pada tanggal
Travel
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Obati pikun? Buat apa? Pikun kan memang penyakitnya orang tua yang sudah memasuki usia lansia. Itu hal yang wajar. Pssttt, kamu yakin, masih mau beranggapan seperti ini?
Ehm, ternyata anggapan ini kurang tepat lho. Malah jika didiamkan, bisa menimbulkan masalah kesehatan di kemudian hari. Mari sebut saja dengan Demensia Alzheimer. Nah lho, berat banget kan?
Pada hari Minggu, 20 September 2020 kemarin, saya berkesempatan untuk menjadi peserta dalam webinar yang mengangkat tema Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia. Sebuah festival digital yang bertujuan untuk memberikan edukasi bagi masyarakat awam bahwa pikun bukanlah hal yang wajar dalam proses penuaan.
Apa saja yang saya pelajari sepanjang mengikuti webinar Obati Pikun ini?
Biar kamu sama Ka Acha sefrekuensi, sini sini … Ka Acha
ceritakan apa yang Dokter Rien paparkan tentang perbedaan antara orang yang
pelupa dan orang yang mengalami gangguan pikun alias Demensia.
Dokter Rien – sapaan untuk dr. S.B. Rianawati, SpS (K) –
menyampaikan perbedaan dari kedua hal ini dalam slide presentasinya yang
bertema “Obati Pikun Dengan Mengenal Gejalanya”. Seketika saya jadi tersadar,
bahwa celetukan yang menyamakan makna bagi pikun dan pelupa itu, kurang tepat
selama ini. Pikun dan pelupa sungguhlah sangat berbeda.
Lupa alias orang yang pelupa, seringnya melupakan sesuatu
akibat distraksi yang mengganggu fokus atau konsentrasinya. Biasanya bagi orang
yang melakukan terlalu banyak kegiatan dalam satu waktu, suka mengalami masalah
“lupa” ini. Hayo, kamu yang seringnya sok sokan jago multitasking, suka lupa nggak?
Atau, semisal, di suasana kumpul keluarga besar yang jarang
banget terjadi di dalam hidupmu, tiba-tiba kamu dihadapkan pada orang-orang
berwajah kurang familiar bagimu karena jarang berkomunikasi dengan mereka. Nah,
kalau di saat seperti ini kamu lupa tentang nama atau wajah mereka, ya … wajar.
Ini baru lupa namanya.
Demensia alias pikun ini sungguh sangat berbeda. Semisal,
mungkin kamu bertemu dengan nenek atau kakek yang sebenarnya sering kamu temui,
tapi beliau selalu lupa sama nama atau bahkan sampai nggak mengenali wajahmu.
Janggal, bukan?
Belum lagi, Demensia ini nggak cuma dialami oleh seseorang
yang telah lanjut usia saja. Orang-orang dalam usia muda juga bisa mengalaminya
lho.
Makanya lupa yang seperti itu, nggak boleh dianggap sepele.
Butuh ditangani oleh tenaga kesehatan yang ahli di bidangnya. Sebab Demensia
atau lupa karena kepikunan ini, bukan hanya menimbulkan masalah bagi yang
mengalaminya saja, termasuk juga seluruh keluarga yang mengurus seseorang tadi.
Lebih lengkapnya, silakan kamu
lirik di slide dari Dokter Rien di bawah ini ya.
Kesimpulannya adalah, pelupa itu karena gangguan konsentrasi
sesaat. Sementara pikun itu akibat penyakit Demensia yang mengakibatkan
penurunan daya ingat dan cara berpikir. Pelupa pun ketika mengalami lupa, nggak
terlalu menggangu kehidupan sosial dan aktivitas sehari-hari. Sementara pikun
alias Demensia akan sanggat mengganggu semua aspek kehidupan seseorang yang
mengidapnya.
Seperti yang sempat Ka Acha singgung di atas, kalau Demensia
bukan hanya bisa terjadi pada kaum lanjut usia, namun seseorang yang berada pada
rentang usia 15 sampai 54 tahun pun, punya risiko untuk mengalami kepikunan
ini.
Nah, bagaimana dengan Alzheimer, Ka Acha?
Alzheimer merupakan salah satu bagian dari kelompok
Demensia. Sayangnya, Demensia Alzheimer ini menjadi masalah kesehatan yang masuk
ke dalam urutan nomor 3 dari masalah kesehatan yang rentan terjadi pada lansia.
Dan … Alzheimer bermula dari Demensia yang nggak ditangani dan nggak dideteksi
lebih awal.
Pikun alias Demensia ini sebenarnya bisa terjadi akibat
faktor keturunan, depresi, merokok, kurang olahraga, kekurangan vitamin B12,
termasuk kebiasaan mengonsumsi alkohol. Bukan hanya akibat sudah mencapai usia lansia,
mengalami stroke, hipertensi, atau diabetes mellitus yang nggak terkendali.
Nah, banyak kan penyebabnya.
Kalau gejalanya, juga ada banyak nih. Mari kita checklist,
apa kamu mengalami gejala-gejala dari Demensia berikut ini :
Bagaimana? Apakah kamu merasa sudah mengalaminya? Atau malah
anggota keluarga tersayangmu? Nah, biar yakin, Ka Acha akan berikan kejutan
dalam mendeteksi masalah Demensia biar kamu bisa segera lakukan penanganan
untuk obati pikun sedini mungkin.
Selain menghadirkan Dokter Rien sebagai salah seorang
pembicara, juga adanya Dr. dr. Junita Maja Pertwi, Sp.S(K) yang juga memaparkan
mengenai penanganan Demensia di masa pandemic, ada pula dr. Pukovisa
Prawiroharjo Sp.S(K) yang mengenalkan pada seluruh peserta, bahwa deteksi dini
bisa dilakukan secara mandiri.
Caranya bagaimana? Ada aplikasinya lho ternyata. Aplkasi ini bernama EMS – Sahabat Kesehatan Otak Keluarga yang sudah bisa kamu unduk di Google Play.
akan ada saran seperti ini jika hasil tesmu menunjukkan gejala demensia dini |
Kalau skor tes kamu sepanjang yang kamu lakukan di aplikasi
EMS – Sahabat ini menunjukkan angka di atas 2, kamu akan disarankan untuk
menemui dokter saraf terdekat dari lokasi tempatmu tinggal. Bahkan aplikasi ini
dapat dimanfaatkan oleh seluruh anggota keluargamu juga lho.
Bagaimana, kamu jadi tergerak untuk melakukan deteksi dini
terhadap Demensia dan bersiap untuk obati pikun?
Lakukan juga banyak kebiasaan baik untuk mencegah agar kamu
nggak mengalami kepikunan, semisal : menghindari makan junk food, kurangi mager alias malas gerak, cukupkan pemenuhan
nutrisi seimbang, hindari merokok dan alkohol, kurangi perasaan sedih, cemas,
stres yang kesemuanya bisa memicu depresi, dan berujung pada kepikunan.
Banyak-banyaklah melakukan hal kreatif juga nih untuk
menjaga agar kamu terhindar dari pikun, dengan membaca, beribadah, bernyanyi,
menari, berkomunitas sesuai minatmu, sampai menulis pun bisa membantu mencegah
munculnya pikun.
Baca juga : Kenapa Harus
Menulis? Ini Alasannya.
Ternyata, bukan hanya kamu – juga saya – yang menikmati
dampak dari pandemi ini dan berjuang untuk tetap bisa bertahan sebaik mungkin,
namun para penderita Demensia, malah lebih butuh banyak dukungan lho. Apalagi
Pembatasan Sosial Berskala Besar sungguh
membatasi aktivitas di luar rumah. Nah, PSBB memberi dampak tersendiri bagi
para penderita pikun ini.
Baca juga : Yuk Kenalan
Dengan Rapid Test
Dr. dr. Junita Maja Pertwi, Sp.S(K) memaparkan juga tentang
betapa para lansia yang mengalami Demensia ini, seperti terjebak. Bukan hanya
karena nggak bisa kemana-mana atau bebas ketemu keluarga yang tinggal nggak
serumah, namun lebih dari itu.
Sesungguhnya, orang dengan Demensia ini dipaksa oleh keadaan
dirinya untuk menerima keadaan baru. Orang dengan Demensia Alzheimer akan
berubah menjadi seseorang yang lain, bagi orang-orang terdekatnya. Sehingga
mereka membutuhkan suasana yang menunjang. Orang di sekitarnya lah yang
menyesuaikan dengan keadaan dengan si penderita.
Seringnya, pada akhirnya, orang yang mengalami Demensia
terutama Alzheimer, nggak lagi mudah mengenali orang di sekitarnya. Namun masih
mampu merasakan kebaikan dan ketulusan dengan hati mereka. Tapi ya tetap bikin
sedih banget ya.
Seringnya orang dengan Demensia, bisa menganggap siapa saja
yang menjadi caregiver-nya sebagai
pengganggu. Belum lagi orang dengan pikun ini akan menjadi penakut di malam
hari, sebab sudah sulit membedakan keadaan. Sampai ke tahap, ia nggak lagi
mengenali dirinya sendiri di cermin. Duh, makin sedih.
Ada banyak sekali masalah daya kenal yang pada akhirnya
dialami oleh orang dengan Demensia dan butuh perjuangan bagi para caregiver terutama keluarga, untuk
memahami dan hidup berdampingan dengan penderitanya.
Makanya, sebelum semuanya terlambat, yuk deteksi dini
Demensia dengan aplkasi EMS – Sahabat. Jangan sampai terlambat untuk obati
pikun.
FIX! Aku tim pelupa, haaha..
BalasHapusBerarti istilah pelupa karena faktor U itu cuma mitos ya kak?
Kudu download aplikasinya nih kalo gitu :D
Iya Kak. Semoga sehat sehat selalu ya. Bisa juga lupa karena terlalu multitasking Kak.
HapusOhhh ternyata beda ya.
BalasHapusSering banget nih ngalamin yang namanya lupa. Aku dan suami juga. Bener banget si emang penyebab nya karena terlalu banyak kegiatan dalam satu waktu.
Sekarang serba canggih ya mom. Ada metode yang bisa kita pakai untuk deteksi dini pikun.
Banget. Ada aja cara untuk memudahkan hidup kita, termasuk membantu menjaga kesehatan kita. Banyak bermunculan deteksi dini untuk banyak masalah kesehatan, salah satunya soal pikun ini.
HapusDuh jadi inget papa di rumah, kemaren kaya mengalami gejala pikun. Sudah ga minat ngapain2, kerjaannya cuma tidur, ga jawab kalau ditanya. Coba pake aplikasi ems deh mbak acha, makasih
BalasHapusIyaa nih aku juga. Pasca kena stroke Abah jd suka salah sebut nama benda. Apa itu udah pikun jg ya?
HapusEmang ga bagus yaa multi-tasking itu. Aku mulai merasakan nih kalo lg bnyk yg harus dikerjakan aja ngebayanginny udha pusing dluan. Perlu satu satu dna fokus skrg mh
Sama sama Mba Shafira. Semoga bermanfaat.
HapusIya banget Kak Ghina. Rasanya fokus menyelesaikan pekerjaan satu demi satu lebih bikin bisa maksimal dan tenang.
HapusIbu mertuaku juga sudah mulai seperti ini. Sedihh. Aku bacanya sambil ngebayangin gimana kalau aku yang begitu. Yaa
BalasHapusAllah ga sanggup rasanya
Semoga Ibu Mertua Kak Jihan sehat selalu.
HapusAku pun nggak sanggup membayangkan kondisi begini. Kita lelah, orang di sekitarku apalagi.
makin kesini aku juga makin pelupa, lupa naro barang, lupa mau ngomong apa, untung aja gak lupa suami yang mana, hehehee. auto donwload app ems ini
BalasHapusSama banget mba eka hahaha.
HapusKarena multitalent kali ya jadi suka pelupa gitu.
Gawat Mba Eka kalau sampai lupa suami yang mana hihihi
HapusMungkin karena multitasking kali ya Kak Ghina
HapusPeace.
Smenjak jdi mommy jdi pelupa parah, efek sring multitasking apa ya jdi ga bsa fokus 1 hal..keren nih EMS nya perlu dicoba
BalasHapusBisa jadi karena harus berbagi ke banyak sekali fokus jadinya lupa deh Mba.
HapusWah iya yah antara pelupa dan pikun itu hampir mirip, tapi tetap ada bedanya. Saya baru ngeh pas baca infografisnya, kalo pelupa itu tandanya pas ketemu sama orang yang jarang kita temui kita lupa namanya (nah ini pelupa).
BalasHapusSedangkan, kalo pikun itu malah kebalikannya. Kita sering berjumpa dengannya tapi seiring bertambahnya usia malah lupa. Nice info mbak.
Terima kasih banyak. Semoga tulisan saya ini bermanfaat.
Hapuswah penting banget nih info, sangat detail dan perlu di kabarkan ke mereka yang memiliki gejala awal dan dapat segera di atasi
BalasHapusTerima kasih banyak sudah berkunjung ke blog saya.
Hapusbetul... ada kakekku dulu udah tuwaaaaa banget tapi masih inget semunya dengan detail... ternyata dulu mudanya rajin olahraga dan hidupnya teratur banget. bahkan meninggalnya bukan karena sakit. karena memang sudah tua dan semua oragn tubuhnya kerjanya melemah karena tua
BalasHapusMasya Allah. Memang karena terbiasa menjaga kesehatan dari muda ya Kak. Alhamdulillah.
HapusAlhamdulillah aku masih kategori pelupa, itupun jarang juga terjadi, ntah nanti setelah 20 tahun mendatang, bisa2 bukan jadi pelupa lagi, tapi pikun...karena faktor usia juga sih ya pikun itu..
BalasHapusBukan Mba. Pikun bukan karena faktor usia. Tapi memang faktor dari kesehatan otak.
HapusTerus terang daku juga masuk golongan yg gampang pelupa pake banget, Mba.
BalasHapusTertohok dah, ketika ikutan acara ini.
Bismillah, semogaaaaa daku dan kita semua bisa #ObatiPikun :D
Semangat Mba. Bismillah sehat sehat selalu.
HapusHarus banyak menstimulasi otak ya biar tidak cepat pikun, banyak kegiatan positif dan bersosialisasi.
BalasHapusNah, betul sekali. Biar nggak cepat pikun harus banyak bersosialisasi.
HapusWahhh makasih infonya. Pengin nyoba cek lewat EMS deh saya. Semoga saja saya dijauhkan dari gangguan ini.
BalasHapusAamiin.
HapusTerima kasih juga sudah berkunjung ke blog saya ya Mba.
Awalnya sulit utk bedakan lupa dan pikun. Benar pikun adalah awal dari alzheimer. Penting banget untuk lihat ciri-cirinya supaya sbg orang yang di lingkungan ngga kaget ketemu org terdekat kita pikun.
BalasHapusTepat sekali Bu.
HapusTetima kasih sudah mampir ke tulisan saya, Bu Ina.
masih banyak yang kecele dengan pikun dan pelupa ya kak, penanganann kudu tepat dan juga harus mendapat dukungan dari keluarga agar bisa dibantu penyelesaiannya
BalasHapusBetul sekali Bang. Bahkan banyak yang mengira jika pikun itu hal wajar akibat usia.
Hapusfitur dan aplikasi dari EMS ini sangat bagus karena bisa membantu kita sejak dini yang masih muda untuk bisa mengurangi kepikunan hehe semoga aku gak cepat lupa saat memasuki usia 50
BalasHapusAamiin. Sehat selalu ya Kak.
HapusPelupa beda ya sama pikun, kadang suka khawatir juga sama penyakit alzheimer karena katanya pelupa bisa jadi indikator untungnya baca artikel ini, tinggal jaga kesehatan dan rajin olahraga ya serta deteksi sejak dini
BalasHapusSemangaaaattt.
HapusTerima kasih sudah mampir ke blog saya ya Mba.
Wah ada aplikasinya ya. Bagus nih jadi bisa membantu kita mendeteksi dini penyakit Demensia Alzheimer.
BalasHapusIya banget Mba Siska.
HapusBaru tahu nih bedanya pelupa dan pikun. Kalau pikun ini penyakit yamg memang identik dengan orang tua tapi ternyata bisa ditangani ya Mbak. Keren juga udah ada aplikasi yang berkaitan dengan hal ini
BalasHapusIya.
HapusTerima kasih sudah dua kali mampir ke blog saya ya Mba.
Alhamdulillah kalau baca kriterianya saya masih masuk kategori pelupa. Tapi ada baiknya waspada dan mulai melakukan hal-hal yang bisa mencegah terjadinya pikun
BalasHapusSepakat Mba.
HapusSebab pikun bukan hanya berdampak bagi penderita namun juga orang orang di sekitarnya.
Aku jadi inget almarhum Bapak dan Ibuku, mereka udah lumayan lama sedikit demi sedikit mengalami demensia. Kalau di nenek dari istriku, demensia ini cepat banget, hitungan tahun aja udah bisa lupa sama anak cucunya sendiri.
BalasHapusSubhanallah, sedih banget Bang.
HapusKalau kita rajin nulis kayak gini, termasuk bisa mencegah demensia, nggak, Mbak?
BalasHapusIn syaa Allah Mba
HapusKata dokternya sih begitu.
Saya baru tau kalau pikun dan pelupa itu berbeda. Dan ternyata pikun itu bisa dicegah juga ya, memang harus selalu pola hidup sehat
BalasHapusIya banget Mba. Ujung ujungnya ya menjaga pola hidup sehat.
HapusNenekku nih sekarang udah pikun, beneran kena demensia, udah gak kenal lagi sama aku juga, hiks :'(.
BalasHapusBetul, orang udah harus sadar skrg bahwa pikun bukan hal yg wajar2 aja. Semoga makin byk yg aware ya
Banyak yang menganggap pikun penyakit akibat usia lansia sih ya Mba. Ternyata bukan.
HapusAduh, mesti ada deteksi dini juga masalah pikun ini ya dan perlu segera diobati ya biar tak berlanjut. Terus memang suka pada kecele sih antara pikun dan pelupa, padahal ternyata beda banget.
BalasHapusNah, sepakat Kak Mon.
HapusSenang banget saya sama webminar ini. Soalnya banyak banget tips nya dari mulai cara pencegahan, tips saat jaga orangtua yang demensia, lengkap banget! Tinggal kita aplikasikan dalam keseharian supaya manfaatnya terasa.
BalasHapusBetul Teh Ani.
HapusSemoga webinar kemarin menjadi manfaat lebih banyak ke masyarakat umum setelah banyak bloger yang turut menulisakannya. Aamiin.
Aku juga mengira bahwa pikun itu tidak bisa dihindari. Padahal ada ya ternyata cara mengobati pikun sejak dini.
BalasHapusAda nih kebiasaan aku yg perlu dihindari sejak dini. Makan junk food, suka beban pikiran, dll. Ternyata itu kebiasaan yang bisa meningkatkan potensi pikun ya. Pantesan nenek aku yg selalu senyum ramah dan terbuka namun pekerja keras masih aja nampak muda walau usia udah 70+
Doanya nenek aku selalu sehat dan jauh dari pikun ya mbak... hehe
Aamiin.
HapusMasya Allah sudah usia 70+ tapi neneknya Mba Iim masih awet muda. Semoga neneknya sehat selalu ya, Mba.
Sangat senang karena webinarnya bisa diikuti meskipun di rumah
BalasHapusSaya jadi ada insight soal pikun yang ga boleh didiamkan
Iya Mba Amma.
HapusSenang banget bisa gabung di webinar yang membahas soal pikun maupun soal kesehatan lainnya.
Wah ternyata kita bisa melakukan deteksi dini terhadap Demensia ya. Jadi perlu banget untuk melakukan kebiasaan menghindari makan junk food, rutin olahraga atau bergerak, dsb.
BalasHapusNah, junk food nih yang masih jadi ujian saya, Mas Daniel.
Hapussalah satu ketakutanku adalah pikun di usia lanjut, semoga nggak terjadi Aamiin Aamiin. ini webinar lengkap sekali ya info tentang demensia pikun, suka. makasih kak Acha
BalasHapusTerima kasih juga sudah mampir ke blog saya ini ya Mba Wida.
Hapusberuntung dunia kesehatan semakin maju ya?
BalasHapusKita jadi tahu bahwa pikun bisa dideteksi dini dan dicegah agar nggak bertambah paraah
Iya banget Ambu.
HapusDunia kesehatan makin terbuka juga dalam memberikan informasi pencegahan penyakit kepada khalayak umum yang masih awam.
Kalau saya agar tidak pikun dan pelupa, saya mencoba untuk menulis dan tetap mengaji
BalasHapusNah, ini memang salah satu usaha yang semoga juga menjadi ladang pahala ya Mba. Aamiin.
Hapuswah aq baru tau nih ada ada aplikas, jadi pengen coba download secara aq sm suami sering bgt lupanya. thanks infonya ya
BalasHapusSilakan Mba
HapusTerima kasih banyak sudah mampir ke blog saya.
berbeda ternyata ya antara pikun Dan pelupa. harus cari tau nih apa saja kegiatan yg bisa Kita lakukan agar terhindar dr pikun Di masa Akan datang
BalasHapusBetul sekali Mom Juls
HapusKadang jadi bahan becandaan juga nih mba kata pikun, padahal kan hanya lupa sebentar hehe
BalasHapusIya lho Mba.
HapusPadahal makna katanya saja berbeda.
Setuju, pikun bukan sesuatu yang normal. Soalnya dulu alm. dan almarhumah kakek nenek nggak ada yang pikun padahal usianya sampai 80 atau 90an.
BalasHapusMasya Allah, rejeki banget almarhum dan almarhumah kakek neneknya Teh Evi nggak pikun. Rejeki buat beliau berdua dan juga untuk keluarga besarnya.
Hapus