pada tanggal
Baca
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Bagaimana ya rasanya, kalau ikutan tur virtual ke lokasi peristiwa kemerdekaan? Keliling Jakarta untuk mengenang detik-detik proklamasi? Apa saja cerita yang kemudian bisa saya “bawa pulang” setelah ikut menjelajah tempat-tempat bersejarah di Ibukota?
Pertanyaan yang juga muncul dalam benak saya ketika menemukan
e-flyer ajakan tur virtual ke lokasi peristiwa kemerdekaan yang diselenggarakan
oleh Komunitas ISB, bekerjasama dengan Kinokuniya Indonesia dan Wisata Kreatif
Jakarta.
Saya sebelumnya nggak berekspektasi banyak, sebab namanya
juga tur virtual, tentunya secara fisik, saya hanya akan duduk manis di depan
laptop. Berdandan alakadarnya sebab memang saya hanya akan diajak berkeliling
secara maya. Pun urusan berfoto, hanya wajah hingga pundak saya yang akan
nampak. Akhirnya, persiapan saya pun nggak banyak.
Namun ternyata, di beberapa menit pertama ketika tur virtual ke lokasi peristiwa kemerdekaan yang dipandu oleh Ira Latief ini dimulai, saya nggak bisa duduk dengan santai. Rasa penasaran saya membuncah-buncah luar biasa. Saya terhenyak, ternyata setelah hampir 20 tahun tinggal dan besar di Bogor, Ibukota belum pernah benar-benar saya eksplor. Duh, Bogor saja belum kelar. Huhu ….
Jadi, saya berkunjung ke mana saja sih di tur virtual ke lokasi kemerdekaan Indonesia kali ini?
image via : museumsumpahpemuda.kemendikbud.go.id |
Berawal dari persinggahan pertama di Jalan Kramat Raya,
peserta virtual tur dibawa memasuki pelataran Museum Sumpah Pemuda. Sebuah bangunan
bercat putih gading, bernomor 106, menunggu saya turut menyambanginya. Saya
menarik napas dalam, bersiap menikmati penjelajahan sejarah kemerdekaan.
Mba Ira Latief mulai membawa saya pada haru biru kisah hidup Wage Rudolf Supratman, sang pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya. Lagu yang beliau ciptakan dengan perenungan dan shalat malam nan panjang. Lagu yang kemudian, di masa kini, sering diperdengarkan setiap kali apel bendera.
Saya terbawa arus kisah seorang pemuda bernama Wage
Supratman yang dikemudian hari mendapatkan nama tengah Rudolf, dari kakak iparnya
yang kemudian memperkenalkan pula beliau pada biola. Salah satu alat musik yang
kemudian menjadi jalan perjuangan beliau.
Sosok WR Supratman lebih jauh dikenalkan dalam film berjudul
WAGE. Film biopik yang katanya sepi penonton, namun seusai tur virtual ke lokasi
peristiwa kemerdekaan ini, malah ingin sekali bisa saya tonton. Sayangnya
belumlah jua dapat saya temukan di jagad maya keberadaannya.
Dikisahkan, Wage, pemuda yang tinggal di Makassar dan tergabung
dalam sebuah grup band yang seringnya manggung di café dan hidup
berkecukupan, memilih berpindah ke Bandung untuk hidup sebagai wartawan.
Perkelanaannya membawanya bertemu sosok Sosro Kartono, kakak
dari Raden Ajeng Kartini. Sosok yang mendukung penuh Wage untuk keluar dari
zona nyamannya, lalu berpindah ke Batavia. Hingga pada suatu ketika, Wage
Rudofl Supratman, muncul sebagai pemain biola yang memperdengarkan lagu
Indonesia Raya, di gedung yang kini menjadi Museum Sumpah Pemuda.
Saya memejamkan mata saat alunan lembut biola WR Supratman dalam scene film Wage, memainkan lagu Indonesia Raya. Ada rasa haru yang menyeruak, bersamaan dengan semangat nasionalisme yang turut meletup-letup. Ah, sungguh, kemerdekaan bangsa mungkin dulu merupakan perjalanan panjang, dan kini, saya yang milenial ini, bisa menikmati jerih lelah para pendahulu.
Semoga WR Supratman diterima segala amal ibadah dan
perjuangannya. Betapa seseorang yang kemudian dipanggil Sang Maha Pencipta, 7
tahun sebelum Indonesia merdeka, pada 17 Agustus 1938, selalu dikenang melalui
lagu-lagu kebangsaan ciptaannya. Seseorang yang berjuang dengan musik yang ia cintai
sejak pertama mengenal biola.
image via : travel.kompas.com |
Saya nggak percaya, ternyata saya bisa mampir walau hanya secara
maya saja ke Gedung Pancasila, tempat lahirnya dasar negara kita. Bangunan yang
dulunya merupakan Gedung Vokstraad alias Dewan Rakyat, tempat satu-satunya
pribumi, putera Betawi bernama Muhammad Husni Thamrin pernah berkantor. Sang pejuang
tanah air yang kelak namanya diabadikan sebagai nama jalan, MH Thamrin.
Baca juga : Silent Delegates
is Me in Indonesian Model United Nation 2011
Sebuah gedung berpilar besar dan bercat putih, tempat dimana kini para calon diplomat Indonesia sering beraktivitas. Hhh … gemuruh bermain-main di hati saya. Bagaimana ya rasanya menjadi seorang staf diplomatik?
Gedung Pancasila ini, sebab merupakan kantor, bagan dari
Kementerian Luar Negeri, nggak dibuka untuk umum, kecuali di Hari Pancasila.
Rasanya ada keistimewaan tersendiri bagi sesiapa saja yang bukan merupakan staf
diplomatik Indonesia, jika berkesempatan memasuki gedung nan bersejarah ini ya.
Di gedung inilah, pada 1 Juni 1945, Bung Karno mengucapkan
pidato “Lahirnya Pancasila” dihadapan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang kemudian menjadi dasar negara. Pun pidatonya
dimunculkan dalam sebuah film berjudul Pantja-Sila Cita-Cita dan Realita. Nah,
saya juga hanya menonton cuplikannya saja nih, dari yang Mba Ira tampilkan.
image via : travel.kompas.com |
Cerita seru dari Mba Ira Latief membawa imajinasi saya pada suatu malam, di sebuah rumah mewah dengan tirai-tirai berwarna biru gelap. Cat kuning cerah pada kusennya, berpadu dengan ornamen di bagian pegangan tangga yang makin memperlihatkan, betapa artistiknya Rumah Laksamana Maeda ini. Ditambah sebuah grand piano, tempat Bung Karno menandatangani naskah proklamasi hasil ketikan Sayuti Melik.
Di rumah mewah pada masanya inilah, Mba Ira Latief membawa
ingatan saya pada seorang tokoh nasionalis yang menjadi Menteri Luar Negeri pertama
Indonesia, sang diplomat Achmad Soebardjo. Seseorang yang nggak sering diingat
namanya, namun berpengaruh besar dalam peristiwa proklamasi. Beliaulah penjamin
Bung Karno dan Bung Hatta dalam peristiwa Rengasdengklok.
image via : mediaindonesia.com |
Perjalanan sepanjang dua jam, sudah memancing saya untuk berdoa lebih kencang lagi, berharap pandemi ini lekas berakhir agar berbagai museum dan bangunan bersejarah lainnya di Ibukota kelak bisa jua saya sambangi secara nyata. Ya … masa perjalanan saya hanya berakhir di sekitaran Kota Tua Jakarta. Payah ya.
Baca juga : The Colour of
Fine Art and Ceramic Museum Kota Tua Jakarta
Tanpa terasa, Museum Joang 45 di kawasan Cikini menjadi perhentian
terakhir dalam tur virtual ke lokasi peristiwa kemerdekaan kali ini. Kunjungan
yang membawa saya lebih bisa membayangkan, bagaimana Bung Karno menjalani masa
masa perjuangan demi kemerdekaan Indonesia kala itu. Hingga saya diajak
berkenalan dengan beberapa mobil mewah presiden pertama Indonesia, di sini.
Nggak terbayang, bagaimana pawai kemerdekaan yang Mba Ira
Latief kisahkan sepanjang tur, menjadikan Museum Joang 45 ini sebagai titik
pemberhentian terakhir. Pasti meriah sekali. Apalagi akan nampak banyak peserta
pawai yang bergaya ala ala pahlawan kemerdekaan.
Dan … Mba Ira juga mengajak saya dan teman-teman mampir sejenak ke Es Krim Baltic, Hotel Cikini tempat Es Krim Tjan Njan kesukaan Bung Karno berada, masuk sebentar ke rumah Achmad Soebardjo yang masih dihuni keluarganya hingga kini, rumah Bung Hatta, Gereja imanuel, sampai ke kawasan Kwitang yang hits karena film AADC pertama. Eh, sempat lewat di depan Megaria juga lho.
Baca juga : Film Ada Apa Dengan Cinta 2 : Kisah Cinta yang Klasik
peserta tur virtual berfoto bersama |
Saya benar-benar ketagihan dengan tur virtual ke lokasi
peristiwa kemerdekaan kali ini. Perjalanan yang walau hanya dinikmati secara
virtual sepanjang dua jam, tetapi sudah membuat saya ingin mencari tahu lebih
banyak lagi mengenai Indonesia. Sekaligus menyesal, padahal Jakarta cukup
dekat, tetap belum benar-benar saya jelajahi lebih lekat.
Senang ya bisa jalan jalan virtual. Nambah ilmu dan wawasan. Raga kita bisa terkurung PSBB tapi otak dan pikiran tetap mengembara kemana saja ya
BalasHapusHuwaaa Teteh, Acha suka sekali kata-katanya. Iya banget Teh, walau kta terkurung di rumah saja, tapi dengan tur virtual begini, sudah bisa menambah wawasan soal tempat tempat yang ingin dijelajahi.
Hapuswuih berasa jalan-jalan yah, aku belom pernah ikut tur virtual..next klo ad agenda seperti ini ku mau daftar juga ah..pen merasakan sensasinya hihi
BalasHapusCuuusss Kak Gina.
HapusMain main ke akun instagramnya Wisata Kreatif Jakarta deh Kak. Ada banyak infonya di sana.
Kreatif banget ya bisa jalan-jalan secara virtual. Jadi penasaran sama gedung Pancasila karena susah masuknya🤣
BalasHapusHuum sama banget. Saya masuknya virtual sih ya. Pengen juga kapan kapan bisa benar benar masuk secara fisik, entah untuk liputan atau perawayaanlah ya. Aamiin.
HapusSolusi keren untuk hilangin suntuk, sekaligus sarana belajar menyenangkan di masa PSBB begini ya kak 🙂.
BalasHapusIya banget Mba. Mungkin bisa dicobakan ke anak anak juga, biar nggak lelah belajar terus di rumah. Belajar sambil jalan jalan sepertinya menyenangkan.
HapusBelajar sejarah paling seru adalah lewat virtual, meski tidak langsung ke lokasi kita akan diinformasikan lewat pemandu yang asyik tentunya, sehingga belajar secara virtual di saat pandemi seperti sekarang ini menjadi sebuah pilihan yang sangat penting. Untuk lokasi Museum Sumpah Pemuda berada di Jalan Kramat Raya, bukan di Jalan Kramat Jati.
BalasHapusAh iya, terima kasih banyak sudah mengoreksi ya Mas Ilman. Senang sekali dapat koreksian begini.
HapusIya nih. Kadang kalau cuma dari buku bacaan saja, belum bisa benar benar terserap.
solusi untuk bisa jalan jalan dengan cara virtual dan sama menariknya ya kak. jadi pengen ikutan next time
BalasHapusCusss Bang Don, kali aja bisa jadi bahan tulisan juga karena sedang nggak bisa jalan jalan secara langsung nih, saat ini.
Hapusseru yaa kemarin kita tur virtual, akhirnya rasa penasaranku terbayarkan sudah, seru juga mayanlah mengobati kerinduan travelling
BalasHapusHaiiii Kak Shinta, terima kasih sudah mampir ke tulisanku ini ya Kak.
HapusIya, seru banget. Bikin terpana beberapa kali dan jleb .... ya ampun, Jakarta sedekat ini tapi belum pernah benar benar terjelajahi. Eh, Bogor juga sih, hehehe ....
Ya Allah Mbak... baca ini, jadi bahagia sekaligus nelangsa. Merasa tidak beruntung karena baru tahu. Huhuhu
BalasHapusSemoga next virtual tour saya tahu dan bisa ikut. Aamiin
Aamiin. Semoga Mba Susi juga bisa merasakan pengalaman yang sama ya. Mungkin bisa coba berkunjung ke akun IG nya Wisata Kreatif Jakarta. Banyak jadwal tur virtual menarik di sana.
HapusWah asik banget ya bisa jalan-jalan virtual begini. Tetap bisa dapat banyak pengetahuan secara praktis tanpa harus pergi jauh2.
BalasHapusIya Mba. Badan sih diam di rumah, tapi segala imajinasi dan wawasan baru, mondar mandir di pikiran. Sekaligus bikin hati senang. Lumayanlah jadi penghiburan karena belum benar benar aman untuk jalan jalan jauh.
HapusWah aku jadi penasaran nih kak pengen ikut tur virtual belum pernah
BalasHapusCusss Mba. Bisa daftar di akun IG @wisatakreatifjakarta lho kalau mau ikutan tur virtual juga.
Hapuswah memang kalau lihat museum itu kita seperti banyak belajar hal baru
BalasHapusIya banget Mba. Banyak yang sebenarnya sudah dipelajari tapi ternyata belum benar benar mendalam.
HapusInsya Allah amal para pahlawan kita menjadi amal jariyah yang tak putus, Aamiin ya Rabb karena terus kita lanjutkan perjuangannya dengan mengisi kemerdekaan melalui hal yang positif
BalasHapusAamiin ya rabbal alamin.
HapusTerima kasih banyak sudah mampir ke mari ya, Mba Fenni.
Asyik juga ya menikmati hari kemerdekaan dengan tur virtual. Kalau acara ini di share meluas, bakal banyak yang berminat dan sayang kalau dilewatkan.
BalasHapusSepertinya demikian Mba. Ide acaranya seru banget soalnya.
HapusChaaaa....kabari aku dong kalo ada tur virtual ke lokasi bersejarah gini. Aku minat banget. Tur virtual lebih "aman"buatku juga kayaknya. Tau sendirilah, hubunganku dengan museum itu kayak gimana :D Aku suka jalan-jalan ke museum. Tapi "penghuni" museum juga suka nyapa aku sampai akunya ngibrit >.<
BalasHapusHuwaaa Teteh Eno baru kasih tau Acha. Hmm, bsa banget Teteh ikutan tur virtual nih dari Wisata Kreatif Jakarta kalau Teteh berminat.
HapusDuh iya ya, Acha ngerti banget kalau Teteh suka dicolek. Jangankan di mall, ini di museum mah ya, hihihi.
Hahahah...iya. Nggak di museum, nggak di mall angger weh aya nu nyolek. Yang paling epik itu di sebuah museum di Bandung. Nggak kutulis di blog sih. Tapi jadi salah satu cerita di bukuku "The Shy".
HapusMantap Teteh. Ujung ujungnya dijadikan karya. Acha ngefans ih sama teteh.
HapusAku belum pernah nih ikutan tur Virtual. Apalagi mengunjungi bangunan2 sejarah. Menarik banget. Jadi tambah pengetahuan
BalasHapusSemoga kapan kapan bisa nyobain juga ya Mba. Bisa banget daftar dan cari cari infonya di akun Instagram dari @wisatakreatifjakarta kalau pengen coba merasakan sensasinya tur virtual kok Mba.
HapusSolusi jalan2 di masa pandemi nih, jadi ke pengen ikutan tur virtual.
BalasHapusSilakan Mba, bisa daftar dan cari infomrasinya di akun IG @wisatakreatifjakarta kalau mau coba tur virtual juga.
HapusSenang sekali bisa tur virtual, Alhamdulillah saya pernah mengunjungi tempat-tempat tersebut di atas. Seru memang kalau napak tilas sejarah itu.
BalasHapusWah, Mas Raja keren sekali sudah mengunjungi berbagai museum ini. Hebat.
HapusSeruuu bangeeet ini belajar sejarah secara virtual. Kalau pas hari biasa malah nggak ada ya tour ini, duh kesempatan bagus bgt. Aku nggak tau infonyaa
BalasHapusKurang tau sih Mba Marfa kalau hari biasa. Rasanya tur virtual ini disusun hanya untuk merayakan hari kemerdekaan. Atau, mungkin Mba Marfa bisa cari informasi lebih lanjut di akun IG @wisatakreatifjakarta kali ya.
HapusAku nyeseeel ga ikut virtual trip ini :(. Menarik ihhh. Dan aku jadi tau kalo bapak WR Supratman meninggal sebelum Indonesia merdeka. Keliatannya aku ga nyimak saat pelajaran sejarah tentang beliau -_- .
BalasHapusLaah, aku yg tinggal di JKT malah belum pernah lgs masuk ke museum2 di atas mba. Tau sih tempat2nya, tp cuma lewatin doang. Kecuali eskrim baltic yg prnh aku coba :). Duuuh emang enaaak banget, es krim jadul yg aku msh suka Ampe skr, ya cuma Baltic ini
Nah, kalau nggak ikutan virtual tour gini, aku juga nggak bakalan tersadar kalau ternyata WR Supratman wafat sebelum kemerdekaan lho.
HapusWaaaa apa ya rasanya. Penasaran. Tapi mau kelua keluar eh belum berani.
beberapa museum di Jakarta sudah pernah aku kunjungi, mostly saat SD sih hehehe.. kalo Istana Merdeka biasanya waktu SMP jadi tim paduan suara sampai SMA langganan terus
BalasHapusMasya Allah Mba, hebat sekali. Duh jadi kagum.
HapusAh benar.. kalau sudah nyanyiin Indonesia Raya, ada haru, mengalir dalam hati. Itu saya rasain malam 17 Agustus pas ada acara di Komplek. Sebelum Corona, saya ada niat buat main ke Jakarta karena pengen liat Monas, gak tau lagi dah sekarang hihi.. Semoga cepat ada solusi yang efektif :).
BalasHapusAamiin. Semoga setelah kondisi Jakarta aman, Mba bisa jalan jalan sama keluarga ke Jakarta ya. Saya juga berharap yang sama.
HapusLagi situasi pandemi, tapi masih bisa jalan-jalan yang aman ya Kak. Via virtual wkwk. Ini menarik banget sih, terutama destinasinya tempat-tempat bersejarah dengan peristiwa kemerdekaan.
BalasHapusIya banget Mba Mut. Boleh nih kapan kapan Mba cobain sensasinya tur virtual. Murah meriah sih biasanya biayanya.
HapusMeskipun pandemi seperti ini tetap khidmat ya merayakan tujuh belasan. Kalau tur virtual gini sesuai event atau diadakan secara berkala dengan lokasi berbeda?
BalasHapusSepertinya kemaran Wisata Kreatif Jakarta mengadakan tur ke beberapa lokasi begini, sesuai tema kemerdekaan. Kurang paham saya kalau bisa request.
HapusIngat banget awal Maret sudah berencana mau tur ke museum dan gedung2 bersejarh di Jakarta, sudah dapat hotelnya pun
BalasHapuseh pandemi, ga kesampaian deh.
Mudah-mudahan akan kesampaian di waktu yang tepat ya Kak Pring. Aku pun berharap sama. Sayangnya masing ngeri ngeri cihuy kalau jalan jalan di masa sekarang.
HapusSaya belum pernah ikutan Tur Virtual, Mbak. Tapi sangat penasaran. Makanya kalau ada ingin ikutan.
BalasHapusMembaca tulisan Mbak ini, saya langsung bilang, ya ampun.. ke mana saja saya ini. Jangankan Mbak yang di Bogor, saya yang tinggal di jakarta timur dan selalu lewat jalan Kramat Raya, Proklamasi, Cikini, sampai Raden saleh, belum perna mampir ke gedung-gedung di atas. Dan sekarang saya sudha jauh di Kebumen hehehe.
Tapi walau masa pandemi, Tur Virtual ini sangat keren ya, Mbak. Termasuk untuk anak-anak sekolah.
Tapi Mas Bams sudah mem-branding Kebumen sebagai salah satu destinasi wisata keren untuk dikunjungi selama ini lho. Salut sama Mas Bams. Semangat selalu.
HapusKeren yaaaa memfasilitasi yang tetap ingin wisata dan menambah ilmu melalui tur virtual gini
BalasHapus.. Aku jadi pingin ikut kalau ada tur virtualnlagu
Cusss cari tur virtual yang Mba mau di akun Instagram Wisata Kreatif Jakarta ya.
HapusSaya juga belum menuntaskan perjalanan di Kota Jakarta. Ternyata banyak tempat menarik yang belum saya kunjungi.
BalasHapusSelama ini lebih sering berwisata di Bandung saja
Kalau Bandung, wisata kulinernya sih yang surga banget kayaknya kalau main di daerah kotanya ya Mba.
Hapuswisata virtual wow baru kali ini saya baca haha ternyata bisa mengunjunginya secara online sekaligus tempat peristiwa kemerdekaan Indonesia kerenn abiss
BalasHapusIya. Ini pengalaman yang luar biasa banget. Senang bisa tetap jalan jalan di masa pandemi begini. Tanpa perlu keluar rumah.
HapusBeberapa kali diajakin tur virtual tapi belum pernah pas waktunya. Seru juga ya ternyata.. alternatif buat meredam keinginan buat jalan-jalan.
BalasHapusBanget nih Mba Marita. Asiknya bisa jadi bahan tulisan juga.
HapusAh sayangnya belum rezekiku ikutan ini
BalasHapusSoalnya pas waktu itu laptop ngelag Zoom-nya karena dipakai anak tugas sekolah
Huhuhu semoga bisa ikutan di lain kesempatan ya Mba Amma.
HapusIni mah jalan-jalan virtual plus plus sih. Soalnya bisa dapet banyak insgiht dan pengetahuan soal negeri kita. Jadi inget cerita soal pertama kali lagu Indonesia Raya dikumandangkan, hanya lewat biola. Ternyata selain karena alasan masih ada tentara Jepang, juga karena penciptanya juga seorang pemain biola ya. Jujur aku baru tahu hehe.
BalasHapusSalah satu rejekiku juga ini mah, jadi bisa belajar banyak lagi dari ikut tur virtual begini. Alhamdulillah.
HapusJadi sambil belajar sejarah juga ey :D ini mah kalau turnya offline seru banget ya seprrtinya, namun virtual juga nggak kalah seru kok vibenya :D menyenangkan ey kegiatannya mengisi hari kemerdekaan virtual tour gini
BalasHapusIya banget Mba Marfa. Malah habis tur virtual, aku berdoa kencang, semoga pandemi ini lekas udahan. Pengen ngerasain menjelajah langsung museum museumnya.
Hapus