Novel Once in a Moon dan Sepasang Gajah Sumatra Di Sampulnya

Taisho Otome Otogibanashi (2021) : Si Gadis Pembawa Badai Musim Semi

Anime Taisho Otome Otogibanashi membawa saya untuk memahami, betapa kasih sayang dan ketulusan, termasuk sebuah perhatian sederhana, bisa menyembuhkan luka batin yang berdarah dan menganga lama. Pun keberanian untuk mengasihi begini, nggak bisa ditukar dengan uang.

Dalam tiga menit pertama, Ka Acha sudah dibuat jatuh cinta dengan alur kisah dalam anime yang diangkat dari manga berjudul sama, dan ditulis oleh Kirioka Sana. Dimana anime ini pun sering disebut dengan judul lain, Taisho Maiden Fairy Tale.

 

Sinopsis Awal Anime Taisho Otome Otogibanashi

Pesimis.

Itulah kata pertama dan menjadi scene pembuka untuk mengenalkan tokoh Tamahiko Shima yang punya kehidupan kelam nan depresif. Ia lahir dalam keluarga Shima yang kaya, terpandang pula di era Taisho. Sayangnya, ia tumbuh tanpa bisa mencicipi rasanya dikasihi, disayangi secara utuh orang keluarganya sendiri.

Hingga sebuah kecelakaan mobil menimpanya. Ia yang sedang bersama ibunya kala peristiwa nahas itu terjadi, harus mendapati tangan kanannya lumpuh, di usianya yang baru menginjak 17 tahun. Di samping kenyataan pahit bahwa sang ibu, Touko Shima, meninggal.

Selanjutnya, tentu saja ia diasingkan oleh keluarganya sendiri. Semua saudaranya, mulai dari kakaknya, Tamaki dan Tamayo, juga kedua adiknya, Tamao dan Tamako, menyalahkan dirinya atas kepergian ibu mereka. Di sisi lain, ayahnya, tuan Tamayoshi Shima, bahkan memilih menganggapnya meninggal dan mengasingkannya ke vila milik keluarga mereka di Chiba.

“Kalau tangan kananmu sudah tak berfungsi lagi, artinya kau sudah tak dibutuhkan di keluarga Shima. Enyahlah dari hadapanku.” Begitulah yang Tamayoshi Shima selaku ayahnya katakan, ketika keadaan Tamahiko mulai membaik.

Sakit? Ya … begitulah hal pertama yang terlintas dalam benak Ka Acha sebagai penonton. Bukan sepenuhnya Tamahiko yang sakit secara fisik dan mental, tapi ayahnya lebih kurang sehat lagi pikirannya. Apa karena ia begitu tamak dengan harta dan menjaga nama baik keluarga sebagai keluarga kaya nan terpandang, sampai tega membuang anaknya dengan gampang?

Apa yang bisa Tamahiko lakukan dengan benar setelah tangan kanannya lumpuh lalu dibuang oleh keluarganya?
 
Tentu saja, Tamahiko yang sudah diasingkan ke rumah keluarga di sebuah pegunungan nan jauh dari mana-mana di Chiba pun, selalu berharap agar dirinya lekas mati saja. Hidup sendirian di sana, dengan tangan kanan yang susah digunakan, tentu menyiksa bukan? Ia selalu berharap agar nggak pernah terbangun lagi, setiap kali tidur malam. Hasilnya, depresinya membawanya pada insomnia berat.

Sampai pada suatu malam bersalju, seorang gadis datang, mengetuk pintu rumah yang ditinggali Tamahiko sendirian. Gadis itu tentu saja bagian termanis dalam kisah ini, si pembawa badai mmusim semi, Yuzuki Tachibana. Tubuhnya yang mungil, di usianya yang baru 14 tahun, harus menanggung kenyataan, bahwa ia dibeli oleh keluarga Shima untuk menjadi pengantin bagi Tamahiko, mengurusinya setiap hari.

Yuzuki bukanlah benar-benar dari keluarga sulit, tetapi cukup sederhana. Terasa sekali kalau keluarga Yuzuki ini terpelajar. Apalagi Yuzuki sempat menjalani masa bersekolah di sekolah puteri, sekolah bernuansa liberal di masa Taisho. Hanya saja, pamannya yang berutang pada keluarga Shima, membawa kesulitan bagi seluruh keluarga Tachibana, dan demi membayar utang 10,000 yen, ia mau dibeli oleh tuan Tamayoshi.

Yuzu – mari kita sebut Yuzuki selanjutnya dengan nama ini – pelan-pelan membawa perubahan pada hidup Tamahiko. Bukan serta-merta ia lekas berbuat baik dan penuh perhatian pada Tamahiko sebenarnya. Tamahiko, tanpa disadari, memberi kontribusi besar hingga Yuzu berjuang untuk menjaga Tamahiko sebaik-baiknya.

Kedatangannya di kala salju sedang turun lebat. Perjalanan sejauh 3 kilometer yang membuatnya kedinginan. Disambut dengan cukup baik oleh Tamahiko yang lekas memintanya melepas mantel tipisnya, lalu memakaikan mantel yang ia kenakan, pada tubuh mungil Yuzu. Di sinilah kunci utama dari ketangguhan Yuzu untuk bertahan tetap bersikap tulus menyayangi Tamahiko.

Tapi, apa iya, depresi dari Tamahiko bisa diatasi bersama-sama dengan Yuzu? Apa mereka akhirnya akan benar-benar menikah, ketika nantinya Yuzu berusia 15 tahun, sebagai standar usia menikah di Jepang kala itu?

Bagaimana dengan keluarga Shima, apa benar-benar mencoret nama Tamahiko dalam kartu keluarga? Lalu, selepas itu, bagaimana nantinya Tamahiko bisa berjuang untuk bertahan hidup bersama dengan Yuzu, sementara sekolahnya belum selesai, dan ia sebenarnya nggak punya pekerjaan – beraktivitas harian saja sulit, selain hal-hal ringan?

Lalu, apakah Yuzu benar-benar bisa membuat Tamahiko jatuh cinta padanya? Apa Yuzu bisa membantu Tamahiko memperbaiki hubungan dengan keluarganya, atau malah membiarkan semuanya berjalan tanpa perubahan? Apalagi kan, Yuzu pun secara nggak langsung seperti dibuang juga sama keluarganya, karena ia dijual dan dipaksa menikahi bocchan, tuan muda, Tamahiko Shima.

Kesan Menonton Taisho Otome Otogibanashi

Sebelum kamu bertanya di kolom komentar, dimana saya menyaksikan anime bergenre komedi romantis dan slice of life yang naskahnya ditulis oleh Hiroko Fukuda ini, maka ijinkan Ka Acha menjawab duluan ya. Kamu bisa menyaksikan 12 episode lengkap dengan terjemahan Bahasa Indonesia melalui channel Muse Indonesia di Youtube.

Tenang saja, kamu menonton secara legal kok walau hanya kamu bayar dengan kuota yang kamu miliki. Muse Indonesia yang berada di bawah naungan Muse Communication, mendistribusikan berbagai anime legal dari Jepang ke berbegai negara di Asia Tenggara. Jadi, kalau main ke channel Muse Indonesia, banyak sekali anime legal terbaru yang bisa kamu saksikan di sana.

Sayangnya, saya yang suatu ketika pernah kangen sekali untuk menonton ulang anime Golden Time, ternyata nggak menemukannya di channel ini. Mungkin memang berbatas waktu ya penayangannya. Kalau sudah terlalu lama, bisa jadi nggak dimunculkan lagi.

Selanjutnya, mari kita kulik dulu, mengapa anime yang menghadirkan karakter Tamahiko Shima yang suaranya diisi oleh Yusuke Kobayashi, dan Yuzuki Tachibana yang suaranya dimainkan oleh Saya Aizawa ini, diberi judul Taisho Otome Fairy Tale. Penasaran nggak sih?

Tentu saja sebab latar waktu dari anime yang diadaptasi dari manga karya Sana Kirioka dan diterbitkan oleh imprint Jump Comics+ milik Shueisha ini, berada di era Taisho. Masa sepanjang tahun 1912 – 1926 di kala pemerintahan kaisar Yoshihito, peralihan dari era Meiji. Memang sih, awal kisahnya ya nggak dari tahun 1912 banget, tapi dari akhir tahun 1920-an.

Di masa ini, Jepang sedang menuju ke masa modern. Di mana sedang masa-masa hype-nya perkembangan budaya liberal, dan menjadikan Jepang berada dalam masa demokrasi Taisho. Saya jadi teringat akan sejarah dari kisah di distrik Jiyugaoka yang berada di Tokyo, distrik yang dikenal juga sebagai the little Europe of Tokyo. Ada lho scene dimana Tamahiko dan Yuzu jalan berdua ke Tokyo dan seperti ada di distrik ini.

Bukan hanya itu saja. Kisahnya walau bermain-main di genre slice of life, tapi termasuk lengkap buat saya. Setiap karakter pelengkap cerita, dimunculkan satu per satu dalam keseharian Tamahiko dan Yuzu yang bikin wajah saya kalau nggak bersemu merah malu ya tertawa geli.

animasi love
Siapa yang nggak tenang dan nyaman kalau diperlakukan begini? Merasa disayangi begini?

Banyak pula kejutan-kejutan yang bikin saya nggak bisa berhenti menonton. Bahkan, sebelum menulis ulasan ini, saya kembali mengulang beberapa episodenya, saking saya sukanya. Saya selalu berbunga-bunga dan gemas sendiri setiap membayangkan kelakuan tokoh Tamahiko lho. Duh, ini kalau jadi live action, semoga pemerannya beneran ganteng. Umm, Kentaro Ito misalnya. E tapi yang lain juga nggak apa.

Saya paling terkesan dengan berbagai perlakuan sederhana yang diberikan Yuzu kepada Tamahiko, sampai dia memosisikan dirinya di hati Tamahiko sebagai orang yang paling bisa menjaga mood baik untuk Tamahiko yang menjalani kehidupan dalam pengasingan. Itu beneran nggak mudah.

Ada pula sisipan sejarah tentang bencana gempa Kanto yang dimunculkan dalam anime karya dari studio SynergySP. Bagian yang bisa membuat penonton macam Ka Acha auto mencelos patah hati dan nggak tenang jiwa. Mau nangis. Eh, udah nangis sih, beneran sampai mewek di bagian itu. So, kisahnya nggak manis terus kok. Kaya dan penuh rasa banget plotnya.

Ah ya, ada kejutan dari anime Taisho Maiden Fairy Tale yang nggak pernah saya lupakan dan berhasil memikat saya sejak tiga menit pertama. Lagu-lagu dalam jalinan kisahnya.

Soundtrack Dalam Taisho Otome Otogibanashi

Kalau kamu berkesempatan menonton episode pertamanya, kamu akan ternganga karena lagu yang dinyanyikan oleh Yuzuki di bawah hujan salju saat menuju rumah Tamahiko, dan lagu itu adalah lagu kebangsaan tanah air kita, Ibu Pertiwi judulnya. Kamu tahu lagunya kan? Tapi, berbahasa Jepang dan makna lagunya beda banget lho.

Bagaimana lah Ka Acha nggak tercengang waktu mendengar lagu Hoshi no Yo yang ternyata sudah jadi lagu wajib di sekolah-sekolah pada masa Taisho ini, kalau bukan karena melodinya yang beneran mirip sama lagu Ibu Pertiwi.

Kenyataan mengejutkannya, lagu Hoshi no Yo lebih dulu diadaptasi dari lagu gereja Katolik berjudul What A Friend We Have In Jesus yang muncul pada 1868. Diadaptasi ke lagu Hoshi no Yo di Jepang pada 1910 dan liriknya ditulis oleh Daisui Sugitani, lalu dinyanyikan di banyak sekolah menengah pertama di sana. Nah lho.

Terus, baru diadaptasi menjadi salah satu lagu kebangsaan Indonesia nih musiknya pada 1958 dengan lirik yang ditulis oleh Kamsidi Samsuddin. Sebelumnya sih – katanya lho ini tapi – sering dinyanyikan juga diberbagai gereja Protestan maupun Katolik Indonesia dengan lirik yang berbeda-beda. Mohon koreksi dari teman-teman kristiani dan nasrani ya, sebab Ka Acha nggak paham banyak.

Bukan hanya itu saja. Ada empat buah lagu lainnya yang nyaman sekali didengar, yaitu Tsukiyo no Kotori dan Koi no Uta yang dinyanyikan oleh Ayasa Ito, juga Magokoro ni Kanade yang dibawakan Sunichi Toki, serta Otomeno Kokoroe dari GARINDELIA.

its not a kiss scene ya ... ini periksa demamnya Tamahiko. But than, Ka Acha baper berkepanjangan

Semua lagunya sukses membawa saya ikutan tenggelam dalam kisah cinta penuh manis dan lucu dari Yuzuki dan Tamahiko. Mewarnai perjalanan Tamahiko untuk kembali menemukan harapan hidupnya, juga membawanya berjuang untuk bisa menjadi lelaki yang nggak pesimis lagi, walau cacat di tangan kanannya nggak mungkin disembuhkan.

Selanjutnya, sebagai penonton baper, saya berharap akan ada anime lanjutan dari anime ini. Mungkin nantinya judulnya nggak akan pakai kata taisho lagi, karena setelah tahun 1926 kan, Jepang berubah era lagi. Dari seri manga-nya sih, judul lanjutannya itu Shōwa Otome Otogibanashi. Soalnya kan sisi kelam keluarga Shima belum sepenuhnya dibuka lebar di seri Taisho Otome Otogibanashi nih.

Kalau kamu baca-baca di dunia maya sih, banyak yang sudah tebar-tebar spoiler dari kehidupan lanjutan Tamahiko dan Yuzuki ini. Tapi, akan selalu ada beda antara media kreatif cetak dalam hal ini manga, dengan versi visual yaitu anime. Kalau pun nantinya ada live action, ya nggak akan plek-ketiplek sama juga kan. Akan ada gregetnya masing-masing.

Bagaimana, kamu tergoda untuk menonton anime Taisho Otome Otogibanashi juga?

Komentar

  1. Wih anime lovers pasti nonton ini, hehe sejak dulu aku juga suka nonton anime yang udah gak tayang lagi. Tapi udah banyak anime yang gak kalah seru sekarang, ya, penggemar one piece perlu nonton yang lain dulu nih apalagi kalau ringan-ringan kayak ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya yuk Mba pindah haluan sebentar lirik lirik karya lainnya dari para animator.

      Hapus
  2. Dah lama nggak nonton anime. Dalam benakku anime memiliki banyak kesan negatif wkwkwk. Ternyata ada yang bagus juga yak. Emang dimana mana kalau mau nyari film ya kudu teliti hihu makasih kak share-nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama.
      Anime itu sama dari jenis tontonan lainnya, nggak selalu pas untuk anak-anak. Sisi positif dan negatif pun selalu ada dalam hal apapun itu.

      Hapus
  3. Pas membaca ringkasan ceritanya, saya langsung tertarik dan bertanya-tanya bisa nonton di mana ya, Mbak? dan di bagian tulisan selanjutnya sudah dijelaskan. Asyik.. segera meluncur, Mbak. Bisa saya pelajari untuk proses menulis cerita saya nanti. Pastinya penasaran juga dengan akhir ceritanya. Intinya, kasih sayang memang bisa membuat orang-orang bahagia.

    BalasHapus
  4. wah ada anime yang seru nih, alur ceritanya juga unik. Saya juga pengen nonton. Apalagi sudah ada spoiler tentang soundtracknya. Makin bikin penasaran

    BalasHapus
  5. Kayaknya kalau nonton ini, perasaan jadi campur aduk deh, sebel banget sama keluarga Tamahiko, dan sedih sama keadaannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, nyebelin banget sampai aku pun, kenapa kehormatan keluarga dan harga lebih tinggi statusnya daripada pertalian darah sebagai anggota keluarga.

      Hapus
  6. Reviewnya panjang dan lengkap, deh!
    Sedih aja membayangkan menjadi Tamahiko.
    Jadi penasaran, nanti di akhir cerita ayah dan saudara-saudaranya berbalik menyayangi Tamahiko apa enggak, ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya kalau pertanyaannya begini, lebih baik coba ditonton deh.

      Hapus
  7. Udah lama bangetttt nggak nonton anime. Jujur kangen berat, tapi apa daya emak2 kurang waktu terusss.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Prioritaskan dulu memang Mba, sebab jadi emak emak sesungguhnya nggak akan menghalangi banyak pilihan sebagai individu kok.

      Hapus
  8. Awalnya saya kira Tamahiko itu perempuan. Ternyata setelah diceritakan tokoh Yuzu, Hem... Baru tahu ternyata laki laki ya.
    Dan jadi penasaran banget akhir dari kehidupan bersama mereka bagaimana...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi nama orang Jepang kadang bikin bingung si doi ini gendernya apa buat orang Indonesia seperti kita ya Teh.

      Hapus
  9. aduh kayanya udah lama bgt ga nonton anime jepang,dulu terakhir waktu kecil/remaja kali ya sekarang malah ga sempat. mungkin nyarinya yg bisaditonton sama anak kalo sekarang.jadi penasaran dh channel Muse di youtube.ccoba ah cari anime yg lain. makasih infonyakak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan Mba. Kalau bareng sama anak, cari yang bisa untuk emua umur saja.

      Hapus
  10. Wae, syahdu gini ceritanya ya kak. Aku kepo berat langsung kucari deh. Duh, sumpah bikin baper

    BalasHapus
  11. Ya ampun baper baca reviewnya doang kwkw...meski pas baca usia agak gimana, 14 dan 17 tahun huhuhu tapi setelah tahu settingnya tahun berapa jadi bisa terima, secara di Indonesia tahun segitu pun menikah usia segitu. Aku suka baca detil review-nya, Kak Acha beneran mewakili cerita animenya...kaj jadi pengin nonton juga akunya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak Mba Dian.

      Hihihi iya, kalau nggak eungeuh latarnya di jaman Taisho tuh bisa langsung kepikiran "waduuu udah pernikahan dini aja" gitu ya Mba. Tapi jaman dulu memang sepertinya menikah di usia remaja itu biasa.

      Hapus
  12. Yang saya tahu anime itu sekedar one piece saja, tapi setelah baca review Taisho Otome Otogibanashi ini jadi tertarik dengan alurnya yang bagus. Penasaran dengan ending Tamahiko dan Yuzuki

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak sebenarnya anime itu. Sama seperti tontonan baik film maupun serial saja pada umumnya.

      Hapus
  13. Saya jadi menemukan tempat menonton anime yang legal berkat tulisan kak Acha ini.
    Membaca artikel ini saya juga penasaran dengan akhir kisahnya, biar ngelihat yang bikin2 baper sambil senyum2 itu.

    BalasHapus
  14. Alurnya menyedihkan yaa kak, endingnya sad atau happy tuh kak?
    Pengen nonton anime lagi jadinya

    BalasHapus
  15. Wih ada di Muse Indonesia. Bisa nih nanti masuk wishlistku. Soalnya, beberapa hari ini belum ada nonton anime lagi. Masih full dengan kesibukan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayoookkk Mas Zen banyak yang baru lho di sana.

      Hapus
  16. saya jarang banget nonton anime, tapi suka ngobrol sama keponakan yang suka nontonin anime, baca narasinya kayak begini jadi penasaran

    BalasHapus
  17. Anime itu yang daku suka selain jalan ceritanya, ekspresinya dan soundtrack nya juga.
    Udah lama juga gak nonton anime. Tapi baca artikelnya kak Acha ini bisa jadi rekomen manis

    BalasHapus
  18. Jadi pengen nonton anime nih.
    Ya iyalah pasti luka Tomohiko bakal susah disembubkan setelah dibuang keluarganya. Untung ada Yuzu. Penasaran juga endingnya. Etapi lebih penasaran soundtrack Ibu Pertiwi di eps awal nih.

    BalasHapus
  19. Jadi penasaran hehehe. Aku suka nih anime yang slice of life. Apalagi yang gemes gemes ringan. Jangan yang terlalu berat dan sedih huhuhu

    BalasHapus
  20. Harus nyiapin tisu nih kalo nonton. Soalnya bakal adegan sedih terus di sepanjang filmnya tuh. Herannya kok keluaga ga merawat sih. Malah diasingkan. Tp ada juga sih keluarga yg kyk gt. Ga mau jadi aib keluarga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak kok. Anime ini plotnya kaya makanya permainan emosi penontonnya tuh nggak sendu terus gitu. Malah banyak ketawa serunya.

      Hapus
  21. Pas tahu kalau cerita anime ini ambil latar era Taisho, tertarik euy. Nggak terlalu banyak juga yah, 12 eps, langsung meluncur ke Youtube deh. Soalnya beberapa waktu ini ngikutin anime on going mulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, Kak Arai betah sama yang on going. Aku nggak akan sanggup.

      Hapus
  22. penasaran sih pengen baca selengkapnya, kasih spoiler dong kak acha, ini bakalan harus siapin tisyu gak nih endingnya or bakalan happily ever after ya?

    BalasHapus
  23. Asiik~
    Aku suka juga nonton Anime.
    Terakhir aku nonton di NF juga berhasil bikin baper. Huhuu...mereka ini manis banget...
    Pengen cobain juga anime Taisho Otome Otogibanashi.

    BalasHapus
  24. Tiga menit pertama membaca buku atau menonton film, biasanya menentukan banget mau lanjut baca/nonton atau nggak.
    Kalau udah jatuh cinta pada 3 menit pertama, udah deh, bakalan lanjut.

    BalasHapus
  25. Lagu ibu pertiwi itu kayaknya memang adaptasi dari lagu gereja de kak.
    Dulu saya pernah nonton film Oshin di TVRI, ada scene yang menyanyikan lagi itu juga.

    Btw, saya penasaran sama ending anime ini.
    Di Muse Indonesia ya...
    Catat..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Kak. Katanya memang lagu gereja dan aku akhirnya baru tahu setelah nonton anime taisho otome fairy tale ini. Jadinya ngulik sejarah lagunya biar aku nggak penasaran.

      Hapus
  26. Weiysss tajem banget nih “Kalau tangan kananmu sudah tak berfungsi lagi, artinya kau sudah tak dibutuhkan di keluarga Shima.”
    Aku juga suka nonton amine. Tapi udah sebulanan ini belum nonton lagi haha

    BalasHapus
  27. Ceritanya hampir mirip kayak beauty and the beast ya Kak Acha. Tapi penasaran nih pengen nonton, untung di Youtube ada. Aku sudah lama bgt gg pernah nonton anime.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huummm, tapi nggak mirip beast banget sih soalnya si garis mukanya Tomohiko cenderung ganteng.

      Hapus
  28. gara-gara nonton demon slayer, aku jadi nyari anime yg pakaiannya menggunakan kimono kayak anime ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo ayo Mas Wahyu, kulik anime lain yang pakai pakaian tradsional di Muse Indonesia, Mas. Banyak kok.

      Hapus

Posting Komentar