pada tanggal
Baca
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Bahas mens itu tabu. Kamu setuju?
Saya menemukan sebuah potongan kisah dari novel Tempurung
karya Oka Rusmini yang mengisahkan kehebohan anak-anak gadis jelang baligh yang
merutuki betapa nasib perempuan sungguh nggak menyenangkan sebab akan mengalami
keluar darah, dan harus pandai menjaga dirinya sendiri.
Prosesi yang mana perempuan nggak boleh lagi bebas, belum
lagi tumbuh daging yang sungguh nggak menyenangkan di bagian dada. Dekat dengan
laki-laki pun dosa.
Lalu celetukan dari salah satu tokoh yang membuat saya ingin
terkekek adalah “sudah keluar darah tetapi kenapa tidak mati?”.
Bicara tentang menstruasi, seringnya hal ini dianggap tabu, malu, bahkan untuk dikisahkan kepada anak di dalam rumah. Hanya sebatas mengajarkan kalau haid adalah ciri seorang anak perempuan sudah besar, bagaimana cara mandi wajibnya, dan bagaimana cara memasang pembalutnya.
Persiapan menuju tanda pubertas bagi anak perempuan, belum
tentu sudah dijadikan bahan diskusi antara ibu dan anak. Hal yang ditunggu
begitu saja kedatangannya, lalu setelah tiba masanya, menghadirkan sebuntal
berat nasihat tanpa jeda tentang betapa anak perempuan punya batas kebebasan
dalam pergaulan.
Selanjutnya, mungkin kebanyakan anak pada akhirnya akan
lebih banyak mencari informasi pada temannya … yang menurutnya lebih nyaman
diajak berbicara, ketimbang ibunya. Namun yang dituturkan pun sebenarnya kisah
dari para ibu mereka, atau kisah selentingan dari tempat lain.
Kesemuanya bersatu padu membentuk rasa malu yang mengakar
dan berujung dengan sebuah tabu nan sakral serupa Voldemort. Nggak enak
disebut, nggak nyaman dibicarakan sembarangan. Bahkan, jangan sampai didengar
oleh kaum lelaki di sekitar.
Iya sih, malu, soalnya mens begini kan sudah bahasan paket
lengkap dengan bagian kewanitaan kaum hawa. Nggak bisa diumbar, sebab bisa jadi
menghadirkan imaji nggak senonoh yang berbahaya.
Ada banyak sekali mitos soal haid yang sering saya dengar,
dan sungguh dipercaya, hingga mengakar begitu lama, dari berbagai obrolan saya
dengan teman-teman di masa remaja. Mungkin kamu pun pernah mengalaminya atau
punya pengalaman yang sama?
Namun pada akhirnya, obrolan tersebut malah membuat perempuan abai akan hal lain yang sesungguhnya lebih penting dibandingkan prosesi keluar darah haid, yaitu manajemen kebersihan menstruasi.
Berbagai mitos telah menguburnya pelan-pelan, menjadikan
urusan pakai pembalut atau tampon .juga menstrual
cup saja menjadi perdebatan. Tapi … sejujurnya, saya nggak mau ikut-ikutan.
Mitos yang berkembang soal tanda kematangan perempuan begini
saja sudah cukup nyeleneh. Hey … kalau lagi haid nggak boleh minum air dingin,
nanti darah jadi beku dan nggak mau keluar lagi. Atau … hey, kalau waktu “dapet”
kamu nggak lancar, minum soda saja biar si darah banyak keluarnya. Hadeuh
banget nggak sih gengs?
Begini saja baru soal sesi datang bulan lho, belum urusan keputihan. Masalah seperti ini kemudian akan
menjadi bahasan antar perempuan saja, dikisahkan dengan orang-orang yang
dianggap dapat dipercaya, serupa rahasia besar. Padahal ada masanya perlu
dibicarakan dengan ibu, atau pasangan setelah menikah, juga tenaga kesehatan.
Pada 27 Mei 2021 kemarin, saya berkesempatan bergabung sebagai peserta pada webinar yang diselenggarakan oleh Betadine Feminine dengan mengangkat bahasan “Sehat dan Bersih Saat Menstruasi” dalam rangka Hari Kebersihan Menstruasi pada 28 Mei.
Ibu dr. Dwi Oktavia, TLH, M.Epid selaku Kepala Bidang Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta menyampaikan
fakta, betapa masalah menstruasi ini terlanjur tabu sehingga jadi cukup
menakutkan bagi anak perempuan.
Semisal, faktanya, 1 dari 4 anak perempuan di Indonesia,
nggak pernah mendapatkan informasi mengenai haid sebelum akhirnya mereka
mendapatkan menstruasi pertama. Ya … kembali lagi, sebab bahasan ini memang
telah lama terkungkung dalam kata “tabu”.
Padahal, manajemen kebersihan selama menjalani masa
menstruasi ini penting sekali diperhatikan, dan dijadikan pesan sebagai bentuk
persiapan pada anak perempuan, jelang menstruasi pertama. Begitulah sepotong
penuturan dari Ibu Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K), MPH dari Perhimpunan
Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI).
Bicara tentang menstruasi pada anak perempuan, remaja
perempuan, maupun perempuan dewasa, perlu menyinggung soal bagaimana menjaga
kebersihan ekstra selama periode menstruasi.
Hal ini pun penting, sebab manajemen kebersihan menstruasi
yang buruk ternyata membawa dampak yang nggak sederhana bagi kesehatan
perempuan, semisal munculnya kanker serviks, infeksi vaginal, iritasi vagina, dan
juga rasa nggak nyaman serupa gatal, bau tak sedap area kewanitaan, juga
keputihan yang sudah sempat saya singgung di atas.
Ditambah lagi, sebenarnya manajemen kebersihan daerah
kewanitaan ini pun bisa diterapkan setiap hari, walau sedang nggak dalam masa menstruasi.
Hih … dari tadi Kak Acha bahasnya soal menstruasi mulu.
Sebelum melanjutkan lagi membahas mengenai manajemen
kebersihan diri saat haid, saya mau menyempilkan sedikit informasi dulu bagi
adik-adik yang masih bingung mengenai menstruasi. Atau bagi calon ibu yang
kelak perlu menyampaikan kisi-kisi soal menarke ke anak perempuan maupun anak
laki-laki.
Jadi, menstruasi sendiri merupakan kondisi yang normal
terjadi pada seorang perempuan. Dimana, tubuh perempuan memang akan “mengeluarkan”
darah selama 3 – 7 hari, melalui bagian organ intim, dalam satu periode setiap
bulannya. Jarak normal dari haid sekarang ke haid selanjutnya berkisar 21 – 35 hari.
Masa menstruasi menandakan bahwa seorang perempuan sudah
bisa hamil, menjalani salah satu proses reproduksi. Sebab haid memang merupakan
proses matangnya sel telur. Itulah mengapa, perempuan yang sudah memasuki masa
haid, perlu menjaga dirinya baik-baik.
Selanjutnya, darah menstruasi ini bukanlah “darah kotor”
dari tubuh perempuan, melainkan lapisan dalam dari rongga rahim yang memang “dipersiapkan
oleh tubuh” sebagai tempat menempelnya sel telur yang sudah dibuahi.
Wajar saja, mengapa salah satu tanda kehamilan yang akhirnya
sudah bukan jadi rahasia lagi adalah mens yang terlambat alias nggak mengalami
masa haid.
Ternyata, membahas menstruasi itu nggak perlu dianggap sebagai bahasan yang bikin malu, sebab semangat untuk pandai memanajemen kebersihan selama menjalani masa datang bulan itu cukup perlu.
Kembali tentang apa yang dibahas dalam webinar kali ini,
menyinggung betapa kesadaran perempuan Indonesia akan pentingnya menjaga
kebersihan selama masa “palang merah” masih rendah. Sesederhana, anak perempuan
nggak tahu harus berbuat apa saat mengalami menstruasi pertama.
Belum lagi, kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah
mengganti pembalut yang nggak selalu diterapkan. Mencuci pembalut sebelum
dibuang saja, bisa jadi bahan tertawaan, padahal tindakan inilah yang benar.
Sampai urusan lama mengganti pembalut yang belum penuh karena dianggap
pemborosan, padahal ini kan urusan kebersihan ya gengs.
Nah, urusan membersihkan area miss V selama haid ini juga
perlu dibiasakan, dengan menggunakan air mengalir, mencuci dari bagian depan ke
belakang (arah anus), dan jika terbiasa menggunakan cairan pembersih vagina,
pilih yang pH-nya berkisar di angka 3,5 – 4,5, sesuai dengan pH pada daerah
kewanitaan, semisal Betadine Feminine.
Belum lagi, membuang pembalut begini nggak bisa asal-asalan.
Bukan karena nantinya si darah di pembalutmu akan dijilat oleh Mba Kunti dan
semacamnya, melainkan mencegah agar darah – yang memang sebenarnya kotor –
tadi, nggak sampai mencemari lingkungan akan memunculkan sarang penyakit bagi
orang lain.
Bahasan yang disampaikan oleh Ibu Anna Surti Ariani, S.Psi.,
M.Si., Psikolog kemudian lebih banyak membuka mata saya sebagai perempuan pada
umumnya, dan Ibu pada khususnya.
Kan, ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Maka
menjadi pintar itu adalah kebutuhan primer sebagai seorang perempuan. Sepakat?
Perempuan kebanyakan sulit bicara tentang menstruasi sebab
merasa kalau datang bulan merupakan hal yang perlu disembunyikan. Jikapun sudah
teredukasi, akan ada masanya perempuan sulit untuk memulai, duh harus dari mana
ya ceritanya?
Apalagi kalau sudah kurang pengetahuan, padahal hal begini
tentang menjaga diri sendiri lho.
Akan makin kacau balau, jika ibu dan anak jelang dewasa
sudah nggak punya kedekatan, sehingga anak kehilangan kepercayaan untuk berbicara
terbuka kepada orangtua, dan malah mempercayakan segalanya pada teman sebaya.
Sudah siapkah perempuan menjadi sumber informasi soal
keperempuanan bagi generasi perempuan selanjutnya?
Payahnya, ternyata, jika urusan datang bulan begini nggak dijadikan bahan perbincangan santai dalam rumah, bisa memberi dampak nggak oke berupa emosi negatif seperti takut, marah, dan sebagainya pada anak. Belum lagi kesalahpahaman atas masa mens, juga kesiapan yang kurang pada diri anak. Duh duh duh ….
Bicara tentang menstruasi pada anak bukanlah hal tabu. Baik
anak perempuan maupun anak laki-laki perlu memahami hal wajar yang selalu
dialami oleh perempuan ini. Namun memang porsi bicara dengan anak laki-laki
nggak sebanyak dengan anak perempuan sih ya.
Sesederhana, anak laki-laki nggak perlu merasa malu dan
takut dipelototi kasir minimarket kalau memasukkan pembalut sebagai barang
belanjaannya. Pun anak laki-laki berusaha bersimpati pada perubahan emosi
perempuan yang sedang mengalami fase bulanannya.
Termasuk, anak lelaki bisa menahan diri untuk nggak merisak
anak perempuan yang sedang terjebak dalam kondisi pembalut bocor. Menahan diri
untuk nggak meledek, tetapi bertindak melindungi. Bukankah jadi lebih ganteng
kalau begini?
Isu pubertas, termasuk menstruasi, merupakan topik yang
sensitif buat remaja. Maka menjadikannya bahasan ringan, berhenti menganggapnya
sebagai hal tabu, semoga saja menjadikan banyak perempuan memiliki kehidupan yang
lebih baik sebab lebih mengenal diri dan tahu bagaimana cara dan kebiasaan baik
bagi tubuhnya pribadi.
Menjaga kebersihan sepanjang masa menstruasi, atau sebelum
dan sesudahnya, bisa dilakukan dengan rangkaian perawatan dari Betadine
Feminine Hygiene. Menjadikannya bahasan soal organ kewanitaan kepada sesama
perempuan menjadi lumrah nan nggak bikin malu hati.
Setelah ini, masih mau menganggap bahasan soal datang bulan itu tabu?
aku rasa sekarang ini bicara soal menstruasi bukan tabu lagi ya mbak, anak SD paling nggak kudu diberi pengertian juga, soalnya ada yang masih kelas 6 SD sudah menstruasi
BalasHapusdulu waktu aku sekolah kayaknya memang masih tabu, aku aja kayak "shock' gitu
Iya ya Mba. Jaman kecil rasanya masih tabu. Anak-anak perempuan dulu juga suka membahas soal mens begini sambil bisik bisik malu. Semoga sekarang makin banyak orangtua dan orang dewasa yang mau mengedukasi terlebih dahulu dan menjadikan sesuatu yang memang perempuan banget begini, bukan lagi hal tabu ya. Biar sadar dan paham cara menjaga kebersihan diri sepanjang haid. Mitos-mitos jaman dulu yang malah bikin diri jadi nggak terawat atau pantangan yang sebenarnya nggak banyak memberi efek, terkikis perlahan di masyarakat.
Hapussenang sekali bisa jadi bagian dari webinar ini, materinya luar biasa ya... bahkan sebagai ibu, aku juga baru tahu banyak hal tentang manajemen kebersihan menstruasi, Alhamdulillah jd nambah pengetahuan nanti yang bisa dibagikan :)
BalasHapusIya ya Mba, alhamdulillah.
HapusJadi ikut belajar banyak juga. Ternyata masih ada beberapa poin yang masih abai dilakukan sama diri sendiri sepanjang menjalani masa haid. Ternyata sepenting itu juga buat menjaga kesehatan organ kewanitaan.
Menstruasi ini ada enaknya ada ga enaknya ya mbak. Enaknya bisa punya waktu (bukan berarti malas sholat dan ibadah lainnya) banyak untuk melakukan hal hal tanpa terpotong waktu ibadah.
BalasHapusIya ya Mba. Udah begitu pas Ramadhan (kalau tinggal sendirian) jadi bisa tenang makan siang. Lha tapi setelah makin besar, sadar puasa harus diganti sebelum Ramadhan selanjutnya datang, yaaa berasa deh. Hihihi. Nggak enak juga kalau lagi banyak-banyaknya si darah keluar, bikin nggak mood ngapa-ngapain.
HapusSaya tidak setuju kalau bahas mens itu tabu. Itu kan tentang kesehatan kewanitaan. Dan dari tulisan ini banyak ilmu yg saya dapat
BalasHapusSayangnya, masih banyak yang malu dan jadinya malah tabu. Apalagi kalau sudah ditambahkan dengan banyaknya mitos yang ada hubungannya sama masa menarke.
Hapussenangnya pada banyak ilmu yang didapat ya mba, dari webinar ini, sayangnya saya ga bsia ikutan webinar ini, padahal pasti banyak ilmu bagaimana cara merawat daerah kewanitaan yang tepat juga
BalasHapusAlhamdulillah Teh. Walaupun nggak sempat ikutan, semoga apa yang kuceritakan bisa menambah insight buat Teteh tentang manajemen kebersihan saat menstruasi ya Teh.
HapusMungkin sudah tidak tabu lagi ya sekarang bicara tentang menstruasi, tapi bener banget nih kalau banyak mitos beredar tentang menstruasi itu sendiri.. Seperti gak boleh minum dingin dll.. Termasuk aku juga sempet percaya nih mitos yg ini.. Hahaa
BalasHapusSama Mba. Waktu SMP aku pun sempat percaya. Katanya kalau minum minuman dingin malah bikin masa haidnya jadi panjang karena nggak lancar keluarnya, soalnya si darah jadi beku. Padahal kan salurannya beda. Satunya ke pencernaan, satunya dari rahim. Sudah begitu, si minuman dingin yang masuk ya lama lama suhunya berubah setelah masuk ke dalam tubuh kita ya.
Hapussedih ya 1 dari 4 anak indonesia ga dapet info tentang menstruasi ini. Saya pun termasuk, maka dari itu kita harus bekali diri untuk jadi sumber informasi bagi anak2 kita ya mbak.
BalasHapusIya lho Kak. Makanya memang edukasi sepenting itu untuk kehidupan seseorang. Sesepele urusan manajemen kebersihan saat haid.
HapusWah iyaaa aku juga pernah tuh baca yang soal mens dari mba oka rusmini. Wkwkw lucu emang satirenya yahhh.
BalasHapusBtw ilmunya daging banget nih webinar kemarin
Wih, Kak Jihan kayaknya udah tamat duluan nih baca buku Tempurung. Aku malah berhenti lagi di tengah. Terlanjur tergoda sama bacaan lainnya.
HapusIya. Saya dulu sampai nangis dan mengurung diri dalam kamar lho mbak waktu pertama kali haid karena emang sebelumnya nggak diedukasi terkait hal ini sama ortu. Mungkin seperti yang Mbak bilang, masih dianggap tabu padahal justru topik ini terutama mengenai menjaga kebersihan menstruasi perlu diedukasi kepada anak..btw tema webinarnya sangat menarik dan thanks udah sharing ilmu yang didapatkan di sini
BalasHapusMalah bikin panik ya Kak. Sempat lho dulu semasa kecil, aku pun nggak paham pakai pembalut. Hampir pakai popok diaper punya adikku. Kupikir akan sama saja. Sebab itu tadi, nggak banyak dapat edukasi dari orangtua. Malah lebih banyak dapat dari teman sebaya.
HapusAku juga ikut ngakak mbak dama celetukkannya.
BalasHapusWajar sih, apalagi untuk anak usia kecil yg mereka pikirkan keluar darah itu kan bisa menyebabkan kematian ya.
Mitos2 nya iya banget aku juga termasuk yg kemakan mitosmya hiks tapi seiring bertambah usia dan banyak mendapat pengetahuan jadi lebih tahu
Samaan nih kita Mba.
HapusAda beberapa mitos yang setelah dewasa baru paham. Semisal, sepanjang haid nggak boleh sampoan. Lha itu pas mens kan tubuh kita ikut-ikutan memproduksi banyak minyak. Nggak di wajah, nggak di kepala. Perawatan dan bebersih itu malah makin diharuskan sepanjang sedang "dapet bulanan". Trus soal rambut yang nggak boleh sampai rontok. Harus dikumpulin dan dibawa mandi wajib. Dulu buatku malah kalau mens itu ribet, susah.
Sebenarnya nggak tabu cuma kadang malu aja. Aku ingat waktu dulu teman SDku udah pada menstruasi duluan. Mereka suka ngobrol diem-diem karena takut ketauan sama teman-teman yang lain.
BalasHapusApalagi kalau sama anak laki-laki ya Mba. Hihihi.
HapusPadahal pubertas anak laki-laki juga ada tuh, mimpi basah, Mungkin mereka juga sama malunya untuk bahas hal begini sama teman-temannya, dan akhirnya bisik bisik juga.
Dulu gak paham kalau ganti pembalut harus sering-sering. Jadilah bocor terus wkwkw.
BalasHapusNah iya nih Kak Tri. Dulu juga aku pernah sampai seperti ini.
HapusKalau soal cuci pembalut juga sih, dulu sering, karena katanya si pembalut bakalan dijilat sama tante kunti kalau nggak dicuci bersih. Ternyata ya alasannya, biar bersih saja, sebab darah kan bisa jadi tempat tumbuhnya kuman penyakit.
Emang kebanyakan orang nih Mali ya mba kalau bahas masalah ini.. tapi setelah membaca ini semoga semakin banyak yang Aware dan sadar akan pentingnya membicarakan masalah Menstruasi ini.
BalasHapusAamiin. Semoga ya Mba.
HapusKalau dibahas di depan anak laki² tabu bangett mba kl di zaman ku duku. Duhh
BalasHapusPadahal penting banget yaa ternyata.
Karna dulu kan masih suka malu² meong kalau bahas masalah perempuan di depan anak laki-laki
Iya ya Mba. Taunya sama pentingnya, bukan biar anak lelaki jadi seperti perempuan, melainkan jadi lebih mengerti kalau memang pubertasnya anak perempuan begitu, sementara anak laki-laki kan pubertasnya diawali mimpi basah. Biar saling paham saja. supaya nggak diolok-olok kalau "tembus" misalnya.
HapusKalau saya, pas lagi mestruasi gitu suka gatal-gatal di bagian bawah selangkaan terus baunya juga gak enak. Dari dulu saya mau nyari nih obat buat pembersih kewanitaan cuman belum kesampaian juga :)
BalasHapusSemoga saya bisa memperbaiki untuk menjaga kebersihan mestruasi, biasanya saya rada cuek kalau mau bersihin pembalut yang sudah dipakai
Semoga bermanfaat tulisanku ya Mba.
HapusMungkin Mba bisa coba pakai rangkaian dari Feminine Hygiene biar nggak bau lagi Mba. Biar nyaman juga sepanjang menjalani menarke.
Waktu remaja aku aku percaya pada mitos, biar haid lancar minum minuman soda. Setiap haid pasti aku minum kak.
BalasHapusKalo inget jadi malu juga nih..
Penting bagi ibu untuk mengedukasi anak ya kak tentang kebersihan saat Menstruasi. Agar terhindar dari penyakit rahim dan kelamin.
Iya lho, padahal soda kurang baik buat kesehatan karena kandungan gulanya tinggi banget ya Mba.
HapusJadiningat waktu saya SMP menstruasi belum teratur jadi gak pake pembalut pas sekolah. Waduh tembus kan malu banget ya. Penting sekali bahas menstruasinke anak jika sudah melihat tanda-tanda perubahan pada tubuhnya.
BalasHapusNah.
HapusDuh kebayang malunya. Kalau aku mungkin sudah mewek dan mogok sekolah sampai sesi mensku selesai tuh Mba.
Penting banget yah menjaga kebersihan area kewanitaan ini apalagi saat mengalami menstruasi
BalasHapusBetul sekali Kak Ainhy. Biar sebagai perempuan, bisa sehat juga sebab selama menstruasi, kebersihan daerah kewanitaannya juga terjaga.
HapusWebinar yang bermanfaat ya mba, jadinya saya lebih prepare memberikan edukasi yang baik pada anak perempuan tentang menstruasi ini
BalasHapusRejeki banget bisa menambah pengetahuan lebih lanjut tentang datang bulan begini ya Mba.
HapusJadi ingat dulu waktu pertama menstruasi ya mba, apalagi teman cowo dengan riuhnya ngejekin kita atau teman kalau di rok sekolah kita terlihat bercak darahnya.
BalasHapusMakanya perlu banget ya mba untuk disetiap sekolah juga mengadakan penyuluhan seputar menstruasi ini, karena kebanyakan para remaja tak mendapat informasi dari orang tuanya.
Nah iya banget Mba.
HapusMemang rasanya nggak banyak juga anak remaja yang sukses mendapatkan edukasi dari orangtuanya soal masa pubertas begini.
betul jaman sekaramg ngomongin mens bukanlah hal yang tabu malah kita harus abnyak memberikan hal tentang mens ya
BalasHapusIya ya Mba, biar banyak yang belajar dan nggak mudah percaya mitos, juga abai akan kebersihan diri sepanjang masa datang bulan.
HapusWaaah iyaaa aku inget yg ttg minuman soda :D. Duluuu banget, Ama temen2 disaranin minum sprite kalo mau cepet abis darah haidnya wkwkwkkwkw . Aku percaya pula :D. Padahal skr mah, udh jelas banget itu mitos ya mbaa. Eh kemarin dulu pas aku umroh, malah ada loh ibu2 rombongan yg nyaranin gitu ke temennya, yg kebetulan haid pula pas nyampe Mekah :D.
BalasHapusKita mah udh ga bisa kayak zaman dulu lagi, di mana para ibu suka ngerasa tabu jelasin ttg mens. Mama ku termasuk yg begitu. Makanya aku ga mau anakku yg cewe ngalamin hal sama mba. Biar dia ga gagap informasi dan malah dapet info salah kalo dibiarin.
Rasanya, memang apa yang dipercaya semasa remaja, kalau nggak upgrade sama informasi baru, bisa jadi masih dipercaya dan dijalankan begitu saja ya Mba.
HapusSemoga makin banyak yang tahu biar bahas urusan masa menarke perempuan nggak lagi jadi bahasan yang tabu.
banyak mitos yang masih dipercaya malah sama orangtuanya diceritakan sama anaknya. ya ampun deh. apdahal mitos itu banyak gak benernya
BalasHapusItulah makanya mitos pada akhirnya akan bertahan secara turun temurun. Seringnya anak atau sesiapa saja akan lebih pervaya dengan apa yang dikisahkan oleh orangtuanya. Sesuatu yang begitu kemudian akan dianggap serius dan serta merta dipercaya. Makanya, mau nggak mau, sebagai orangtua di milenial untuk lebih banyak cari tahu, agar apa apa yang kelak anak kisahkan kembali pada generasi selanjutnya, nggak jadi sekadar mitos, melainkan ada dasar ilmiahnya.
Hapus