Saya percaya, bahwa setiap orang, memiliki alasannya sendiri
tentang traveling, jalan-jalan,
liburan, atau apalah sebutannya. Ada yang memang mencari pengalaman, menemukan
cerita baru, atau hanya sekadar refreshing
dari rutinitas sekalian berfoto untuk dipamerkan di akun media sosial yang
dipunya. Yap … semua nggak selalu sama soal selera.
Maka, sebab sedang nggak bisa kemana-mana juga, saya
mengalihkan diri saya yang sudah kangen jalan-jalan dengan membuka galeri foto
lama, menonton, sampai menghabiskan buku bacaan yang seringnya saya semangat
beli doang, tapi nggak selalu lekas ditamatkan.
Kali ini, cara saya beralih dari rasa rindu akan perjalanan seru
menuju tempat tertentu adalah dengan membaca buku perjalanan. Karya dari Windy Ariestanty dengan judul Life
Traveler (Suatu Ketika Di Suatu Perjalanan) saya pilih untuk menemani saya
menjelajah Indochina melalui imajinasi dan foto-fotonya.
Sebelum saya berkisah panjang mengenai buku Life Traveler ini, nggak afdol rasanya
kalau saya belum mengenalkan bukunya secara lebih dekat kepada kamu dong ya.
Biar sefrekuensi dululah kita.
Informasi Buku Life Traveler
Judul : Life
Traveler (Suatu Ketika Di Sebuah Perjalanan)
Penulis : Windy
Ariestanty
Penerbit : Gagas
Media
Cetakan : Kelima
2014
Tebal : 411
halaman
ISBN : 979 –
780 – 465 – 8
Blurb Buku Life Traveler
“Where are you going
to go?”, tanyanya sambil meletakkan secangkir teh hangat di meja saya.
“Going home.” Saya
menjawab singkat sambil mengamati landasan pacu yang tampak jelas dari balik
dinding-dinding kaca restoran ini.
“Going home?”, ia
berkerut. “You do not look like someone who will be going home.”
Kalimat inilah yang membuat saya mengalihkan perhatian dari
bulir-bulir hujan yang menggurat kaca. “Sorry,
what do you mean?”
(Suatu Malam di Ohare)
Kadang kita menemukan rumah justru di tempat yang jauh dari
rumah itu sendiri. Menemukan teman, sahabat, saudara. Mungkin juga cinta.
Mereka-mereka yang memberikan rumah itu untuk kita, apa pun bentuknya.
Tapi yang paling menyenangkan dalam sebuah perjalanan adalah
menemukan diri kita sendiri : sebuah rumah yang sesungguhnya. Yang membuat kita
tak akan merasa asing, meski berada di tempat yang asing sekalipun … because travelers never think that they are
foreigner.
Pengalaman Membaca Life Traveler
Awal ketertarikan saya pada buku ini, mungkin kamu bisa
langsung menebaknya. Ya, kalau tebakanmu bahwa saya mengambilnya dari rak
karena penulisnya adalah Windy Ariestanty, maka … seratus … kamu tepat sekali.
Saya mengenal nama Windy Ariestanty, berawal dari rasa
penasaran saya pada sesiapa saja yang berada di balik kekecean penerbit Gagas
Media, dulu sekali. Lalu semakin saya tumbuh besar, saya mengenal Mba Windy ini
dari beberapa kisah perjalanan yang ditulis pada blognya, juga dari beberapa
blogger lain yang mengagumi beliau. Termasuk event akbar, Patjar Merah.
Belum lagi beberapa referensi yang saya baca mengenai Windy
Ariestanty yang senang sekali melakukan perjalanan ke tempat yang nggak umum
dikunjungi wisatawan Indonesia. Kalau boleh, bisakah kita memakai istilah hidden paradise dari destinasi semacam
ini? Nah, bagaimana Ka Acha nggak semakin tergoda untuk membaca kisah
perjalanan yang disajikan dalam buku Life Traveler, coba?
Beberapa pun merekomendasikan saya untuk membaca habis buku
Life Traveler ini di kala sedang merasa entah sekali, antara mau liburan tapi
sedang nggak ingin juga liburan. Benar saja, saya sering menemukan makna yang
punya benang merah menuju satu kata dalam setiap tulisan pada buku ini, tentang
“pulang” di setiap kisah perjalanan yang disajikan Life Traveler.
|
bagaimanalah saya nggak tergoda untuk ikut jalan-jalan? |
Makna bahwa sebenarnya pulang bukan selalu kembali ke tempat
semula kita berangkat. Tempat dimana kita beberapa hari sebelumnya dibuat sibuk
setengah hidup untuk memilah dan memilih barang yang perlu dibawa. Sebuah
ritual sulit bagi traveler pemula nan banyak takutnya macam saya.
Awalnya, saya kira, Windy Ariestanty akan membawa saya
berkeliling Indochina. Mengunjungi Viet Nam mulai dari Ha Noi, Hue City, sampai
ke Siem Reap di Kamboja. Nggak terduga, saya malah dibawa ikut keliling dunia.
Menikmati setiap rasa yang sampai ke hati Windy Ariestanty saat menuju suatu
destinasi.
Bayangkan. Pembaca kepo macam saya, diajaknya berkunjung ke
Ha Noi Old City dengan bangunan-bangunannya yang kebanyakan berwarna Kuning
Mangga. Hingga ke kedai kopi tradisional bernama Toi-Toi di desa pinggiran dari
Republik Ceko yang ternyata tempatnya belum tentu ada di dalam peta perjalanan.
Ngocolnya lagi. Eh ternyata, Toi-Toi ini bukanlah nama si
kedai kopi, melainkan toilet umum yang ada di sebelahnya. Iya, di Republik Ceko
sana, toilet itu disebut dengan kata Toi-Toi. Lha terus nama kedai kopinya apa
dong, Ka Acha?
Belum lagi kisah perjalanan menuju dan sepanjang menikmati
Frankfrut Book Fair. Para pecinta buku mana yang belum kenalan dengan bazaar
buku yang sudah lama dikenal ini?
Di sana, Windy Ariestanty mengenalkan saya pada sedikit
banyak, bagaimana caranya editor bekerja untuk menemukan naskah menarik yang
bisa dialihbahasakan untuk pembaca di tanah air kita tercinta ini. Juga
bagaimana suasana menyenangkan yang ada di sana.
Gaya bertutur Windy Ariestanty yang memang juga merupakan
seorang editor, sungguh mampu membuai, mengajak imajinasi saya seolah
mengekorinya kemana-mana. Mengunjungi setiap tempat yang telah ia kisahkan
dalam Life Traveler. Lagi dan lagi, saya jadi paham, mengapa cukup banyak teman
yang merekomendasikan saya untuk membacanya sampai habis di saat haus
jalan-jalan, tapi sedang nggak bisa benar-benar mewujudkan niat jalan-jalan
itu.
|
terima kasih sudah mengajak saya ke Eropa |
Sayangnya, saya hanya bisa menikmati sedikit gambar berwarna
di buku ini. Beberapa di antaranya ber-tone hitam dan putih. Beberapa lagi
hanya digambarkan dengan ilustrasi. Namun mungkin bentukan layout seperti ini
yang memang pas untuk buku bertema perjalanan ya. Agar pembacanya, bukan hanya
menikmati, namun tergerak juga untuk mengunjungi tempat-tempat yang telah
dikisahkan sebagai rekomendasi.
Pun rasanya jika kamu membaca buku ini, sebaiknya dalam
keadaan yang tenang. Bacalah dengan pelan, dan nikmati setiap katanya. Sebab
perpindahan Windy yang smooth dari
satu destinasi ke destinasi lainnya, dari bab yang awal dengan bab selanjutnya,
saling kait mengait. Kamu akan kebingungan sendiri jika kamu membaca
melompat-lompat.
|
walaupun gambarnya hitam putih ,,, tapi ada tips traveling-nya lho |
Ah ya, kelebihan lain dari buku Life Traveler ini adalah
adanya cukup banyak tips traveling di
beberapa tempat yang benar saja, bisa kamu praktikkan langsung jika memiliki
kesempatan untuk mengunjungi tempat yang pernah dijelajahi oleh Windy
Ariestanty. Semisal saat di Viet Nam, lebih nyaman bertanya dengan bahasa
inggris pada orang berpakaian hitam putih yang merupakan tanda kalau ia seorang
mahasiswa.
Saya pada akhirnya setuju, bahwa sebuah perjalanan baik
jauh, dekat, lama, maupun singkat, perlu dinikmati. Dirasakan dengan hati.
Sebab selalu saja ada makna yang tersembunyi dari berbagai pengalaman termasuk
cerita yang didengarkan dari orang-orang yang kita temui, sepanjang di
perjalanan.
Semua elemen tadi mengajak pembaca yang tentunya juga punya
hobi jalan-jalan, untuk “pulang”. Menemukan rumah yang sebenar-benarnya, dimana
“rumah” tempat untuk pulang tadi, bukan secara harfiah. Rumah itu berada di
mana saja, di setiap tempat seorang pejalan merasa aman dan nyaman.
Wow jadi dapet perspective baru soal rumah yah mba, jujur saya juga pengen liburan dan keliling dunia tapi untuk saat ini ada prioritas yang lebih penting. Untungnya masih ada buku yang menurut saya juga bagian dari jendela dunia yang tidak membuat orang mengeluarkan bunga-bunga dengki hihi.. Selama masih bisa membaca ya kenapa tidak kita berimajinasi dan yakin suatu saat nanti bisa ke tempat impian kita ��
BalasHapusIyap Mba. Bagi saya, kalau emmang belum bisa sebab kesempatan untuk keliling dunia belum ada, kenapa nggak saya cari pengalaman itu dari membaca buku bertema perjalanan dulu.
HapusNah saat pandemi, saat kita tidak bisa jalan kemanapun sekiranya memang cocok dong baca buku ini ya? Kita seolah bisa jalan jalan mengikuti Windy dalam kisahnya...
BalasHapusBanget Teh. Apalagi gaya bertutur Mba Windy yang asik banget dan bikin betah membacanya. Mengalir sekali.
HapusMenarik bangett bukunya.. Nah aku pun setuju kalao perjalanan yang bermakna dan berkesan bukan hanya karena jaraknya yang jauh..
BalasHapusBetul. kadang hanya tempat yang dekat dari rumah saja, sudah bisa ngasih pengalaman, sebenarnya.
Hapusboleh juga nih ada buku yang memberikan destinasi menarik yang harus di kunjungi, apalagi di saat covid 19 gini kita tidak bisa kemana mana. buku ini bisa mengajak kita berkeliling
BalasHapusIya. Jadi walaupun menghabiskan lebih banyak waktu di rumah saja, kita tetap bisa traveling melallui imajinasi.
HapusBuku Life traveller ini menarik banget yah mba. Emang yah kalo udah travelling tuh, ya kudu dibawa happy dan ninggalin yang bikin penat, jadi kudu feelins like home gitu di setiap destinasi ;)
BalasHapusBeing local sih tepatnya ya.
HapusItulah fungsinya traveling. Bukan bikin penat, tapi menemukan sesuatu untuk mengatasi penat.
Buku yang cocok buat para pecinta travelling ya. Eh, yang rumahan kaya saya juga pastinya jadi ikutan tertarik ingin nyoba travelling. Walau sudah berumah tangga, siapa tahu kan ya? Bareng-bareng suami dan anak pasti lebih asik.
BalasHapusSaya juga anak rumahan kok Mba. sama kok kita.
HapusNah, bisa jadi penyemangat untuk sebentar saja keluar dari zona nyaman nih, buku ini.
Wah, baca buku ini dibawa keliling dunia rasanya ya? Mau juga dong, siapa tau kesampaian berkunjung be berbagai negara di belahan dunia.
BalasHapusAamiin.
HapusMungkin Mba Nurul juga mau coba rasanya keliling dunia dengan imajinasi?
Ahh Windy Ariestanty. Sejak SMA aku suka baca novel-novelnya. Tapi ngga pernah kepikiran sosmednya. Elaah setahun terakhir nemu sosmednya tapi aku udah jarang baca bukunya somehow hehe mungkin karena aliran bacaku skrg lebuh ke nonfuksi tapi skrg aku lagi ahak boring dg nonfiksi haha. Bisa jadi rekomendasi bacaanku selanjutnya nih
BalasHapusAku pun baru belakangan ini nemu blognya. Parah banget kan ya aku Mba, Hihihi.
HapusTermasuk wow, ternyata kesuksesan novel Dee berjudul Aroma Karsa juga berkat Mba Windy ariestanty sebagai editornya lho.
lagi masa isolasi ini emang pas banget ya buat baca buku. kalo bacanya buku tentang traveling jadi berasa ikut jalan2 juga... seru!
BalasHapusSeru banget Teh.
HapusDi saat bosan nonton, ya baca bisa jadi pilihan.
Mungkin, lantaran buku ini jarang berwarna, maka Acha lupa menyelipkan foto-foto halaman bukunya di dalam blogpost ini :)
BalasHapusTerima kasih banyak sudah mengingatkan Mba Vicky.
HapusAcha jadi meng-update kembali tulisan ini dan melengkapinya dengan gambar.
Ketika saya membaca nama Windy Ariesta langsung teringat kalau dia juga suka beri beberapa pelatihan menulis. Saya pun follow akun twitternya. Jadi pengen juga baca buku ini
BalasHapusDuh Teh, kapan ya saya bisa ikut pelatihan menulis dari Mba Windy ini? Mau banget.
HapusIsh.. suka banget sama kata-kata ini "yang paling menyenangkan dalam sebuah perjalanan adalah menemukan diri kita sendiri". Jadi pengen baca juga hikzz
BalasHapusBangeeettt Noel. Makanya kujadikan quote favorit.
HapusTaman rahasia cha seperti cerita cha eaaaa
BalasHapusMb windy aku kenal. Tapi salut dirimu ya mba membaca buku dengan baik sampai saat ini. Aku dah jarang bangett
Kesibukan kadang bikin kita nggak sempat baca buku dengan tenang memang ya Mba. Tapi semoga di saat senggang, disempatkan kembali.
HapusBuku2 Traveler seperti ini yang dari awal saya baca (Sekitar usia SMP) saya langsung definisikan sebagai "Jendela Dunia", setiap cerita seakan membawa saya ke Tempat baru dan seolah saya bisa menikmati setiap petualangan, setiap rasa, setiap pertemuan, dll. Dan memang benar, kadang kita dapat lebih mengenali diri kita sendiri justru saat sedang di Tempat yg jauh dari rumah.
BalasHapusSetuju banget Mba, Memang salah satu cara berkeliling dunia, selain beneran geret koper atau angkat ransel dan merasakan langsung sensasi perjalannnya .... adalah dengan menikmati perjalanan orang lain dalam sebuah buku perjalanan.
Hapushobi jalan-jalan tetap yang dikangenin adalah rumah ya ka... duh lihat ulasan ini, aku jadi kangen jalan2 ke luar kota :(
BalasHapussabar ya Mba. Akan ada waktunya kita bisa bebas jalan jalan lagi dengan tenang. Aamiin.
HapusSelalu suka deh baca review buku begini. Suka pengen baca juga apalagi ini tentang sebuah perjalanan ya mba.
BalasHapusTerima kasih sudah mampir ke mari ya Teh Lis.
HapusAku mau baca bukunya. Menyenangkan sekali baca buku travelling sambil memaknai bahwa perjalanan adalah cara kita untuk merindukan kata pulang.
BalasHapusSilakan dicari Mba. Judul bukunya Life Traveler, karya Windy Ariestanty terbitannya Gagas Media.
HapusLife traveler ini bagus banget sih, salah satu penulis favotitku juga, Mbak Windy Ariestanty. Kalau cerita rasanya mengalir gitu, jadi betah baca tulisannya :D
BalasHapusBanget. Nyaman banget dibaca dari awal sampai akhir. Suak banget saya sama gaya penceritaannya.
HapusAku suk abanget sama buku-buu yang settingnya perjalanan jadi serasa ikut dalam perjalanan tersebut baik dalam maupun luar negeri. DI bukunya indy Ariestanty ini seru ya bisa menikmati berbagai destinasi di belahan dunia lain
BalasHapusSeru banget. Apalagi memang Mba Windy ini kan editor Gagas Media, pun yang membantu lahirnya buku Aroma Karsa milik Dewi Dee Lestari, jadi memang enak sekali sepanjang dibacanya.
HapusWah bisa jadi rekomendasi baru nih buat ngisi WFH. hehe
BalasHapusAku juga suka baca buku yang gendrenya Traveling kak. TFS yaah kak
Yes, semoga Bang Ipul juga bisa baca buku ini ya.
HapusIlustrasi di bukunya keren banget ya, Cha. Windy sendiri juga keren sih nulisnya.
BalasHapusIya nih Teh Eno, enak. Sayang ada beberapa yang hitam putih, sementara Acha senang yang berwarna.
HapusAku juga suka banget dengan tulisan-tulisan Windy. Kayaknya koleksi kosa kata di otaknya itu nggak ada habisnya. Tulisannya mengalir dan enak dibaca.
BalasHapusBangeeeettt Mba. Kadang setelah baca buku Mba Windy ini, saya sendiri langsung tergoda untuk nulis juga walau dengan bahasan yang nggak sama tentunya.
HapusAku belum pernah baca bukunya Windy, Cha. Duh, aku ketinggalan banget yak huhu. Padahal dulu pas sebelahan sama Eva dia punya beberapa bukunya hihi
BalasHapusWaduw, pinjem aja atuh teh. Hihihi ....
Hapuswah aq blm pernah baca buka tentang life travelling, aq jadi tertarik nih utk bacanya, thx yaa infonya
BalasHapusTerima kasih kembali karena sudah mampir kemari.
Hapusmelihat dari alur plot ceritanya memng sangat bagus buku ini dan menarik banget karena memiliki banyak unsur nuansa daerah dan kampung
BalasHapusUmm, nggak kampung kok nuansanya. Lebih kepada destinasi destinasi wisata yang unik alias nggak selalu terjelajah oleh wisatawan asing yang mampir ke suatu tempat di Indochina dan Eropa. Unik sudut pandangnya.
HapusMelalui buku dari kisah yang dituliskan awalnya oleh Windy Ariestanty, pembaca review tulisan ini juga dibuat penasaran oleh buku Life Traveler dan ingin merasakan dan menemukan makna pulang jg dalam sebuah perjalanan.
BalasHapusSilakan dicari ya bukunya Mba, Mana tau Mba juga mau baca bukunya seperti saya.
HapusSaya juga suka benget membaca buku maupun artikel yang membahas travelling. Selain bikin pengetahuan bertambah, saya juga jadi bisa membayangkan keindahan suatu tempat yang telah diceritakan di buku/artikel tersebut. Sykuru-syukur, ada rezeki bisa ke tempat yang diceritakan tersebut.
BalasHapusAamiin. Iya, harapan yang sama dengan saya. Semoga dengan membaca buku traveling seperti ini, kelak saya pun bisa ke sana.
HapusAku suka bgt baca buku buku travelling,,
BalasHapusRasanya saat membaca ikut jalan jalan juga
Iya banget. Pas jadi hiburan untuk saat ini dimana mau jalan jalan masih banyak was wasnya ya.
HapusAku suka tulisan Wind tentang cerita perjalanan saat traveling keluar negeri. Lupa ada di buku apa. Sepertinya buku antologi traveling dengan para penulis lainnya.
BalasHapusWah, saya belum baca nih buku antologi perjalanan beliau. Semoga kelak bisa ketemu bukunya dan bisa baca juga.
HapusJadi penasaran aku sama bukunya. Pengen bisa merasakan makna pulang yang lain dari buku seperti yang mbanya ceritakan. Apalagi penulisnya senang berwisata ke destinasi yang enggak umum dikunjungi wisatawan. Kedai kopi yang malah ditulisnya nama toilet sebelahnya yang Toi Toi itu unik deh. Mana belum ada di peta perjalanan pula :)
BalasHapusNaaahhh itu. Seru banget baca buku ini Mba. Semoga kapan kapan Mba bisa baca buku Life Traveler karya Windy Ariestanty ini ya.
Hapuswah, menarik sekali ya. mba windy emang kalau kulihat dari postingannya enak sekali untuk dibaca
BalasHapusTerima kasih Mba. Semoga kelak bisa baca buku yang sama dengan saya ya.
HapusSy jarang baca novel kak, kebanyakan anime gitu lebih animator..
BalasHapusTapi ada sedikit penasaran sih baca buku bergenre romance atau lainnya..
Ini buku nonfiksi kok. buku perjalanan.
HapusWah anime, saya juga suka sekali nonton anime.
Mohon lain kali bila mampir kemari, silakan dibaca dengan teliti dahulu ya kontennya Mas Eko.
Punya juga buku ini dan emang seru bacanya. Mana lagi tulisan Mbak Windy enak banget dan runut gitu. Banyak tipsnya juga untuk yang senang traveling
BalasHapusIya banget Kak Mon. Nyaman banget bacanya.
HapusDulu pernah baca buku ini tapi kemudian lupa isinya .Terima kasih telah mengingatkan kembali .Kak Windy memang asik tulisannya buat pembaca betah sampai akhir.
BalasHapusSama sama Mba. Hihihi, saya telat sebenarnya menemukan buku ini.
Hapuscocok bangt buku ini utk referensi traveling. Udah lama gak baca ttg traveling ginian, jadi kangen pengen ngetrip kemana gitu, tapi masih belum ada bayangan krn pandemi. Oh ya, klo beli bukunya lewat gramedia apakah tersedia mb?
BalasHapusRasanya lewat Gramedia online, ada namun cetakan selanjutnya. Tapi karena buku ini terbitan Gagas Media, jadi beli langsung lewat penerbitnya lebih menyenangkan.
HapusAKu suka baca buku, tapi ngga bisa bikin resensi keren macam kamu mbak hahaha. Baru baca resensinya aja udah kepingin baca satu buku
BalasHapusTerima kasih banyak Mba Irena.
HapusBaca ini tuh rasanya pengen deh jalan-jalan lagi walau nggak ke tempat yg jauh rasanya di masa covid gini susah banget ya mbak.
BalasHapusSemoga dengan membaca buku tema traveling begini, jadi penghibur hati ya Mba Veny.
HapusTerima kasih banyak bang Ale.
BalasHapusPenasaran banget ini sama bukunya...
BalasHapusBtw thanks banget udah ngulas tentang buku tersebut...
sama sama. Terima kasih banyak sudah mampir ke tulisan saya.
Hapus