Novel Fantasi Majava : Sebuah Dunia Berlatar Lokal Sunda

Laughing Under The Clouds : Saudara Lebih Berharga Daripada Negara


Terima kasih sebelumnya atas terselenggaranya Pekan Sinema Jepang 2018 yang berlangsung di CGV Grand Indonesia, hasil kerjasama dengan Japan Foundation dan CGV yang diadakan sampai di empat kota, hingga saya beruntung bisa menyambanginya, walaupun hanya satu hari saja. Niat hati ingin seenggaknya menonton dua film, saya cukup senang sih sebab pada akhirnya hanya film Jepang Laughing Under The Clouds ini yang bisa saya saksikan. Alhamdulillah.

film-bertema-samurai
taken from MyDramaList


Film garapan sutradara asal negeri Matahari Terbit yang sudah biasa meng-handle project-project untuk drama TV, drama panggung, animasi, games, video musik, film pendek, dan iklan TV ini, yaitu Katsuyuki Motohiro, sejujurnya membuat perasaan saya campur aduk di dalam ruang studio. Saya bahkan sampai lupa menikmati camilan saya, saking fokus dan terharu juga deg-degannya. Ah, bahagia sekali rasanya, karena saya punya kesempatan untuk menyaksikan film ini di studio bioskop, lebih hidup tentunya ya kan?
 
japan-film-festival
Laughing Under The Clouds

Opening film ini epic buat saya. Benar-benar menggambarkan kehidupan masyarakat Jepang para masa sesudah runtuhnya pemerintahan Shogun dan Samurai – masa Edo – yang beralih ke sistem pemerintahan Meiji. Warna-warni masyarakat Jepang yang kemana-mana terbiasa memakai yukata, kimono, beserta geta nampak sekali. Ngomong-ngomong, baru lihat opening-nya saja, apalagi sudut pandang pengambilan gambarnya, saya sudah ter-wow lho.

Memang, film Laughing Under The Clouds yang bertema action ini akan sedikit banyak mengingatkan tentang Samurai X … sebab setting jamannya sama. Atau kalau anak jaman sekarang juga mengenal Naruto. Tetapi musuh besar yang harus dikalahkan oleh tiga bersaudara dalam klan Kumou (terjemahan bebas untuk kata “Awan” dalam bahasa Jepang) ini, bukan lagi manusia, melainkan seekor makhluk legenda yang berupa ular raksasa bernama Orochi (baiklah, Orochi memang artinya ular) yang hidup kembali setelah 300 tahun dan membawa bahaya bagi negara. 

Singkatnya, Laughing Under The Clouds ini akan menyajikan epic-nya pertempuran dari tiga bersaudara Kumou, yaitu Tenka, Soramaru, dan Chutaro, yang juga merupakan sisa terakhir penjaga kuil Kumou. Bersama dengan tentara pemerintah Meiji, mereka berjuang untuk mencegah Orochi hidup kembali. Sayangnya, klan ninja Fuma yang jahat, mencoba menggunakan kekuatan Orochi untuk melemahkan pemerintahan dan mengambil alih Jepang. Apa sih motifnya? Politik. Titik.

Usut punya usut dari partner saya, Nofeldy Kakao, yang memang lebih mendarah-daging kalau urusan komik dan anime, ternyata film Laughing Under The Clouds ini diangkat dari komik yang berjudul Donten ni Warau karya Karakara-Kemuri, dan laku banget di Jepang sana. 

Ok, kali ini saya agak katrok, biarlah. Sayangnya ternyata, apa yang Kakao-kun tangkap sebelumnya dari komiknya, berbeda dengan yang ternyata saya tangkap seusai menyaksikan film ini. Kalau buat doi, ini tentang sedikit sibling rivalvy, kalau buat saya, ini tentang keteguhan hati seorang Tenka Kumou yang bertanggung jawab sebagai anak sulung untuk membesarkan kedua adiknya, juga menjaga kuil Kumou peninggalan orang tua mereka. 

Sampai dia mau mengorbankan masa depannya yang sudah lebih dulu bergabung dalam pasukan khusus tentara pemerintah Meiji lho.

Bayangkan. Ada gitu ya, orang yang segitunya mau mengorbankan masa depan yang jelas-jelas pastinya akan gemilang, tanpa rasa terpaksa atau minimal terbebani, kalau bukan karena yang ia urusi itu akhirnya adalah dua orang adiknya yang masih kecil-kecil? 

Yakin, dia nggak sesekali merasa sedih dengan keputusannya itu? Lalu, apa bisa, dia yang seorang anak lelaki dan masih muda pula, menjalani tuntutan kehidupan sebagai tulang punggung, dan pelindung kedua adiknya sekaligus. Sanggup dia mengurusi kedua adiknya sendirian? 

Kalau kamu sudah menyaksikan film ini, kamu akan paham perasaan saya, bahwa mengurusi diri sendiri saja kadang sulit bagi seorang remaja, bagaimana jika dia harus berjuang membesarkan dua adiknya yang satu bayi dan satu lagi batita? Sementara masa depannya menunggu, namun takdir merenggut nyawa kedua orangtuanya lebih dahulu.

Hebat ya Tenka Kumou. Salah satu tokoh sentral dalam film ini yang dari luar terlihat cengngesan tetapi ternyata sangat berwibawa sekali. Bahkan dia membiarkan jalan hidupnya diciptakan oleh takdir, sehingga walau dia bukan lagi bagian dari tentara khusus Meiji, tapi keberadaannya sangat penting untuk menjaga negara. Kok bisa? Makanya, nonton deh.

Tapi ya begitulah. Namanya juga membesarkan adik sendiri, nggak seratur persen si adik akan menurut dan selalu menyenangkan hati. Sebab anak manusia lahir dan besar dengan karakter unik yang berbeda-beda, dan membesarkan adik seorang diri ini ada saja ujiannya. 

Mungkin bagian inilah yang membuat Kakao-kun dulu sempat mengambil kesimpulan kalau Laughing Under The Clouds ini berkisah tentang sibling rivalvy yang dibalut oleh gerakan dan serangan keren khas action Jepang ber-setting jaman peralihan Edo dan Meiji. Tapi ya … kalau sudah sukses nonton sampai akhir, mungkin sudut pandang dan kesimpulan yang akan kamu rasakan setelahnya, juga akan berbeda dengan saya, pun dengan Nofeldy Kakao.

Tokoh Tenka Kumou sukses membuat saya jatuh cinta. Ada gitu ya, lelaki yang kelihatannya cengengesan ampun-ampunan, tapi disegani banyak orang. Kalau di sini, susah banget ketemunya ya. Pun rasa sayang yang dia tunjukkan untuk kedua adiknya, berasa banget. Itulah mengapa, untuk kamu yang gampang terharu seperti saya, siapkan tisu sebelum menyaksikan Laughing Under The Clouds, Jangan korbankan baju atau kerudungmu untuk menghapus setetes dua tetes airmata haru.

Itulah Tenka Kumou, sosok yang pada akhirnya lebih memilih membesarkan kedua adiknya daripada kembali untuk melanjutkan karirnya sebagai tentara pemerintahan Meiji. Pun, masih banyak kejutan asik dalam film ini yang kalau saya ceritakan, saya tega sekali pada Katsuyuki Motohiro karena sudah menyajikan film ini untuk ditonton. Ada cukup banyak bagian yang membuat penonton – iya saya – terkejut selama menyaksikannya. Ada banyak poin cerita yang membuat saya akhirnya nggak menyangka. Duh, ini berat untuk diungkapkan.

Tapi semua hasil karya manusia kan nggak sempurna seperti yang Tuhan Maha Pencipta ciptakan kan ya. Ada sih beberapa poin cerita yang membuat saya bingung … lah kenapa bentuknya si Ororchi nggak seseram yang saya bayangkan … atau, ih apa sih maksudnya salah satu anggota klan Fuma yang kelihatannya tulus dan baik tapi ternyata menusuk dari belakang itu, terus ternyata dia beneran baik. Hmm, kamu bingung ya?

Sudah ya, sampai di situ saja blurb dari saya untuk film ini. Silakan saksikan sendiri dan mohon bawa tisu kalau kamu mudah terprovokasi untuk nangis, juga lebih baik pilih teman menonton yang nggak bakalan spoiler atau banyak komentar saat menonton. Sebab film ini benar-benar membekas di hati.
Mungkin kamu akan mendapatkan kesan yang berbeda dari saya jika sudah menyaksikan film Laughing Under The Clouds ini juga. Boleh kok kalau kamu punya sudut pandang berbeda dan ingin membaginya pada saya di kolom komentar. Saya akan senang sekali.





Komentar

  1. Harus nonton sendiri ya biar gak penasaran dengan jalan ceritanya... Greget jadinya hehehe

    BalasHapus
  2. Cara bertutur Teh Acha personal banget kala bahas film, bikin penasaran yang baca namun tak spoiler. Asyik bisa nonton di bioskop, saya mah sudah lama tak pernah gitu lagi. Saya suka film Jepang tema kuno, ada pedang dan samurai. Film favorit saya "Watchout Crimson's Bat" 1 dan 2. Nonton di TV kala SMP, he he. Tentang samurai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya ampun itu film lama banget Teh. Kalau aku mulai eungeuh paa jaman Samurai X.

      Terima kasih banyak Teteh. Semoga Teteh bisa punya banyak kesempatan untuk ke bioskop lagi.

      Hapus
  3. haiyaaa pas banget ini ... tadi lagi mikir mau nonton apa ya yng alurnya bikin greget.... cobain ah...

    BalasHapus
  4. Aaaahhh jadi kepo juga Ama filmnya... Tapi karena actionnya berarti ga bisa bawa anak ya kak...?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau anaknya kelas 3 SD ke atas yang udah paham tema action mirip Naruto atau Samurai X, boleh ko ka. Nggak ada adegan bunuh bunuhan ko. Pacar pacaran juga nggak.

      Hapus
  5. Kurang suka nonton, tapi suka penasaran apalagi kalau pas baca review seru gini, hihi. Padahal ya orang2 mah ga suka baca review dulu, saya malah seneng baca dulu kalau tertarik nonton,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi ... Mba unik.

      Terima kasih banyak sudah mampir ya mba.

      Hapus
  6. Keren, jadi ingin Nonton. Soalnya Saya meyakini keluarga adalah support system yg utama

    BalasHapus
  7. Nontonnya berarti cuma di CGV Grand Indonesia aja ya mbak? Baru tau akau kalau ada festival film Jepang :D
    Kyknya menarik filmnya, yeah cowok2 kyk gtu mungkin hanya ada di fantasi #eh xixii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba. Festival Film Jepang biasanya diselenggarakan di Grand Indonesia untuk penonton Jabotabek.

      Hapus
  8. wah film jepang..sudah lama sekali aku gak nonton film jepang. malah kekenyangan nonton korea

    BalasHapus
  9. Awalnya gegara suami yg suka baca komik dan nonton Naruto, akhirnya aku jadi ikut2an nonton juga meskipun belum tuntas nontonya.

    Haruskah aku ajak suami nonton ini juga? Kayaknya dari penjabaran Ka Acha serru niy filmnya..

    BalasHapus
  10. wah.... akutu malah baru tahu film ini padahal dulu lumayan suka nonton dorama dan film Jepang, ngga cuman film tapi juga animasinya. Keren juga nih... btw posternya mirip samurai X. dari zaman yang sama ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Setting jamannya sama ka. Sama sama jaman peralihan antara kekaisaran dan kekuasaan meiji.

      Hapus
  11. Wah jarang banget nonton film Jepang nih...padahal asuik2 ya motal ceritanya banyak yg bagus juga....saya palingan film Oshin aja..hahaha..

    BalasHapus
  12. Kalau di dunia nyata, sosok laki2 macam gitu pasti banyak yg ngefans mb
    Saya belum pernah nonton, tapi kalau baca ini sih jadi tertarik
    Dan lagi saya suka dorama dan film Jepang
    Menurut saya pesan moralny mendalam dan cara penyampaianny secara implisit
    Itu yg lebih "nyakitin" lebih "nusuk" lebih dapet feelny

    BalasHapus
  13. waaah kayanya seru nih filmnya, jadi pengen nonton jugaa <3

    BalasHapus
  14. Film Jepang ternyata ada yang keren hehehe terakhir nonton itu Bleach yang di filmkan selain itu jarang banget nonton film Jepang, film ini kayaknya recomended nih coba nanti aku cari

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan mba.

      Aduh Bleach yang live action nggak sampai habis kutonton. Gara garanya terlalu banyak ekspektasi. Harus ngasih jeda dulu.

      Hapus

Posting Komentar