicken Hotplate Steak moen Moen, kini ... sedih
(dokumen pribadi) |
Tersebutlah Steak Moen-Moen yang dulu
hadir di foodcourt Depok Town Square dan antrean
pemesanannya seringnya sih, mengular. Menunggu hampir dua puluh menitan sampai
menu yang saya dan beberapa teman pesan akhirnya tersaji di meja makan itu,
seperti punya kemewahannya sendiri.
Sebagai mahasiswi – iya iya, saya anak Pak Doktor tapi kok kere banget
ya rasanya – bisa menikmati sajian steak murah meriah nggak sampai dua puluh
ribu begitu, membahagiakan banget. Namun selepas kuliah dan bekerja di bilangan
Jakarta Selatan, lama sekali saya nggak rendezvous
dengan steak seharga uang jajan mahasiswa ini.
Hingga … jeng jeng jeng, ketika partner saya pulang kantor,
dengan hebohnya bercerita akan kemunculan Steak Moen Moen di dekat Stasiun Depok Lama. Tanpa pikir panjang kala itu,
saya merengek untuk diajak makan siang di sana. Ya … hitung hitung, saya mau
melepas kangen dengan rasa meriah yang Steak Moen Moen tawarkan. Juga mau
merayakan, bahwa saya pada akhirnya, berterima kasih dengan masa masa sebagai
mahasiswi kere dulu, sebab kini terasa juga hikmahnya.
Cukup lama saya bersabar menunggu ajakan itu terealisasikan,
hingga suatu waktu akhirnya saya perlu keluar rumah untuk urusan pekerjaan di
hari Sabtu, dan bisa ditemani partner saya pula. Selepas pekerjaan saya
selesai, berbeloklah dahulu kami ke sebuah bangunan bergaya industrial yang di
kemudian hari, setelah saya bisa kemana-mana sendiri sebab anak bayi bisa aman
dititipkan pada si partner di rumah saja, menjadi tempat langganan saya menunggu
jemputan ojek online.
Steak Moen Moen sebenarnya merupakan makanan steak murah
meriah, sebab steak ayam saja, dagingnya dibalur dengan tepung dan terasa
digoreng krispi, sebelum diletakkan di atas hotplate lalu disiram dengan saus
untuk steak-nya, dibanderol dengan harga yang semasa saya kuliah dulu … nggak
sampai ke angka dua pulh ribu. Disandingkan dengan beberapa potong wortel, jagung,
kentang, dan juga buncis yang rasanya seperti sayur kukusan. Ditambah aromanya
yang menguar dan menggoda sekali untuk lekas disantap saat si hotplate baru saja disajikan di meja
makan yang kamu pilih.
Paket Chicken Hotplate ditambah lemon tea sudah jadi pilihan
favorit saya sedari lama, dan memang selalu menjadi menu pilihan saya. Namun
kini ada pula paket spaghetti, tenderloin, dan Chicken Parika yang bisa dicoba.
Sayangnya kemarin, saya lagi dan lagi, seperti sudah template-nya, tetap saja
nggak berpindah untuk mencicipi menu yang lainnya. Kadang kalau sedang sangat lapar,
ya saya minta tambahan nasi sih.
Nah, pada kesempatan pertama mencicipi Steak Moen Moen lagi
setelah sungguh lama saya nggak mencicipinya, saya pikir, rasa rindu lidah saya
akan makanan yang dulu cukup mewah bagi saya itu, akan terasa sama. Namun
rasanya nggak seperti dulu. Entah mungkin selera saya yang sudah berubah. Tapi
ya, saus siramnya sudah nggak semeriah dulu. Pun isi sayuran yang disajikan
jadi nggak semeriah dulu, sebab hanya ada kentang dan wortel say\ja yang
berdiam di dalam hotplate milik saya. Bisa
jadi karena harganya yang nggak terlalu banyak berubah, jadi ya porsi
makanannya yang sedikit diubah.
Tapi kala saya datang, cukup lumayan banyak meja yang lekas
terisi pengunjung. Ya, Steak moen Moen mungkin masih diminati seperti dulu.
Sayangnya, tetap sama mungkin ya, pelayannya masih kurang lekas membersihkan
meja yang sudah selesai dipakai pengunjung. Pun pengunjung yang masih belum
banyak insiatif untuk sekadar menumpuk hotplate
dan menyusun gelas mereka di tengah, sehingga petugas kebersihannya bisa cepat
merapikan meja untuk pengunjung selanjutnya.
Cukuplah saya melepas rindu dengan menikmati seporsi Chicken
Hotplate dengan bonus minumnya. Sudah senang hati saya, menikmati seporsi steak
ayam sembari berbincang tentang masa masa kuliah saya bersama partner. Ya …
walau dulu kami bukan rekan se-gank jadi nggak terlalu dekat dan tau banget
soal makanan favorit semasa kuliah.
Saya punya keinginan untuk mencicipi Steak Moen Moen ini
dari kota asalnya, Solo, sebenarnya. Semoga kelak bisa terealisasi. Apakah
Steak Moen Moen di sana seramai yang di Depok? Pun saya memang sudah lama
sekali nggak lagi berkunjung ke Foodcourt Depok Town Square, mungkinkan antrean
steak murah meriah ini masih sesemarak dulu?
Saya belum pernah coba. Abis tiap mau mampir Ramai terus. Malas antri. Kalau ama waroeng steak enakan Mana?
BalasHapusUmmm kalau untuk steak yang beneran sih masih enakan Waroeng Steak kalau menurut selera saya. Tapi emmang ramainya ampun deh di steak Moen-Moen ini. Bahkan parkirannya sering penuh. Mungkin karena harganya lebih bersahabat ya.
HapusSaya pernah tahu nih steak moen moen atau namanya mirip kali ya, bukan jualan steak tapi semacam kudapan minuman hangat gitu di Surabaya :D
BalasHapusbtw, kalau saya memang kurang suka beli makan yang antriannya mengular, bikin bete soalnya, udah keburu lapar baru datang :D
Oh ya, fontnya bagus kok, agak kecil sih tapi karena jenisnya umum, jadi enak aja di mata, mungkin bisa dinaikan dikit biar lebih nyaman, tapi over all kalau buat saya udah nggak bikin saya mengernyitkan mata hahaha
Dan makasih Mba Rey. Akhirnya ukuran font-nya aku naikkan sedikit biar mata nyaman.
HapusNama restonya lucu juga, ya. Mudah banget diingatnya. Saya jadi kangen makan steak. Semoga pandemi segera berlalu. Saya mau kulineraaaan! :D
BalasHapusAamiin. Mungkin bisa pesan onlien kali ya kalau udah kangen banget Teh.
HapusNama restonya uniiik, cepet gampang diinget :D. Tapi sayangnya dia cuma jual steak ayam ya mba? Aku ga terlalu doyan kalo steak ayam, mungkin Krn ga bisa dimasak medium rare kayak daging sapi. Sementara dari dulu kalo steak aku harus level medium rare . Kalo ayam kan harus Mateng sempurna .
BalasHapusIya banget Mba. Soalnya ini memang rasanya lebih fokus untuk yang pengen nyobain steak murah meriah.
HapusWah aku jadi penasaran nih sama steaknya
BalasHapusKalau masamasa pandemi ini udah kelar mau wisata kuliner ke Depok ah
Udah ngiler berat lihat steak
Aamiin.
Hapus