pada tanggal
Baca
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
"Seberapa jauh sih kamu mengenal Indonesia?"
Seorang lelaki muda berusia sekitar 30-an awal yang duduk di
meja juri, melipat kedua tangan di dada. Menatap saya. Menunggu kejutan apa
yang bisa saya berikan padanya.
"Coba kamu ceritakan tentang keanekaragaman fauna
Indonesia, misalnya. Atau, mungkin budaya, semisal Tari Bajidor Kahot yang tadi
kamu bawakan di ruang pentas." Ia mulai memajukan posisi duduknya, nampak
nggak sabar menunggu jawaban dari saya.
Matahari Bandung sedang terik hari itu. Seolah turut menekan
saya dengan cahayanya yang masuk melalui jendela kaca. Sementara hembusan angin
AC yang dinyalakan di ruangan, membantu saya tetap tenang, walau jantung sudah
berdegup kencang sedari tadi.
Kala itu, bertahun lalu, saya jadi salah seorang peserta
seleksi Pertukaran Pemuda Antar Negara regional Jawa Barat. Belum tahap akhir
memang, tapi terbersit rasa bahagia karena saya bisa sampai di tahap wawancara.
Momen dimana saya sadar, betapa pengetahuan saya pada Indonesia, belum seujung
kuku.
Tahun berselang, ternyata pertanyaan tersebut terus melekat
dalam ingatan. Pertanyaan yang terus bermain-main dalam benak saya sepanjang
mendewasa. Sudah sejauh mana sih, saya kenal pada Indonesia, tanah air saya
yang katanya gemah ripah loh jinawi?
Mengenal Indonesia, rupanya nggak bisa hanya mengandalkan
belajar dari bacaan saja. Perlu terjun langsung, melihat sendiri, sejauh mana
Indonesia ini kaya akan keanekaragaman hayatinya agar resap sampai ke jiwa.
Salah satu caranya adalah dengan berwisata ke museum.
Suatu kesempatan datang pada saya dan keluarga, di masa sebelum pandemi tiba -- momen yang selanjutnya mengubah segala pola kehidupan kita.
Saya dan partner memilih mengajak duo balita kami mengenal berbagai fauna
Indonesia di Museum Zoologi Kebun Raya Bogor. Rasanya, bukan hanya lepas penat
yang kami sasar, tapi juga ajang belajar buat kami sekeluarga.
Seusai melewati gerbang pemeriksaan dan loket, menikmati sebentar rerimbunan pepohonan dalam kebun raya, kami mempercepat langkah menuju ke arah Museum Zoologi, tujuan utama kami.
Sebuah bangunan bergaya arsitektur kolonial, berjejer di
salah satu sudut kebun raya. Nggak terlalu banyak pengunjung yang datang, pagi
itu. Ah, kami beruntung.
Museum Zoologi yang dulunya bernama Landbouw Zoologisch Laboratorium ini, dibangun pada 1894, di masa pemerintahan Hindia Belanda. Sebuah tempat observasi fauna Indonesia yang kini berada di bawah naungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Di sana, tersimpan banyak sekali spesimen fauna, mulai dari
mamalia, burung, reptilia, amfibi, serangga, hingga ikan.
Salah satu ikon yang banyak dicari pengunjung adalah replika kerangka Paus Biru. Mamalia laut dengan nama latin Balaenoptera musculus yang masuk dalam golongan hewan terbesar yang pernah diketahui ini, berasal dari Pameungpeuk, Garut.
Kerangkanya dibawa ke Museum Zoologi Bogor pada 1916. Saking besarnya, Paus Biru mengambil ruangan pamer sendiri, tepat di pintu keluar museum. Epik, sebab pengunjung bisa berjalan bebas di bawah kerangkanya.
Senangnya, sepanjang berada di sana, balita sulung saya jadi sibuk bertanya. "Ini tulang apa?" celotehnya. “Itu tulang alias kerangka Badak Sumatera.” Jawaban dari partner saya ia sambut dengan anggukan.
"Itu Gajah!"
tunjuknya pada kepala Gajah yang terpajang di dinding samping pintu masuk ruang
mamalia. Antusias sekali.
Sepanjang berada di dalam museum yang penerangannya temaram
itu, saya dan partner sibuk mengocehkan informasi singkat yang kami temukan di
papan petunjuk tentang hewan yang ada di balik lemari kaca bergaya retro, pada
si sulung kami. Sementara si bungsu masih lelap dalam kereta bayinya.
Saya pun sekali dua kali tercengang. Ah ... ternyata begini
rupa hewan-hewan yang jadi kekayaan fauna Indonesia itu. Ada hewan yang masih
bisa ditemukan di kebun binatang, atau di alam liar, misalnya. Tak jarang pula
saya berdiri lama di hadapan display
hewan yang keberadannya mulai terancam, bahkan sudah punah.
"Mama, ada suara kodok." Panggilan si sulung
menarik saya dari kesibukan memotret. Saya lekas mendorong stroller si bungsu dan ikut berpindah ke ruang amfibi.
Rupanya di sana, lelaki mungil kesayangan saya itu tengah
asik menyentuh layar touch screen
yang memperdengarkan suara dari kodok yang berbeda-beda. Sumringah ia menemukan
bentuk kodok yang ternyata nggak persis seperti Keroppi dengan mata besar dan
mulut yang membentuk huruf V.
Ah, padahal saya sedang asik memperhatikan koleksi kupu-kupu yang diawetkan dalam lemari kaca. Ada si Papilio Ulysses dengan sayapnya yang biru elektrik, berpadu dengan tepian sayap yang berwarna hitam dan coklat.
Tak lama, kami berpindah ke ruang pamer ikan. Hebohlah si sulung saya ini menunjuk ikan badut yang terpajang di display yang menempeli dinding. "Nemooo .... ", ia menunjuk girang. Padahal nama hewan itu tuh, Ikan Badut. Duh ... film petualangan si Ikan Badut kecil dengan ayahnya itu, rasanya lebih familiar buatnya.
Hingga di penghujung petualangan keliling museum kami akhiri di ruang pamer Paus Biru. Lama saya berdiri di papan petunjuk, manggut-manggut sebab baru tahu kalau Paus Biru yang tubuhnya lebih besar dari si Paus Orca alias si Paus di film Free Willy -- kalau kamu juga menonton filmnya semasa kecil, pasti eungeuh – mengonsumsi Kril alias kelompok udang kecil (Udang Geragau). Wah, jauh berbeda dari si Paus Orca sang predator lautan.
Sepulang dari Museum Zoologi, bahkan di beberapa kesempatan
jauh setelah perjalanan ini, ada waktu-waktu yang saya dan partner jadikan
sebagai momen bercerita dengan dua lelaki kecil kesayangan kami.
Mengulang kembali kenangan saat berkunjung ke Kebun Raya
Bogor melalui foto-foto lama.
Mengenalkan mereka tentang dunia yang mungkin saja kelak akan jadi
tempat yang nggak ramah lagi bagi keberlangsungan kehidupan, sebab suhu Bumi
terus menghangat.
Mungkin saja, anak-anak balita saya belum benar-benar paham
tentang segala rupa perubahan yang terjadi di dunia. Bagi mereka, hari-hari
berlalu hanya untuk bermain dan bergembira.
Aih, begitulah memang perjalanan hidup anak manusia. Dimulai
dengan masa bermain dan mengenal lingkungan sekitar tiada habisnya. Lalu
terkontaminasi oleh beragam tuntutan hidup saat mendewasa. Beradaptasi pada
keadaan.
Tapi, bagaimana dengan perubahan iklim yang terjadi? Mampukah manusia hidup dengan baik-baik saja? Ah ... mungkin.
Lalu, bagaimana
dengan fauna? Bisakah mereka bertahan dari kepunahan yang terus mengancam
akibat Bumi makin hari makin berbeda bagi mereka?
Bumi sesungguhnya telah menunjukkan kode merah. Suhu Bumi dikatakan telah naik 1,1 derajat, dan bisa jadi akan terus meningkat, lalu menimbulkan bencana alam yang nggak terelakkan. Sinyal bahwa keberlangsungan kehidupan terancam.
Telah lama energi fosil dimanfaatkan sedemikian rupa. Belum lagi, perilaku keseharian kita yang nggak ramah lingkungan. Inilah cikal-bakal bencana yang diungkapkan sebagai dampak dari perubahan iklim. Ia menunggu.
Manusia abai akan pada hutan, dengan deforestasi atas alasan
"lapar dan butuh makan". Bagian dari kelompok kita kadang tak acuh,
nggak tergerak untuk benar-benar melakukan penanaman kembali. Menggeser hak
masyarakat adat yang berjuang menjaga rerimbunan hutan, sesuatu yang jadi bagian dari kepercayaan mereka.
Andai saja, sebagai manusia, kita mau menahan diri dari
keserakahan. Memperkuat niat untuk nggak mengeruk tanah demi menambang kekayaan
di pulau kecil yang katanya menyimpan emas. Jika kamu mengikuti kisah
terancamnya keberadaan Burung Nui yang merupakan hewan endemik di salah satu
pulau Indonesia, mungkin kamu lekas bisa menebak maksud saya.
Sesungguhnya tujuan dari menjaga dan melindungi hutan bukan hanya sebagai lumbung bagi sumber kayu dan pangan, tapi habitat beragam fauna dan flora.
Ayolah, katanya Bumi Pertiwi ini gemah ripah loh jinawi, bukan? Apa
kelak kisah alam hijau damai tentram dengan flora dan fauna nan kaya hanya berakhir
sebagai dongeng pengantar tidur untuk anak-anak belaka?
Mari kita ambil kisah keberadaan Gajah. Hewan besar
berbelalai panjang ini sesungguhnya sangat sensitif dengan temperatur tinggi.
Mereka rentan terhadap suhu panas dan sengatan sinar matahari. Kekeringan akan
menjadi bencana yang mempengaruhi angka kematian dan juga reproduksi mereka.
Apa iya, suatu hari nanti, Gajah hanya bisa ditemukan spesimennya di Museum
Zoologi saja?
Nah, bagaimana dengan Paus Biru? Hewan yang masuk dalam
subordo Paus Balin ini dikatakan mampu menyimpan karbon dalam tubuhnya. Selain
itu, keberadaan mereka di lautan, akan membentuk ekosistem di sekitarnya.
Masihkah kelak saat ada kesempatan kita berkunjung ke Lembata di Flores Timur,
mata kita bisa berjumpa dengan mereka? Eits, tapi jangan ikut-ikutan memburu si
Paus ya. Sebab spesies mereka terancam punah.
Iqra. Bacalah.
Belajarlah.
Ada beberapa cara sederhana yang bisa kita semua biasakan untuk menjaga alam dari perubahan iklim. Paling nggak, menunda hal-hal buruk yang menanti kita semua sebagai makhluk hidup di planet ini. Misalnya saja ….
Kembali ke perjalanan saya dan keluarga di Museum Zoologi, saya menemukan pesan tersirat untuk turut menjaga dan melindungi fauna Indonesia.
Mendorong saya kembali mengevaluasi, sudah sejauh mana saya membiasakan
diri untuk berperilaku baik pada alam semula jadi. Termasuk memilih untuk
berwisata tanpa merusak alam, juga menerapkan gaya hidup hemat energi dan pilah
pilih sampah.
Mungkin membuat dunia menjadi seperti sediakala serupa angan-angan, tapi … menunda dan memperbaikinya, bisa saja diikhtiarkan, bukan?
Kembali ke pertanyaan yang ditanyakan pada saya di ruang
wawancara seleksi PPAN Jawa Barat bertahun lalu. Sudah sejauh mana sih saya
mengenal Indonesia yang alam dan budayanya kaya ini?
Ternyata, pertanyaan tersebut, memberi pesan bahwa
mewujudkan rasa bangga pada Indonesia bisa dilakukan dengan belajar mengenal
ragam kekayaan Ibu Pertiwi. Membentuk diri untuk selalu peduli, bagaimana pun
adanya tanah air tercinta ini.
Petualangan singkat ke Museum Zoologi Kebun Raya Bogor
benar-benar menyadarkan saya akan banyaknya ragam fauna Indonesia. Lalu,
bagaimana cara kita sebagai manusia menjalani kehidupan sehari-hari, bisa jadi
memberi sedikit kontribusi pada keberadaan mereka.
Sumber pendukung :
Pengen ke kebon raya tapi keburu musim virus. Jadi gabisa kemana2 deh
BalasHapusSemoga selepas PPKM, bisa mampir ke museum ya Mba.
HapusAsyik banget, jalan-jalan sambil main dan belajar mengenal museum satwa Nusantara. Perubahan alam sangat signifikan sehingga ada beberapa satwa Nusantara sdh tidak ditemukan hari ini perkembangan biakannya.
BalasHapusIya. Bisa jadi penyebab punahnya flora dan fauna selama ini, ada andil kita semua sebagai manusia.
HapusYa ampun, museum zoologi bikin aku inget zaman kuliah, hahaha.
BalasHapusAduh, pengen main ke bogor nih
Hihihi dulu udah pernah ke sini ya Mba?
Hapus
BalasHapusMuseum zoologi keren banget, kalo ke Bogor pasti akan agendakan kesana. Kalo di Jawa Timur adanya Taman Safari Pasuruan
Pengen banget sih aku juga ngerasain ke taman safari di jawa timur Mba. Termasuk ke taman nasional Baluran. Mimpi saja dulu, mana tahu beneran bisa kesampaian bareng suami dan anak-anak juga orangtua.
Hapusaduh asyik banget nih bisa ke zoologi, di Bandung dulu juga ada di kebun binatang Bandung. tiap kesana saya pasti masuk ke zoologi dulu, sayang sekarang udah gak ada lagi, hiks
BalasHapusEh, Acha baru tahu nih Kak Eka. Ternyata ada juga ya museum zoologi di Bandung. Sayang banget kalau sekarang sudah nggak ada,
Hapuskayaknya aku juga masih sujungkuku kalau ditanya sejauh mana mengenal indonesia mbak. Sekarang nggak banyak waktu lagi, tapi pengin mengenal, apalagi kita bisa mendapatkan informasinya dengan mudah.
BalasHapusBismillah, mana tahu sambil membersamai anak-anak dan keluarga, bisa cari tahu banyak juga Mba.
HapusLumayan lengkap juga yaa kak. Jadi kangen jalan2 ke zoo.. Mudah-mudahan pandemi segera berakhir nihh. Pengen banget ajakin anak kesana
BalasHapusAamiin. Mana tahu bisa jalan-jalan lagi ya Kak. Walau rasanya belum tentu bisa sebebas dulu.
Hapusbaguuuusss... sering ke kebun raya tapi belum pernah masuk ke ini karena dulu pasti selalu rame, hihi.. kudu banget kesini nih :)
BalasHapusKapan hari waktu ke sana, senang banget tuh karena tumben saja museumnya nggak terlalu banyak pengunjung. Jadi bisa menjelajah lebih santai.
Hapuswah makin nyaman ya mbak kalo gak rame tuh :) apalagi di masa pandemi gini hihi.. jadi penasaran nih kudu bawa anak-anak kesana pasti seru :)
HapusSeru bangeet ya ke museum zoologi, duh jadi pengen. Aku selalu seneng kalau ke museum, seolah belajar dari masa lalu. Bener kata kk Acha bikin kita mengenal Indonesia dan berbagai fauna di dalamnya. Sama2 berharap semoga negeri ini bisa makin asri
BalasHapusAamiin.
HapusBagaimana pun, kita tetap bantu doa dan usaha semampu kita ya Kak. Sesederhana mengenal Indonesia lebih jauh dari yang selama ini kita pelajari di sekolah.
Keknya makin bagus dan keren nih Kebun Raya Bogor.
BalasHapusDi taman luarnya rasanya juga memang makin bagus penataannya Kak, waktu terakhir aku ke sana,
HapusWaaahh seru banget deh pasti ya mbaaa... Berasa ikut juga kesana nih baca artikelnya
BalasHapusTerima kasih banyak Mba.
HapusMasyaAllah Cha hepi banget bisa jalan-jalan ke sini ya, mengenalkan kepada anak berbagai benda bersejarah dan kita pun ikut belajar. Moga bisa main ke sini aku Cha,
BalasHapusAamiin.
HapusSemoga ada kesempatanmu main ke Museum Zoologi di Kebun Raya Bogor ya Nyi.
Indonesia ini memang kaya dan beragam. Dan jujur saya baru seuprit menjelajah Indonesia, Mbak. Bahkan saya belum pernah ke museum Zoologi ini. Padahal seperti satu kalimat di atas, untuk mengenal Indonesia, tidak hanya membaca buku atau menonton dari televisi, tapi harus melihat langsung. Insya Allah keinginan saya ngebolang ke nusantara bisa terwujud usai pandemi. Aamin.
BalasHapusAamiin. Aamiin Mas Bams.
HapusTapi Mas Bams juga keren karena sudah jelajah banyak tempat di sekitaran tempat Mas tinggal. Terakhir aku baca tentang kisah pantai di sekitaran Kebumen itu di blognya Mas Bams.
Museumnya menarik ya anak-anakku juga suka ke sana
BalasHapusSemoga kelak bisa ke Museum Zoologi bareng anak-anak ya Mba.
Hapusmemang, belajar yang ilmunya bisa tertanam dengan baik itu salah satunya dengan praktek, dalam konteks ini tentunya melihat langsung apa yang kita pelajari seperti berkunjung ke musium zoologi ini...
BalasHapusBetul.
HapusTerima kasih banyak Mba.
Ternyata usianya sendiri udah seabad ya, malah klo hitungan tahun udah dari abad 19, syukurlah masih terawat n kita juga bisa ikutan belajar banyak hal mulai dari sejarah dan keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia
BalasHapusIya lho Mas. Rasanya nggak terbayangkan saja biisa melihat museum yang usianya sudah lebih dari seabad. Entah seperti apa dahulu saat masa pemerintahan Hindia Belanda.
HapusSeru banget ya liburan ke kenun raya bogor. Belom pernah kesitu karna tinggal di Flores. Sekalinya tinggal di jawa pandeminya ga kelar-kelar. Pengen tau lebih dalam tentang fauna indonesia
BalasHapusWah, kecenya Mba Sri tinggal jauh di Flores sana. Tempat yang rasanya kaya banget sama keindahan alam, dari berbagai foto yang tersebar di Instagram sih, aku menangkapnya demikian.
HapusKami yang 10 tahun tinggal di Bogor malah belum pernah ke museum zoologi, duh sayang banget nih. Pertanda kudu datang ke sana suatu hari nanti. Memang mengerikan punahnya fauna endemik atau yang uni di suatu negara, mau tak mau selalu ada peran manusia misalnya kapena habitatnya rusak. Sejak di rumah makanya kami pilah sampah dan ajarkan anak untuk tidak memelihara binatang sebab belum tentu bisa kasih makan dan perawatan yang optimal. Lebih baik berkunjung ke kebun binatang atau museum saja.
BalasHapusAamiin. Semoga lekas ada kesempatan untuk rendezvous ke Bogor ya Mas. Biar bisa menyambangi Kebun Raya Bogor dan mampir ke Museum Zoologi.
HapusWiiiih asyik banget euy, jadi pengen juga main ke Kebun raya Bogor juga nnih.
BalasHapusSemoga kesempatannya segera datang ya.
HapusSeru juga ya jalan-jalan ke museum zoologi.. Boleh nih mampir kalo pas ke Bogor... Selain rekreasi..kita bisa dapet edukasi juga terutama tentang lingkungan
BalasHapusBetul sekali.
HapusAnak saya ngefapns banget sama blue whale... Mudah-mudahan pandemi segera selesai supaya bisa ngajak dia ke museum zoologi lihat kerangka blue whale, dari pameungpeuk ya...
BalasHapusAamiin. Biar bisa merasakan sensasi berjalan di bawah tulang-tulang Blue Whale dan membayangkan seberapa besarnya si Paus Biru ini ya Mba.
HapusDaku tahu paus biru adalah paus terbesar dari jawab games kuis pengetahuan hihi. Dan benar kak Acha kita kalau belajar gak hanya dari buku aja, memang bagusnya terjun langsung seperti ke museum zoologi biar makin paham ya
BalasHapusWah, seru banget game-nya malah ngasih banyak pengetahuan baru.
HapusTerima kasih banyak Kak Fenni.
Entah kapan terakhir aku ke museum kak. Wah, jadi pengen lagi main ke museum nih. Seruuuu yesss
BalasHapusSemoga lekas terlaksana kembali ya.
HapusJujur bahwa saya masih sangat kurang piknik. Malu rasanya karena masih belum banyak mengenal satwa di negeri sendiri.
BalasHapusDuh, kalau ditanya soal cukup atau nggak pikniknya, aku pun pengen ikut menjawab dan tunjuk jari juga deh Mba.
HapusSaya termasuk tipe traveler yang gak mau kalah sama anak sekolah yang sering datang ke museum untuk field trip. Heheh, bisa belajar banyak juga disini. Belajar melihat bentuk, jenis, tanpa harus memeliharanya di rumah.
BalasHapusKece emang Kak Musti ini. Mantap jejak perjalanan traveling-nya. Selalu ngasih pesan dan pengetahuan dalam setiap tulisan di blog Kakak.
HapusNah iya, tanpa harus memeliharanya di rumah.
Jadi pengin ajak si kecil ke Kebun Raya Bogor. Sudah menjadi rencana dari jauh hari, tapi pandemi tak kunjung usai. Menjaga lingkungan memang harus ya, mba. Karena, selain pohon ada flora dan fauna yang hidup di dalamnya.
BalasHapusSemoga lekas ada kesempatannya ya Kak. Walau mungkin nanti belum bisa masuk ke museum zoologi, tapi berkeliling sekitar Kebun Raya saja sudah banyak pengetahuan tentang flora Indonesia lho.
Hapuswah jauhnya di bogor,,, buat jalan2 sama keluarga sambil mengenalkan ke si kecil apa yang ada di museum asik ya kak
BalasHapusBetul sekali Kak Rini.
HapusPengantar dari tulisan ini sangat bagus sekali. Lalu kita diperhadapkan pada masalah yang sebenarnya bahwa kekayaan fauna dan flora Indonesia itu sangat luas dan bervariatif dan belum dapat kita kenal dengan baik. Sebagai warga yang tidak ingin adanya gloal warming terjadi, perlu adanya kesadaran untuk tetap memelihara fauna dan flora sesuai dengan kemampuan kita.
BalasHapusDuh, terharu tulisanku disambangi sama Ibu. Terima kasih banyak Bu Ina.
HapusGara-gara baca tulisan ini, aku jadi tahu ada Museum Zoologi di Kebun Raya Bogor. Next time ke tempat ini aku akan kunjungi museumnya juga
BalasHapusHihihi semoga jadi referensi jalan-jalan ya Mba.
HapusBeberapa kali main ke KRB tapi lupa deh pernah ke museum ini atau ngga hehe pernah sepertinya tapi lupa euy sudah lama sangat
BalasHapusNah lho nah lho Mba Visya hihihi.
HapusAnakku seneng nih kalau diajak ke museum gini. Pas pandemi gini tetap buka dan ada syarat buat masuk gak sih mbak?
BalasHapusBiasanya sih pengunjung akan dibatasi Mba,
HapusPerubahan iklim itu memang berasa banget skr ini. Pas trakhir ke Jepang sebelum pandemi, saat winter yg sama kayak tahun2 sebelumnya aku kesana. Tapi kalo sebelum itu winter di bbrp tempat bisa mencapai minus dan salju tebel, pas aku balik, bulan yg sama, kota yg sama, suhunya hanya 2 dercel dan tidak ada salju samasekali. Warm winter orang lokal nyebutnya. Udah tanda2 kalo iklim memang sedang bermasalah. :(
BalasHapusMuseumnya keren sih ini mba. Aku belum pernah ksana. Ntr kalo udh aman, pengen ajakin anak2 deh. Naaah mereka seneng liat museum yg berisi aneka fauna gini, apalagi ada tulang aslinya :o.
Duh, bahkan sampai ada warm winter ya Mba.
HapusNggak kebayang bagaimana jadinya Bumi nanti, saat semuanya makin parah.
Semoga bisa mencoba rasanya main ke Museum Zoologi di Bogor ya Mba.
jadi pingi ke kebun raya bogor dan khusus ke Museum Zoologi
BalasHapuskarena dulu sering ke kebun raya Bogor tapi kayanya belum pernah ke Museum Zoologi
berasa kudet deh :D :D
Hihihi berarti perlu dicoba ini Ambu.
HapusHaduduuu...Baca tulisan ini mengingatkan aku waktu study tour jaman SMA,pelajaran Biologi dan tugasnya mencatat semua yang ada di Museum Zoologi. Sepakat banget kalo mempelajari fauna ga hanya teoari saja, tapi prakteknya datan langsung akan memberikan sensasi yang luar biasa karena melihat dan merasakan langsng.
BalasHapusWadudu gurunya Teteh dulu terniat banget dong ya ngasih tugasnya biar keliling museumnya beneran semua dijadiin catatan.
HapusSuka dengan kata-kata ini:
BalasHapusMungkin membuat dunia menjadi seperti sediakala serupa angan-angan, tapi … menunda dan memperbaikinya, bisa saja diikhtiarkan, bukan?
Betul Mba. Semua bisa diikhtiarkan. Walau hal kecil, yang penting kita sudah berusaha. Dan hal yang besar itu berawal dari hal yang kecil. Bagaimana jika jutaan orang melakukan hal kecil tersebut? Pasti dampaknya untuk bumi kita akan gede banget.
Nanti kalau pandemi udah berakhir, pengen ajak anakku ke sini juga. Tempatnya edukatif dan menyenangkan :)
Nah, sepakat sama Mba Ning. Bagaimana jika hal kecil tersebut dilakukan oleh banyak orang. Mana tahu dampak baik yang didapat akan besar. ya kan?
HapusWah pengin ke sini jadinya. Saya tinggal di Bogor dan sudah beberapa ke KRB tapi malah belum pernah ke museum ini. Semoga pandemi segera usai pengin jelajah Bogor lagi
BalasHapusAamiin. Semoga pandemi lekas usai biar kita bisa jelajah Bogor lagi ya Mba.
HapusMuseum Zoologi Bogor ini bagus banget buat mengenalkan anak pada Lingkungan hidup. Koleksinya lengkap Dan sekarang Makin rapi juga informatif
BalasHapusIya Bang Aip. Senangnya, koleksi di sana makin rapi, walaupun ya nggak seramai dulu.
HapusMasyaAllah seru banget membacanya Mbak. Seakan ikut petualang ke museum. Kami belum sempat ke museum seperti itu, tapi pas di Surabaya pernahnya ke Kebun Binatang. Jelas masih lebih lengkap di Kebun Raya Bogor
BalasHapusTerima kasih sharingnya Mbak
Terima kasih banyak juga sudah berkunjung ke blogku ya Mba April.
HapusWah serunya jalan-jalan ke museum yang keren banget begini. Jadi mupeng banget pengen melihat langsung kesana kak
BalasHapusSemoga lekas ada kesempatannya ya Mba.
HapusBagus banget tempatnya. Aku suka jalan-jalan ke museum, sayangnya museum di kotaku nggak bervariasi. Semoga ada kesempatan buat ke Bogor dan ngajak anak-anak ke museum ini aah.
BalasHapusSemoga ya Mba.
HapusBerasa kudet deh karna belum pernah kesana huhu... Padahal dulu jamannya masih merantau di JKT ya bisa2 aja kan kalo mau main kesana hmm
BalasHapusNggak apa-apa Mba. Semoga ada kesempatan selanjutnya ya.
HapusWah aku kangen nih udah lama ga vakansi ke museum lagi. Denger-denger sih bentar lagi tempat wisata mau dibuka perlahan ya. Semogaaaa... karena aku udah rindu jalan-jalan.
BalasHapusDan kebetulan museum zoologi ini belum pernah kukunjungi. Mungkin next perlu kucoba ya.