pada tanggal
Baca
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Apa sih hubungannya blogger sama melek literasi digital? Lha kan jadi blogger itu ya cuma menulis saja, mencurahkan isi hati, dan menyampaikan sebuah sudut pandang? Bebas dong!
Dear teman teman pembaca blog Taman Rahasia Cha yang Kak Acha sayangi, sebangsa dan setanah air. Sesungguhnya, perkembangan dunia menulis blog, mau nggak mau membuat para orang-orang yang menyematkan kata “blogger” sebagai profil di berbagai akun media sosialnya, mempunyai tanggung jawab besar atas apa saja yang tertuang di dalam blog pribadi miliknya.
Saya nggak akan jauh-jauh membahas mengenai, melek literasi digital bisa membuat seseorang jadi terhindar dari hoax alias berita yang belum jelas kebenarannya. Betul sih, tapi … saya mau menyederhanakannya menjadi sebuah pengaruh yang bisa dihadirkan oleh seorang blogger, pada literasi digital itu sendiri. Ya kan blogger itu sebenarnya merupakan bagian dari agent of change lho.
Apa sih Kak Acha ngomongin literasi digital terus? Baiklah, saya mau ajak kamu membedah makna dari literasi digital ini sedikit saja, kulitnya saja. Semoga setelah membaca tulisan saya ini hingga tamat, kamu akan memiliki kesamaan frekuensi pemahaman dengan saya.
Menurut Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy (1997), menyampaikan bahwa literasi digital merupakan kemampuan dalam memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber yang kesemuanya dapat diakses melalui internet.
Tapi, menurut Bawden (2001(, literasi digital lebih berakar kepada keterampilan teknis dalam mengakses, merangkai, memahami, dan menyebarluaskan informasi.
Jadi, literasi digital itu sendiri merupakan kecakapan untuk mampu mennggali lebih dalam sebuah informasi yang berasal dari dunia digital, kemudian memilih dan memilahnya, sebelum menyebarluaskannya kembali, baik dalam bentuk tulisan maupun lainnya.
Maknanya, seorang blogger memiliki tanggung jawab dalam menyajikan sebuah tulisan yang sudah melalui berbagai proses penyaringan informasi. Termasuk menghadirkan bentuk tulisan yang baik dan benar, taat Ejaan yang Disempurnakan (EYD) atau kini mulai dikenal sebagai Ejaan Bahasa Indonesia (EBI). Kan, blogger itu, pejuang literasi, penjaga budaya literasi. Sepakat?
Dengan begitu, bacaan yang disajikan di blog, bukan lagi hanya sekadar curhat yang berawal dari perasaan dan pandangan mata saja. Melainkan, dari berbagai sumber literatur yang kemudian diolah sedemikian rupa dengan penggunaan gaya bahasa yang sesuai karakter si blogger, hingga tulisan jadi mudah dipahami.
Sebab, seperti yang Kak Acha sudah sampaikan, sebuah tulisan di blog, bisa saja memberi pengaruh pada pembaca yang entah siapa dan dimana.
Nah, apa kamu sudah sefrekuensi dengan pemahaman sederhana saya tentang literasi digital? Jika ingin menyampaikan pendapat, kritik, atau mungkin pertanyaan, silakan kamu sampaikan di kolom komentar ya.
Pernah nggak, kamu dikejutkan oleh direct message (DM) di akun media sosialmu atau e-mail dari seseorang yang merasa kalau tulisanmu sangat bermanfaat baginya? Pernah nggak, kamu menemukan komentar positif di blog kamu yang menyampaikan ucapan terima kasih atas tulisan yang sudah kamu muat? Atau, mungkin kamu pernah menemukan curhatan di kolom komentarmu, setelah si pembaca selesai membaca tulisanmu?
Banyak yang beranggapan bahwa minat baca di Indonesia itu cukup rendah. Dampak negatifnya, membaca bagi kebanyakan orang hanya sebagai kemampuan merangkai deretan kata dan kalimat yang terbaca saja, tanpa selalu menemukan makna maupun menggoda untuk memunculkan pertanyaan kritis atas sebuah bahan bacaan.
Arti sederhananya, membaca ya bisa menyebutkan kalimat yang ada saja. Memahami makna dan menemukan hal-hal lain di baliknya, belum tentu selalu bisa begitu.
Di masa sekarang, kebanyakan orang, menggilai menemukan sebuah informasi yang dibutuhkannya dengan bertanya kepada Mbah Google. Tinggal buka smartphone, masuk ke aplikasi penelusuran, mengetik kata kunci, lalu si mesin penelusuran akan menyajikan deretan informasi yang si orang tadi butuhkan.
Payahnya, dengan kemampuan membaca yang seadanya, seseorang tadi, misalnya lho ya ini, menelan mentah mentah semua informasi yang tersaji. Sebab merasa geregetan dengan apa yang sudah ia temukan di laman pencarian, jempolnya akan secepat kilat melakukan trik copy link, lalu paste di media sosial. Syukur alhamdulillah kalau bukan copy paste langsung isi tulisannya ya. Screenshot apalagi.
Apakah ada kesempatan bagi seseorang tadi untuk mengambil jeda sejenak sebelum melakukan trik share-nya tersebut? Kemungkinan besar nggak, kalau kemampuan literasi digitalnya belum terasah tajam.
Kembali lagi dengan keberadaan para blogger. Siapa sih yang nggak mau kalau tulisannya bisa nyangkut di page one laman pencarian? Rasanya, jika ada tulisan yang bercokol di sana, menjadi sebuah kebanggaan, bukan? Namun, apa jadinya jika tulisan tadi bukanlah tulisan yang sudah melalui proses penyaringan, penyuntingan, bahkan sampai ke tahap riset kecil-kecilan?
Apa yang akan terjadi jika tulisan yang kurang melalui proses saring sana sini tadi, bertemu dengan seseorang yang terlalu nrimo dalam membaca, tapi ingin nampak tahu segalanya karena berguru sama Mbah Google?
Di sinilah maksud dari Kak Acha nih, para pengunjung Taman Rahasia Cha sekalian. Yuk, bagi kamu yang sudah berani menyematkan kata “blogger” di profil akun media sosial kamu, saatnya kamu dan saya menjadi agent of change. Saatnya untuk saya dan kamu, menyajikan tulisan di blog yang sudah melalui proses riset, penyaringan informasi, dan penyuntingan alias editing.
Baca juga : 7 Amunisi Menjadi Blogger Untuk Menemukan Peluang Dari Ngeblog
Saya kompor banget nggak sih, menuliskan kalimat agent of change melulu sepanjang tulisan ini?
Saya hanya ingin membantu memantik semangat kamu, untuk turut memperjuangkan budaya literasi tanah air kita tercinta. Nggak muluk sampai keurusan menjadi saringan informasi kok, walau sebaiknya sebagai blogger ya butuh banget malah untuk terus belajar menjadi penyaring informasi yang baik.
Saya mau mengajak kamu untuk membantu Uda Ivan Lanin, dengan membiasakan menayangkan tulisan yang taat Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) dulu saja deh di blog atau media sosial milik kamu. Iya, sesederhana itu, gaes.
Semalam, saya ikut jadi peserta di Kelas Growthing Blogger (KGB) dan pematerinya adalah Kak Gemaulani. Materi yang disampaikan Kak Gilang – ngomong-ngomong doi perempuan lho, cantik lagi – membahas tentang teknik penulisan dan editing blogpost.
Sepanjang materi yang disampaikan Kak Gilang, saya belajar banyak tentang betapa pentingnya kemampuan menulis bagi seseorang yang menyematkan kata “blogger” di berbagai akun media sosial miliknya. Bukan buat bahan sombong lho, malah kata tersebut membuat saya punya tanggung jawab besar. Soalnya, kalau saya menulis tanpa taat EBI, bisa bisa kamu yang mampir ke blog saya, ikut-ikutan nggak taat EBI.
Jikalau saja saya terbiasa menulis menggunakan kata “merubah” padahal kata yang tepat adalah “mengubah” sebab kata dasarnya sendiri adalah “ubah” bukan “rubah”, lalu tulisan saya masuk page one, kemudian banyak pembaca yang datang, ya … lama kelamaan kata “mengubah” jadi tergerus dan seluruh Indonesia akan kompak menggunakan kata “merubah”. Kamu sadar nggak, di beberapa lagu pop Indonesia jadinya malah begitu?
Itulah mengapa, blogger perlu melek literasi digital. Blogger butuh untuk mampu membaca dengan baik, sehingga dapat menyaring berbagai informasi, sebelum dituangkan ke dalam blogpost. Blogger pun butuh untuk paham penulisan yang tepat, agar pembaca yang berkunjung jadi turut terbiasa membaca kata yang sesuai, dan menjadikannya sebagai kebiasaan umum. Blogger itu, pejuang literasi.
Tenang, kamu sudah sampai di akhir pembahasan. Sedikit lagi ya.
Apa sih proses pertama yang perlu dilakukan sebelum mahir menulis? Tentu saja, membaca dong. Maksud Kak Acha, sebagai blogger, membaca itu perlu dijadikan kebutuhan, membaca itu kan amunisi dalam menulis.
Duh, Kak Acha, saya nggak sempat baca buku. Lha kan ada banyak buku-buku yang kamu bisa baca secara digital. Tinggal buka di smartphone sambil santai.
Kamu bisa memanfaatkan aplikasi iPusnas, misalnya. Atau kamu bisa kunjung Storial, Cabaca, bahkan Let’s Read. Bahan bacaan yang ada di sana, merupakan hasil karya yang sudah melewati cukup banyak proses penyaringan. Tentunya, karena dalam proses menerbitkan sebuah karya menjadi bahan bacaan di sana, turut melibatkan banyak pihak, salah satunya adalah editor.
Dengan kamu terbiasa membaca tulisan yang baik, kamu pun akan turut terpengaruh untuk memunculkan tulisan yang baik pula. Seringnya membaca tulisan yang taat EBI, kamu akan menulis dengan taat EBI juga.
Baca juga : Yuk Pelajari Bahasa Ibu Kita Dengan Baik
Teman-teman blogger, yuk semangat mengasah diri untuk menjadi blogger yang lebih baik lagi setiap harinya. Semangat menjadi pejuang literasi digital, semangat menjadi agent of change.
blogger harus melek digital ya mbak
BalasHapusbiar saat mencari referensi tulisan tidak terjebak dgn kabar hoax
blogger juga sbg garda terdepan dalam meperjuangkan literasi digital
Sepakat semangat Mba Dee.
HapusSetuju! Blogging sendiri sesungguhnya merupakan literasi digital yang harus taat EBi
BalasHapusBangeettt. Walaupun bahasa asik malahan cenderung nggak formal tapi ya tetap penting taat EBI ya Mba. Kan taat EBI nggak selalu menulis dengan pembawaan kaku.
HapusYappp, Masih banyak yang perlu dipelajari mengenai literasi digital.
BalasHapusPara ortu juga harus berperan aktif untuk mendidik anak, termasuk dalam hal literasi digital
Semangattt buat kita semuaaa!
Semangaaattt Mba Nurul.
HapusDuh jadi ingat, kemaren kan mertua saya sakit, trus ada sodara-sodara ipar saya, yang dikit-dikit googling, lalu ngotot dengan mengikuti semua yang dibaca di google itu, hehehe.
BalasHapusKebayang nggak sih, kalau yang dia baca itu informasi yang salah, memang literasi digital itu penting, dan sebagai blogger, kita juga ikutan bertanggung jawab akan hal itu :D
Sepakat banget sama Kak Rey.
HapusWah saya kalo nulis blog masih curhat2 aja ni mbak
BalasHapusSama kok Mba. Curhat jadi gagasan utama di blog saya ini.
HapusMerasa bangga dink jadi blogger, ternyata agent of change juga yaa.. Pengaturan EBI nih jadi catatan pntg buat aku, kak. Nggak boleh malas utk ngecek kbbi ya
BalasHapusSemangat Kak Ghina.
HapusKemampuan literasi yang baik bisa membawa perubahan ke arah lebih baik, dan kitapun jadi gak mudah terpancing hoax
BalasHapussemangat buat kita semuaaa
Semangat lagi Mba Nurul.
HapusKalau gini, saya harus makin rajin baca supaya lebih pinter lagi membuat konten berkualitas. Kan, blogger adalah agen of change juga. Lewat tulisan, kita bisa memberikan edukasi hingga perubahan pola pikir dan perilaku. Kontennya tentu harus benar-benar mengena.
BalasHapusSama nih Mba Iim. Saya juga masih harus sangat banyak membaca lagi.
HapusAshiap kaka acha, jadi makin kepingin ikutan kelas growthing nih, makin hari makin mrerasa bodoh aja ..
BalasHapusHuhu ... Aku masih sendu karena kena kick kemarin. Tapi setekah istirahat panjang, kusiap belajar lagi
HapusBetul neh, harus banyak menyerap informasi agar nanti tulisan di blog bagus dan bermanfaat buat pengunjung.
BalasHapusTerima kasih.
HapusNah betul banget. Bacaan yang bagus memang nggak cuma jalan ceritanya aja tapi bahasanya. Masalahnya beberapa platform menulis ya gitu, pada suka cerita yang tragis daripada tatabahasa yang rapi..
BalasHapusNah itu. Kadang sedih lihatnya tapi ya masa diam saja. Jadi malah menggoda buat ikutan juga sih.
HapusWaaaa.....sayapun ngefans ke Mbak Gema Maulani
BalasHapusBlogger yang kerennnn
Hihihi iya, sayapun suka gemes baca tulisan blogger yang masih menulis di"rubah" bukan diubah, ngelus dada deh dengan kemalasannya
Bahasa Indonesia kalau bukan kita yang mempelajari, siapa lagi?
Lalu yang menulis dengan kata "rubah" ini banyak Ambu. Bahkan para pemegang kunci akun akun medsos brand, satu dua masih suka ketemu yang begitu menulis kata "ubah" jadi "rubah".
HapusBloggerpun penggiat literasi. Memberi informasi dan menyampaikannya dengan jelas. Kadang info yang baik jadi salah penerimaannya kalo kita tidak memahami makna literasi yang sebenarnya bukan hanya membaca tapi juga mengolah informasi.
BalasHapusSepakat Kak. Makanya perjuangannya panjang lho ternyata.
HapusSeeringgg.. dan kalau udah ada yang ngucapin terimakasih tu kayak nggak percaya "Eh aku nulis apa yah, kok bisa yah?" Jadinya makin semangat buat nebar kebaikan. Bener sekali, Blogger itu Agent of change, makanya banyak yang takut kalau apa-apa ditulis sama blogger hahhaa.. jangan macam macam ya.. Semangat terus menebar kebaikan Mbak Acha
BalasHapusTerima kasih Mba Inuel. Semoga Mba Inuel semangat terus juga ya.
HapusNah Iya betul banget Kak.. Menjadi agent of change salah satu resolusi ku ditahun ini, wah baru sadar salah satunya lewat blog. Dan sekarang Aku pun masih belajar tentang EBI dan PUEBI, makanya karena sering nulis sering banget ngecek KBBI daring
BalasHapusSemangat Kak. Semoga terus maju jadi agent of change.
HapusDengan jadi blogger jadi membiasakan juga untuk menulis sesuai kaidah, dan kalau bisa nggak disingkat seperti saat sedang sms yak hihi.
BalasHapusBtw itu paragraf 7 "kecapakan" atau "kecakapan" kak Acha?
Makasih koreksinya Kak Fenni. 🤗🤗🤗
HapusIya lho. Mau nggak mau ya belajar menulisnya nggak singkat-singkat lagi
Dengan kita paham literasi digital, kita enggak akan mudah terpancing hoax di media sosial
BalasHapusBetul Mba.
HapusAku tuh suka sedih kalau ada yang meremehkan blog, katanya ditulisnya bisa aja ngasal. Tapi ya kemudian introspeksi...memang ada blog yang ditulisnya tanpa mencantumkan sumber yang jelas sehingga berpotensi menyesatkan pembaca. Semoga kita tidak termasuk yang demikian, ya....
BalasHapusAamiin. Semangat buat kita yang mulai paham sedikit sedikit ya.
HapusBener juga yaa kalo bloger ngga melek literasi digital takutnua kebawa hoax sana sini. Akhirnya yg ditulis cuma pepesan kosong. Hiks
BalasHapusMakanya saya merasa masih harus banyak baca dan belajar lagi, bukan hanya belajar menulis saja.
HapusBener banget mbak blogger itu penting banget menyajikan sesuatu yg "benar" karena dizaman sekarang banyak juga yang mencari kebenaran dr google :D Nah kalau menulis sesuai kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar saya pun masih banyak belajar :)
BalasHapusSemangat Mba Susi. Saya pun masih harus lebih banyak belajar lagi.
HapusWaduh, biasanya saya nulis di blog seperti artikel, saya menulisnya beradasarkan pengalaman saya sih ^^
BalasHapusRasanya kalau pengalaman ya nggak masalah Mba. Tapi lebih lengkap kalau ada informasi pendukungnya. Saya juga baru mulai seperti itu kok Mba. Semangat.
Hapus𝕊𝕖𝕓𝕒𝕘𝕒𝕚 𝕓𝕝𝕠𝕘𝕘𝕖𝕣𝕓𝕜𝕚𝕥𝕒 𝕙𝕒𝕣𝕦𝕤 𝕞𝕖𝕝𝕖𝕜 𝕝𝕚𝕥𝕖𝕣𝕒𝕤𝕚 𝕟𝕚𝕙. 𝔹𝕚𝕒𝕣 𝕓𝕚𝕤𝕒 𝕞𝕖𝕞𝕓𝕒𝕨𝕒 𝕡𝕖𝕣𝕦𝕓𝕒𝕙𝕒𝕟 𝕡𝕠𝕤𝕚𝕥𝕚𝕗 𝕕𝕚 𝕕𝕦𝕟𝕚𝕒 𝕞𝕒𝕪𝕒.
BalasHapusIya Kak.
HapusSebagai blogger, kita memang wajib buat melek literasi ya mbak, karena melalui tulisan-tulisan kita, kita bisa menyampaikan apa yg kita pikirkan.
BalasHapusBetul sekali Kak Rizky.
HapusPerlukah blogger melek literasi digital? Pelu banget ya gak mbak. Setuju banget dengan tulisan ini. sebaiknya blogger bisa menulis sesuai EBI dan yang dia tulis adalah informasi yang harus jauh dari HOAX.
BalasHapusWalaupun perjuangan banget sebenarnya.
HapusSebagai penulis, memiliki literasi yang bagus tentunya akan menambah kualitas tulisan kita :)
BalasHapusSepakat banget sama Mba Iffa.
HapusDengan adanya kemampuan literasi digital, saya sbgai wanita Indonesia...melakukan tindakan stop penyebaran hoax apalgi dgrup2 wa keluarga wkwkwkw
BalasHapusNah WA keluarga seringnya jadi ladang sebar hoax nih Kak Ghina 🤭
HapusSeneng aku bisa ambil peran di dunia literasi digital ya kak karena jadi blogger, tapi tanggungjawabnya juga luar biasa besar karena harus selalu belajar setiap saat
BalasHapusHuum. Belajarnya nggak ada kata kelar.
HapusBener banget kak. Konten blog yang juga memerhatikan kaidah penulisan itu akan lebih enak dibaca dan dipahami. Sehingga pembaca juga bisa belajar mana kata yang tepat dan tidak. Mereka juga bisa lebih mudah mencerna pastinya ya.
BalasHapusSepakat sama Kak Rika.
HapusSiap. Sebagai blogger kita bisa berpeeran dalam Literasi digital ini dengan menyampaikan berita atau tulisan yang akurat atau bukan hoax.
BalasHapusSemangat terus gali informasi Kak.
HapusBetul, blogger harus melek digital. Harus Juga ambil info dari sumber terpercaya. Manfaatnya kan buat blogger nya sendiri ya
BalasHapusBanget Mba. Pada akhirmya manfaat terasa juga ke diri sendiri.
HapusEBI atau PUEBI itu penting, tapi menurut saya buat tipikal orang Indonesia, kita harus punya pendekatan berbeda. Kita harus pakai bahasa yang mudah mereka mengerti dulu. Zaman sekarang bahkan kantor berita pun sudah semakin populer bahasanya. Blogger, menurut saya sah sah saja pakai bahasa gaul atau bahasa yang gak terlalu baku untuk menjangkau lebih banyak pembaca, sehingga mereka terliterasi dengan baik, khususnya kesadaran menyaring berita-berita hoax.
BalasHapusEBI kan update terus Kak. Jadi memang penggunaan bahasa gaul pun nggak ada masalah rasanya.
HapusSetuju ka Acha, sebagai blogger kita butuh melek digital literasi. terima kasih sharingnya kaca walaupun tidak ikut kelas KGB jadi kecipratan ilmunya jg
BalasHapusSama sama Mba Fira.
HapusBerasa kesentil nih mba Cha,
BalasHapusSoalnya aku dah jarang ngecek ejaan yg bener, kebiasaan ngetik chat disingkat2 dan pake bahasa sehari2..
Makasih infonya ya mba
Sama sama Mba Iva.
HapusJadi blogger harus dong jadi agen penggiat literasi digital, kita lawan hoaks dengan konten-konten artikel yang positif dan sumbernya bisa dipertanggungjawabkan
BalasHapusHuwaaa jadi makin semangat nih dapat komentar dari Kak Shynta.
HapusBlogger seperti kita wajib memahami makna literasi. Dan akan lebih baik lagi jika bisa dengan bijak menggunakan dan memanfaatkan skill literasinya via media digital. Setidaknya blogger bisa menjadi salah satu pilar yang berpengaruh dalam sosialisasi dan pengembangan literasi digital itu sendiri.
BalasHapusSepakat saya sama Bu Annie.
HapusAku paling senanh kalau tulisan di blog bermanfaat. Pernah suatu hari ada yang kirim email menanyakan tulisanku. Tapi ada juga yang menanyakan pekerjaan dalam postingan review tempat makan.
BalasHapusIya ya. Kadang ada yang mau tau lebih banyak eh bukan bidang si bloggernya.
HapusBlogger harus melek literasi digital dulu ya supaya para pembacanya pun terbawa serta menjadi di melek digital literasi juga
BalasHapusSepakat.
HapusSetujuu Mba, sebagai blogger memang kita harus menjadi salah satu agen perubahan plus yang ikut mensosialisasikan betapa penting literasi digital untuk para pengguna internet.
BalasHapusBanget Miss Meykke
Hapuswah menarik banget sekaligus menampar saya ini hehe. secara saya masih suka menggunakan kata sesuka hati dalam blog huhuhu. makasih pencerahannya ya mbak
BalasHapusSama sama Mba Rhani.
HapusSampai saat ini saya masih belajar terus tentang kepenulisan yang baik dan benar untuk blog saya, maka dari itu saya terus berusaha meningkatkan kemampuan literasi khususnya literasi digital.
BalasHapusZaman sekarang memiliki kemampuan literasi digital yang baik sangat penting adanya, menghindarkan kita dari termakan berita hoax, tidak menuliskan hal-hal yang tidak berguna di sosial media atau bahkan menyebarkan toxic untuk orang lain. Sebaliknya, dengan literasi digital yang baik, kita bisa berbagi ilmu, informasi yang berguna dan tentunya valid.
Sepakat Mba. Makanya jadi pejuang literasi ternyata tantangannya banyak sekali.
Hapusiya loh
BalasHapusblogger, apalagi yang masih muda, adalah agent of changet banget
dengan jempol-jempol dan ide kreatifnya, bisa banget melakukan perubahan
Kayaknya yang udah nggak muda juga masih bisa. Seperti beberapa blogger senior yang malah berasa banget jadi agent of change-nya di dunia kepenulisan.
HapusSaya pribadi masih PR banget untuk konsisten membaca. Harus dipaksa dan dibuat waktu khusus agar bisa konsisten.
BalasHapusSama Mba. Saya sampai bikin aku IG @bacha.santai untuk memaksa diri saya membaca.
HapusAku seneng kalau blogger dibilang agen perubahan, karena berkat tulisannya meningkatkan literasi digital masy Indonesia. Tentunya dengan tulisan-tulisan bermanfaat dan informatif ya...
BalasHapusTerima kasih Mba Hani.
Hapusbener banget kak acha. aku baca ini kaya lagi di sentil juga. yang menyandang gelar blogger. tapi terkadang masih tidak memperdulikan soal tulis menulis. padahal kita memang agen perubahan ya. aku pengen juga deh ikutan kelas blogger.
BalasHapusSemoga bisa ikutan sesi selanjutnya ya Mba Rina.
HapusBetul, Kak Acha. Bloger adalah agent of change karena tulisannya dapat dibaca dan tersebar, bahkan sampai ke pelosok wilayah asalkan ada koneksi internet. Kesempatan untuk dapat dibaca justru lebih luas daripada penulis buku. Itulah kenapa bloger juga harus mengasah kemampuan menulis dan juga kemampuan berbahasa yang baik agar dapat menjadi the real agent of change dan konten blognya berkualitas.
BalasHapusHuwaaa. Peluk Mba Hastin. Aduh kapan ya aku punya buku dan editornya Mba Hastin. Mau banget.
Hapuswah wajib bgt buat blogger melek literasi mbak
BalasHapustulisan yang kita hadirkan juga harus ada manfaatnya, dan pasti bisa dipertanggung jawabkan
Sepakat banget sama Kak Rini.
Hapusapalagi blogger ya, harus melek digital
BalasHapusdia yang sering dapat informasi, bagi informasi
ya masa' kena hoax
kan gak lucu
gak bisa menjaga nama baik "blogger"
Bisa sih Mba kalau lagi khilaf. 🤭
HapusBerkah barokah ikut kelasnya ya Cha, makin keren dalam ngeblog nih pastinya. Belajar literasi digital memang menyenangkan
BalasHapusTerima kasih Nyi aih kamu mah lebih keren dari aku. Bahkan tulisan fiksimu jalan terus.
Hapusmelek literais digital ini jadi suatu keharusan ya, kalau ga bisa dengan mudah termakan hoax atau malah jadi pelaku hoax
BalasHapusNah paling ngeri kalau jadi pelaku hoax nih Kak.
HapusSetuju kalau membaca itu amunisi untuk menulis, kadang saya pribadi kalau lagi stuck nulis pasti langsung baca, hehe.
BalasHapusToss Mbak
HapusSaya pun demikian
Jadi kalau ga bisa nulis artinya saya kurang baca
Sebagai blogger saya jadi terbiasa membaca artikel panjang dan menulis dengan sumber. Sehingga itu bisa jadi bekal untuk mengantisipasi informasi hoax yang beredar sepotong-sepotong.
BalasHapusIya banget Mba. Jadi belajar banyak malahan
HapusAh benar saja. Kadang kita berlomba menempati posisi satu tapi belum tentu dibarengi dengan usaha menyuguhkan satu kontent yang syarat akan makna. Harus mengubah mindset ini. Kudu benar-benar melek literasi. Nggak hanya sekedar membaca dan lalu menghilang.
BalasHapusIya banget Mba. Dan saya masih harus banyak belajar lagi.
HapusSebagai blogger memang wajib untuk menyediakan informasi yang akurat dan berdasarkan fakta. Karena blogger merupakan bagian dari literasi digital
BalasHapusSepakat sama Kak Putri.
HapusSetuju,,, jadi blogger ya harus melek literasi. Biar tulisan yang dihasilkan nggak sembarangan dan punya manfaat positif bagi orang lain.
BalasHapusBanget. Semangat.
HapusSetuju. Kadang sesuatu yang 'terdengar hebat' itu sebenarnya 'hanya'lah tentang menghormati hal-hal dasar seperti tata bahasa atau kita sebut PUEBI sekarang ini.
BalasHapusBisa jadi kesalahpahaman dalam literasi berawal dari kerancuan arti sebuah kata-kata atau kalimat yang tak sesuai dengan kaidah bahasa. Kesalahan bahasa yang seolah sepele bisa berakibat fatal karena mungkin diartikan ambigu, multitafsir, dll.
Keracunan arti sebuah kata kata yang belum tepat makna ya Mba. Suka sekali sama komennya. Terima kasih banyak Mba.
HapusPeran blogger terhadap literasi digital ini berpengaruh banget. Yang pertama, blogger harus mengkampanyekan pentingnya literasi digital bagi semua kalangan. Yang kedua, blogger itu sendiri harus melek literasi digital untuk referensi menulis.
BalasHapusSepakat sama Kak Jasmi.
HapusKak Acha.. pertanyaan tentang ada yang email atau DM karena merasa tulisan kita dibutuhkan atau bermanfaat bagi pembaca saya jadi teringat beberapa hari lalu dikirimin email tentang tulisan saya. Katanya setelah baca artikel tersebut dia lebih tenang karena jadi tau faktanya.
BalasHapusWaaaah saya senang sekali kak. Rasanya bisa bermanfaat buat orang lain.
Rwjwki banget rasanya ya Mba Ina.
HapusAku tersorot sama kata2 ini : agent of change , kayak wah banget.. tapi memang wah si...
BalasHapusagent of change terntu harus punya kamampuan dalam mempengaruhi khalayak.. :)
Iya lho Mba Nita. Menjadi berpengaruh itu ternyata juga butuh banyak amunisi.
HapusHarus banget nih blogger memahami literasi digital karena di tangan mereka orang orang akan mendapatkan informasi yang benar
BalasHapusIya banget.
HapusPenting ya ka belajar literasi digital. Karena aku pernah baca postingan teman tentang hotel yang sedang dia liput. Dibilang instagramable, tapi pas aku cek ke hotelnya. Hmm... menurutku belum bisa disbut instagramable karena hanya ada 1 dinding yang bisa di pakai buat foto2 ria.
BalasHapusNah, literasi digital ini juga mampu membuka wawasan bagi para penulis
Iya ya Kak. Hmm ... jadi merasa perlu lebih berhati-hati lagi nih dalam menyampaikan review.
Hapuskalau bloger mah wajib melek literasi, karena semuanya tentang literasi. fil khusus ketika membaca syarat dan ketentuan untuk sebuah job. Keliru sedikit saja bisa menurunkan citra kita di mata klien...
BalasHapusHuhu iya lho Bang. Urusan baca brief ini kadang bikin jleb
HapusDengan kondisi seperti sekarang yang minim membaca jadi sedih, apalagi kalau orang-orang percaya hoax. Duh.. semoga bisa berubah ya
BalasHapusSemoga dengan menukis blog bisa sedikit banyak jadi bagian khalayak yang bisa memperjuangkan literasi non hoax.
HapusSetuju banget kak kalo blogger harus melek literasi, karena tulisan kita pasti bakal dibaca orang lain, jadi sebisa mungkin ya harus ada pertanggung jawaban atas apa yang kita tulis. Tapi, ini apa berlaku untuk semua jenis blog? Karena beberapa blog kan dia mungkin hanya berisi catatan pribadi, diary, dll, dimana yah, ada gaya penulisan tersendiri sebagai identitasnya.
BalasHapusKalau saya sendiri belum berani menyematkan kata 'blogger' sebagai salah satu identitas saya. Masih banyak kurangnya. Hehe.
Terimakasih atas tulisan yang bagus ini, membuat saya kepikiran 😂
Sama sama Kak. Sepemahaman saya, blog memang kebanyakan sih diisi dengan curhatan. Tapi bagi saya, nggak ada salahnya taat EBI jadi nyaman dibaca. Mana tahu nantinya si tulisan tadi menginspirasi. Lagipula bahasa sesuaI EBI kan nggak selalu baku. Pakai bahasa gaul juga nggak masalah.
Hapus