Beruntung sekali Ka Acha bisa menjadi salah satu peserta
dalam kuliah whatsapp yang diadakan oleh Mom
Academy Bogor, dengan menghadirkan Andhika
Yoan Dirgantara Putri S.Si., Apt, seorang Apoteker yang bekerja pada salah satu
klinik swasta di Jakarta. Mba Yoan, begitu beliau biasa disapa, memberikan
pencerahan kepada para peserta, bahwa betapa penggunaan antibiotik memang perlu
dihati-hati dan diperhatikan sekali.
Bermula dari ketertarikan Mom Academy Bogor akan penggunaan obat-obatan yang sudah mulai
merambah luas, pun pengetahuan masyarakat akan penggunaan obat-obatan tertentu
namun terkadang malah jadi nggak tepat guna, sejalan dengan semangat berbagi
akan permasalahan yang sama dari Mba Yoan. Sehingga, semangat ini membuahkan
sebuah kuliah whatsapp yang alhamdulillah pesertanya membludak dan aktif
bertanya semua.
Sadar nggak sadar, kadang kita dengan mudahnya menyarankan
penggunaan obat-obatan tertentu kepada orang-orang terdekat, berdasarkan dari
pengalaman kita sebagai pasien saja. Sementara nggak semua gejala yang dianggap
mirip-mirip dengan yang kita alami itu, bisa ditangani dengan perlakuan yang
sama, bukan? Makanya, di sinilah fungsi dari tenaga medis dan apoteker yang
sebaiknya kita dengarkan, sebab mereka belajar lebih mendalam dibanding kita
yang hanya dengar-dengar saja.
Biar nggak berpanjang-panjang, berikut turut saya rangkumkan
hasil diskusi dan materi yang disampaikan oleh Mba Yoan kala itu.
Apa Sih Antibiotik Itu?
Dalam definisinya secara mudah, antibiotik merupakan segolongan
molekul, baik itu alami maupun sintetik, dengan manfaat untuk menekan atau
menghentikan suatu proses biokimia pada organisme, khususnya dalam proses
infeksi oleh bakteri.
Faktanya sih, memang ya, antibiotik ini merupakan obat yang
umum digunakan di masyarakat. Hampir setiap kasus penangan penyakit,
menggunakan antibiotik. Sayangnya, seringnya penggunaan dari antibiotik ini
kurang tepat, semisal : sudah dipesankan oleh tenaga kesehatan untuk
mengonsumsi antibiotik dalam jangka waktu beberapa hari, karena si pasien
merasa sudah sembuh dan baik-baik saja, eh antibiotiknya nggak dihabiskan.
Semoga kamu nggak seperti ini ya.
Itu baru dari sisi pasien lho. Nah, menurut Mba Yoan,
terkadang pun ada keadaan dimana tenaga
kesehatan meresepkan antibiotik bagi
pasien dengan gejala tertentu yang sebenarnya bisa sembuh tanpa memerlukan
antibiotik.
Pelik ya? Sebentar. Ka Acha mau mengajak kamu untuk
mengingat-ingat dahulu, ada berapa jenis antibiotik yang sudah pernah kamu
konsumsi selama ini?
Bagaimana? Sudah mulai teringat berapa jenis antibiotik yang
pernah kamu konsumsi? Kira-kira ada berapa sih? Sudah 2? Apa 3? Atau
jangan-jangan malah 5? Ternyata, hal ini akan cukup membuat kamu khawatir nih.
Karena … semakin banyak jenis antibiotik yang kamu konsumsi dan antibiotik
tersebut seringnya kamu cuekin sampai nggak menghabiskannya sesuai saran tenaga
kesehatan yang menanganimu, maka risiko dari resistensi antibiotik pada tubuhmu
akan semakin tinggi.
Tuh kan, masih mau cuek bebek soal menghabiskan antibiotik
yang sudah diresepkan? Duh, ngeri-ngeri gitu ya nggak sih?
Namun ternyata, sebagai pasien pun, saya – juga kamu
tentunya – perlu banget paham kalau nggak semua penyakit itu memerlukan
konsumsi antibiotik. Di antaranya : batuk pilek tanpa sesak, diare tanpa darah,
influenza, cacar air, gondongan, campak, luka kecil, demam berdarah, dan
hepatitis.
Lho, kok influenza nggak memerlukan antibiotik sih, Ka Acha?
Jadi ternyata, seperti yang sudah Ka Acha jelaskan di atas, bahwa antibiotik
ini kan bermanfaat untuk menekan atau menghentikan proses infeksi yang disebabkan
oleh bakteri. Jadi, kalau penyebab kamu flu itu kan karena virus, bukan
bakteri. Ya kan? Trus kalau kamu minum antibiotik, buat apa dong?
By the way, kalau kamu mau mengoreksi atau menambahkan, silakan
ditulis di kolom komentar ya.
Artinya, kalau kamu masih menganggap bahwa dengan
mengonsumsi antibiotik akan mempercepat proses penyembuhan itu, sudah salah
kaprah. Semoga apa yang Mba Yoan sampaikan, dan apa yang Ka Acha tuliskan di
sini, memberi manfaat untuk kita bersama ya.
Resistensi
Antibiotik Itu Apa?
Resistensi ini, merupakan keadaan dimana si bakteri yang
sebelumnya pernah menyerang tubuhmu dan bisa dimatikan dengan antibiotik
tertentu, karena kamu nggak mengonsumsi antibiotikmu sebelumnya dengan benar
dan tepat, akhirnya si bakteri ini jadi nggak mempan lagi dengan jenis
antibiotik yang pernah kamu konsumsi sebelumnya.
Jujur saja, setelah mengikuti kuliah whatsapp yang diisi
oleh Mba Yoan ini, Ka Acha jadi deg-degan sendiri. Ternyata segala hal yang
berurusan dengan kesehatan itu … ya … sepelik dan seruwet itu.
Penyebab Resistensi Antibiotik
Nah, lanjut ya. Penyebab dari munculnya resistensi ini
ternyata cukup banyak, yaitu :
- Pemberian antibiotik yang kurang tepat, semisal
: pemberian yang nggak tepat, konsumsi yang nggak tepat, termasuk dosis yang
nggak tepat pula
- Resep antibiotik yang berlebihan juga bisa
memicu resistensi, ya … seperti beberapa penyakit yang Ka Acha sudah sebutkan di
atas, dimana penyebabnya bukanlah bakteri namun tetap diresepkan antibiotik.
- Cara minum antibiotik yang kurang tepat juga
bisa jadi penyebabnya nih. Ingat nggak sih, biasanya kita menghitung waktu
minum obat sesuai dengan pola makan, padahal bukan begitu cara menghitung yang
tepat?
- Paling terakhir dan mungkin sering terjadi,
penyebabnya adalah keabaian kita sendiri yang nggak menghabiskan antiobiotik
yang sudah diresepkan. Biasanya kan di etiket obatnya suka ditulis, “harus
habis”, tapi alih-alih merasa sudah sembuh dan baikan, kita malah menghentikan
konsumsinya.
Bahaya Resistensi Antibiotik
Pada 2013, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat total
kematian sebanyak 700 ribu jiwa akibat resistensi terhadap antibiotik. WHO
pun memprediksi, pada 2050 mendatang
diperkirakan 10 juta jiwa per tahun.
Kasus resistensi antibiotika sulit dilacak karena di rumah sakit biasanya penyebab kematian pada gejala terdekat saja,
seperti : gagal jantung, ginjal atau
stroke. Padahal kalau dilihat, di dalam tubuh pasien itu ada bakteri
resisten yang tersembunyi, cuma nggak
terlaporkan.
Ngerinya lagi, bahaya ini akan lebih mudah mengintai
anak-anak dan juga orangtua. Tentu sebab anak-anak dan orang tua seringnya
rentan terhadap penyakit. Ditambah lagi kalau sudah sering konsumsi antibiotik
yang nggak tepat guna.
Nah kan, jadilah resistensi terhadap antibiotik ini nggak boleh
banget kita pandang sebelah mata. Sebab selain biaya perawatannya yang nggak
murah, dan juga membutuhkan waktu pengobatan yang cukup lama, resistensi akan
antibiotik ini bisa banget membahaya jiwa karena ada risiko kematian yang cukup
tinggi.
Makanya, perlu banget adanya efektivitas dan pengawasan obat
dan makanan baik dari sisi tenaga medis maupun pasien. Jelas banget kan apa
yang Mba Yoan sampaikan. Jadi, ternyata, nggak cuma menyerahkan problema ini
pada pihak medis, tapi pasien pun butuh banget untuk mengerti … kalau bisa sih,
paham.
Capek lho para tenaga medis yang selalu mengingatkan pasiennya
untuk menghabiskan antibiotik yang sudah diresepkan. Mereka sudah mengingatkan
soal bahaya lho ini. Jadi … masih berniat abai nih? Ah, nggak temen kalo gitu
sama Ka Acha ah. Hihihi ….
Aturan Waktu untuk Minum Antibiotik
Salah satu poin juga nih yang seringnya salah kaprah adalah
waktu yang tepat untuk mengonsumsi antibiotik yang sudah diresepkan nih.
Jika kamu diresepkan minum antibiotik 3 x 1 sehari, maka
cara minumnya adalah :
Nah, kalau semisal kamu diresepkan antibiotik dengan aturan
minum 2 x 1 sehari. Artinya, kamu perlu membagi dulu waktu yang 24 jam tadi
dengan masa 2 kali minum. Dari situ, kamu bisa tahu, jam berapa kamu perlu
minum antibiotik yang tadi diresepkan, setelahnya. Teratur dan tertib tapi ya.
Sebab obat memiliki masa serap dan lepas dalam tubuh yang
konstan sehingga hasil yang didapatkan pun akan optimal, dan mencegah
resistensi tentunya. Kurang enak apa coba kalau kita jadi orang yang
berdisiplin, terutama untuk urusan minum obat begini, coba?
Pastikan kembali, kamu nggak menggunakan waktu makanmu
sebagai waktu untuk kamu mengonsumsi obat-obatan yang telah diresepkan. Bisa
jadi kan, ternyata makanmu nggak teratur, kadang jadwalnya maju, kadang
jadwalnya malah mundur. Kalau lalai begini, antibiotik yang sudah kamu konsumsi
juga jadi nggak optimal lho.
Terapkan Hal Ini Saat Mengonsumsi Antibiotik
Iya sih, kamu yang punya badan, kamu yang merasakan keadaannya.
Tapi, kan kamu sudah curhat ke tenaga medis yang akhirnya bisa menurunkannya menjadi
diagnosa bukan? Maka, hal pertama yang bisa kamu terapkan sebelum mengonsumsi antibiotik
adalah dengan mengomunikasikannya pada tenaga medis yang memeriksa keadaanmu.
Tenaga medis yang menangani kamu itu, bisa banget lho kamu
tanya-tanya. Jadi sebenarnya, nggak perlu sungkan untuk bertanya mengenai
diagnosa penyakit yang kamu derita, termasuk apakah kamu diresepkan antibiotik
karena kamu ternyata terinfeksi bakteri ya.
Selanjutnya. Lagi dan lagi nih Ka Acha mengajak kamu semua
untuk menghabiskan antibiotik yang sudah diresepkan untuk kamu. Minimal, 3 hari
berturut-turut saja deh, untuk mencegah tubuhmu mengalami resistensi terhadap
jenis antibiotik yang telah diresepkan oleh pihak medis.
Kalau anak diresepkan antibiotik dalam bentuk syrup, sebaiknya
dihabiskan dalam waktu seminggu. Jika sudah lewat dari seminggu, segera dibuang
ya. Jangan disimpan apalagi diniatkan untuk diberikan lagi jika sakitnya
berulang suatu hari.
Pesan yang diwanti-wanti banget nih sama Mba Yoan buat kita
semua adalah :
- Jangan membeli antibiotik tanpa resep dokter
- Jangan menggunakan antibiotik selain untuk
infeksi akibat BAKTERI
- Jangan menyimpan antibiotik untuk persediaan di
rumah
- Jangan memberi antibiotik sisa kepada orang lain
- Tanyakanlah kepada apoteker mengenai informasi
obat terutama antibiotik yang diresepkan untuk kamu
Ok. Sekian ocehan panjang Ka Acha dari hasil mengikuti kuliah
whatsapp yang diselenggarakan oleh Mom Academy Bogor dengan Mba Andhika Yoan
Dirgantara Putri S.Si., Apt selaku pematerinya. Semoga bermanfaat untuk kita
semuanya ya.
Jika ada hal hal yang ingin kamu curhatkan, pendapat yang
ingin kamu sampaikan, atau tambahan informasi lainnya dan bagus untuk pembaca
tulisan ini, silakan disampaikan di kolom komentar ya. Salam hangat dari Ka
Acha.
Iya ini masih banyak yang gagal paham karena merasa nggak perlu melanjutkan minum antibiotiknya padahal dokter sudah meresepkan sekian hari harus dihabiskan. Jadi kayak zonk lagi itu antibodi...nice info kak
BalasHapusTerima kasih. Semoga bermanfaat ya Mba,
HapusBahkan antibiotics yang sekilas bermanfaat tanpa cela, harus tetap berhati-hati juga dikonsumsi yah mom. Ak sekeluarga sangat meminimalisir penggunaan obat kimia memang
BalasHapusBetul sekali.
HapusNah, ide bagus Mba. Meminimalisisr penggunaan obat obatan kimia.
Oh baru tau aku. Pantesan yah setiap kali dokter kasih antibiotik suruh dihabisin. 🤓
BalasHapusSemoga informasi ini bermanfaat ya.
HapusWaduh, selama ini tiap kalu diresepin antibiotik sama dokter, pasti iya-iya aja, tanpa tahu tubuh bakal resisten atau enggak melalui penggunaan antibiotik ini. Next time, mesti cermat lagi nih ke periksa ke dokter. Infonya bermanfaat banget nih mba, menarik.
BalasHapusSemoga informasi ini bermanfaat ya.
Hapussiap kak, wah cukup hati hati nih dari sekarang, pahami anti biotik yang kita minum, jangan sampai dosis nya salah. ikuti petunjuk dokter untuk menghindari hal hal yang tidak di inginkan
BalasHapusHuum
HapusSemoga informasi yang kusampaikan, bermanfaat ya.
Aku udah lama banget gak makan obat ginian. Kalo merasa gak enak badan, langsung dibawa tidur dan minum air anget. Tapi perlu juga tahu informasi ttg antibiotik ini.
BalasHapusIya. Soalnya memang antibiotik ini baru diminum kalau kita sakit karena bakteri.
HapusWow terima kasih sharingnya ya mbak. Kadang aku juga tidak menghabiskan antibiotik yang diberikan dokter, huhu.
BalasHapusSemoga infirmasi ini bermanfaat ya.
HapusBener banget ini
BalasHapusPenggunaan antibiotik itu gak bisa asal gabruk
Penyakit2 yang disebabkan virus ya gak perlu antibiotik
Tapi kalau udah diresepin ya harus dihabiskan
Mari sama-sama menerapkan RUM (Rational use of medicine)
Betul sekali Mba.
HapusDan kalau pun direserpkan, ya ditanya dulu juga sama dokternya. Apa memang benar perlu atau nggak.
Mom Academy Bogor keren banget kegiatannya. aku juga sangat setuju banget, jangan makan antiobiotik sembarangan. jangan antiobiotik punya orang walaupun penyakitnya sama. apalagi berbagi antiobiotik
BalasHapusNah, penting memang lebih mendengarkan ahlinya daripada cuma katanya katanya saja.
HapusAku udah mulai meminimal minum antibiotik kalau lagi kurang sehat, kecuali harus.
BalasHapusBiasanya dokter ngasih saran mau resepkan antibiotik ya, kalau diskusi bisa tanpa itu, walau sembuhnya agak lama, milih opsi itu.
Nah betul banget. Memang perlu banyak didiskusikan sama dokter juga kalau memang sakitnya karena bakteri dan butuh antibiotik.
Hapusinformatif bnget artikelnya mb, semoga byk masyarakat juga membaca ini sehingga lebih memahami kapan harus mengkonsumsi antiobiotik dengan dosis yg dianjurkan oleh dokter.
BalasHapusAamiin.
HapusTerima kasih banyak Bang.
Yang paling aku ingat paling konsumsi amoxcilyn. Selain itu, jenis antibiotik yang aku minum nggak tau atau mungkin lupa namanya. Dan satu hal yang paling penting, aku sebelumnya nggak tahu kalau menghabiskan antibiotik itu penting banget. Hanya aja, dokter atau apoteker pasti selalu bilang "yang ini harus dihabiskan ya, meskipun ibu sudah merasa sembuh". Paling aku sih nurut aja. Itupun kalau nggak lupa.
BalasHapusKalau sudah tahu akibatnya, mending nurut sesuai kata dokter yang lebih tau fungsi obat.
Huum, Nari bijak dalam mengonsumsi obat-obatan.
HapusNah iya nih... masyarakat masih sering beli antibiotik di toko obat. Anggapannya antibiotik yang paling ampuh menyembuhkan penyakit, padahal kan tidak seperti itu..
BalasHapusHuum, sedihnya memang masih banyak banget yang salah kaprah.
HapusTiap kali diberikan antibiotik oleh dokter, pasti dipesan berkali-kali, "Antibiotiknya harus dihabiskan, ya". Meski demikian, terus terang, saya kadang bandel. (pss, jangan ditiru, ya...)
BalasHapusSemoga nggak diulangi lagi ya Mba.
HapusAku dulu pernah minum antibiotik asal2an, beli di apotik bareng sama obat batuk, dengan maksud supaya mau cepat sembuh. Untungnya aku buru2 cari tahu bahaya antibiotik kalau diminum gak sesuai anjuran dosis dokter, bisa menyebabkan resistensi, akhirnya aku jadi gak minum antibiotik sembarangan. kalo resistensi malah lebih bahaya lagi ya.
BalasHapusIya banget Mba. Memang perlu hati hati kalau konsumsi jenis antibiotik. kalau batuk, sebaiknya nggak perlu.
HapusAntibiotik memang harus dihabiskan sih. Tapi kadang kitanya yg abai. Begitu badan enakan dikit, antibiotiknya lupa dihabisin
BalasHapusNah, padahal bisa bikin resistensi ya Mas.
HapusAku termasuk yang pernah beberapa kali diberi resep antibiotik gak kutebus . Soalnya sering lupaan kasih obat ke anak. Apalagi antibiotik harus habis. Jadi daripada anakku kebal sama antibiotik karena sering gak habis, nggak kutebus aja sekalian
BalasHapusKalau memang nggak perlu pakai antibiotik ya nggak apa sih Mba.
Hapusbetul banget, aku tetap konsul dulu tentunya ke dokter supaya tahu apa yang aku perlukan
BalasHapusIyap.
Hapusyap bener banget, ga boleh pake antibiotik sembarangan. apalagi yang sampai beli 2-3 macam antibiotik padahal sakitnya cuma demam doang.
BalasHapussayang kalau sampai kena penyakit berat kayak tb gitu, milih obatnya lebih rumit
Nah iya, kadang mikirnya antibiotik itu obat ampuh, padahal penggunaannya perlu di hati hati.
HapusWah, aku baru tau soal resistansi antibiotik ini kak.
BalasHapusTemenku ada yg seperti itu, kesehatannya semakin memburuk setelah gak lg mengkonsumsi antibiotik utk membunuh bakteri yg menyerang tubuhnya. Huhuhu
Jadi kebal bgt dia/
Sedih bacanya.
HapusSemoga teman Kak Melly selalu dalam keadaan yang baik baik saja ya Kak.
Ini juga yang aku cerewet banget soal antibiotik kalo lagi berobat. Pasti kutanyakan detil ke dokter seberapa penting antibiotik.
BalasHapusIya. Soalnya antibiotik memang hanya untuk penyakit yang disebabkan sama bakteri.
HapusTernyata bahaya banget ya Resistensi Antibiotik itu, aku kadang masih suka nggak menghabiskan antibiotik karena merasa udah sembuh. Duh besok-besok harus dihabiskan nih, thanks sharingnya mbak
BalasHapusSama-sama Mba.
HapusSemoga bermanfaat.
Yes. Minum antibiotik sebaiknya nggak sering sering.
BalasHapusMemang agak ngeri kalau dikasih antibiotik. Soalnya harus disiplin banget. Sedangkan kita ini kalau udah merasa sembuh, suka lalai minum obat. Semoga jangan sampai ada kejadian resistensi antibiotik, ya
BalasHapusAamiin.
HapusWah terlalu banyak abai nih selama ini soal antibiotik
BalasHapusSemoga informasi ini bermanfaat ya.
Hapus