pada tanggal
Baca
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Kucing selalu punya daya magisnya sendiri. Hewan imut ini, memang ajaib. Bagi Ka Acha. Entah, jika kamu bukan penyuka kucing dan malah sering phobia pada mereka.
Milo on Monday karya Robin Wijaya dengan cover bukunya yang catchy, membawa saya mengenang kembali
masa-masa memelihara seekor kucing, bersama beberapa teman sekantor saya, dulu
sekali. Kucing yang kami beri nama Jadong, akronim dari Jamu Gendong.
Si Jadong, membantu saya berbaur dengan para senior. Saya yang
sempat dianggap, “ah kerjaan kamu tuh cuma curhat di medsos doang, nulis-nulis
doang” karena jabatan saya sebagai digital copywriter nggak banyak dikenal para
senior di sana, sebelumnya. Jabatan baru, benar-benar baru bagi mereka. Jadong,
hadir, menemani perjalanan saya untuk belajar menjadi anak besar.
Judul : Milo on Monday
Penulis : Robin Wijaya
Penerbit : Cabaca
Cetakan : 2021
Tebal : 28 Bab
Pevita dan Rivaldy, dua orang yang bertolak belakang dan
selalu bertengkar bagai Tom dan Jerry di kantor penerbitan Jagat Media.
Penemuan seekor anak kucing misterius di kantor itu mengharuskan mereka
bekerjasama menjadi sepasang orang tua angkat untuk merawat anabul yang
kemudian dinamai Milo itu. Tanggung jawab itu tidak hanya membuat mereka
semakin kerap berinteraksi, tetapi juga membuka sebuah pemahaman baru, bahwa
ternyata mereka adalah dua orang yang berbagi nasib yang sama.
Mereka adalah kekasih gelap dalam hubungan yang seharusnya
tidak boleh mereka jalani. Pevi yang cinta buta dengan seorang pimpinan dalam
perusahaan penerbitan mereka, Rival yang gagal move on dengan mantan pacarnya yang sudah menikah.
Hadirnya Milo rupanya tidak hanya menambah warna dalam
keseharian Pevi dan Rival, tetapi juga mengawali perjuangan mereka untuk
memastikan posisi mereka dalam hubungan masing-masing. Haruskah mereka terus
maju dan bertahan, atau mundur dan mengalah?
Sebenarnya, saya menyimpan kekhawatiran tersendiri untuk menyelesaikan
ulasan membaca yang sudah saya munculkan di akun Instagram @bacha.santai, dan menutupnya dengan
menayangkan pengalaman membaca saya di blog Taman Rahasia Cha ini.
Bukan apa-apa sih, tapi sebab terlalu suka, saya jadinya speechless. Andai bisa digambarkan
secara gestur saja, standing applause
yang ingin saya hadiahkan untuk Bang Robin Wijaya.
Karya Robin Wijaya, bersama beberapa penulis lainnya semisal
Prisca Primasari juga Windy Ariestanty, menjadi bacaan bergizi yang saya cari
setiap kali merasa terjebak pada pekerjaan. Ketika kemampuan berdiksi saya
buntu. Sebab, Bang Robin lihai menghadirkan kalimat sederhana namun tegas dan
jelas. Manis tapi nggak terlalu penuh gula.
But than, bacaan
itu soal selera. Sebelas dua belas sama tontonan, atau cara me time nan personal lainnya. Kamu dan
Ka Acha, nggak selalu bisa disamakan. Iya kan?
Baiklah, mari kita lanjut curhatannya.
Sepanjang menikmati kisah seru antara Pevita yang anak kota
banget dan suka boba, dengan Rivaldy si anak gunung yang selalu pakai ikat
kepala batik, dua orang editor di penerbitan Jagat Media yang senang sekali
berseteru, sering memancing saya kusukusu
warau alias cekikikan.
Membayangkan kalau keduanya hadir di depan mata saya,
membuat rusuh satu ruangan kerja dengan saling berbalas pantun. Nggak ada
udahnya, pokoknya.
Ketambahan sama tokoh pendukung super jayus yang secara
sadar, sering membuat saya menunggu kemunculannya dalam kisah. Budi, dengan
nama lengkap Ini Ibu Budi, lelaki berkacamata pantat botol. Kompor banget,
bikin sesi adu mulut antara Pevita dan Rivaldy makin memanas, meledak.
Ada pula karakter Kenes yang membuat saya terbayang-bayang
sama sosoknya Mba Windy Ariestanty. Nah lho, Acha … tiati lho, pulangnya lewat
mana? Hihi. Peace. Sepertinya karena
sosok editor yang asik itu, dibayangan saya ya serupa sosok Mba Windy. Gimana
dong?
Di balik semua keriuhan suasana di ruang redaksi Jagat Media
yang dihadirkan Pevita dan Rivaldy, ada sisi lain yang nggak sanggup ditebak,
dirahasiakan sedemikian rupa. Keduanya adalah si kekasih gelap. Dua orang yang kok
bisa-bisanya jadi pelakor dan pebinor. Sosok yang paling mudah mendapatkan rasa
benci dari pembaca, tapi … bikin kasihan juga sih.
Duh haduh, emang cinta sebuta itu ya? Nggak mau melabuhkan
hati sama yang lain aja, apa gimana?
Semisal Rivaldy dengan karakter santainya, ternyata nggak
sanggup memfokuskan perasaannya sendiri, dan malah membiarkan dirinya terjebak
dalam hubungan yang sulit sekali untuk punya kelanjutan.
Ya … memangnya ada masa depan ya, kalau menjalin hubungan
hati sama istri orang? Sebodo amat lah si doi itu mantan pacarnya.
Lagi pula nih, kalau sudah sampai di usia kerja, memangnya
ada alasan lain ya, menjalin hubungan percintaan sama seseorang – pastikan dia
lawan jenis lho – tujuannya bukan untuk dinikahi? Dijadikan pasangan yang punya
kejelasan? Kalau sudah tahu salah jalan, kenapa pada nggak putar arah dan
mengikuti jalan lurus nan ngasih ketenangan aja sih?
Tapi, kalau nggak begitu, Milo on Monday nggak akan terasa
seru. Ya kan?
Rivaldy jadi tokoh yang hidup, memang karena punya sisi
muram ini sih. Demikian juga dengan Pevita. Keduanya adalah alasan terkuat Ka
Acha untuk terus scroll ceritanya,
bahkan santai sekali membeli kerang di aplikasi Cabaca, demi bisa menamatkan
kisah mereka berdua.
Seperti yang sebelumnya sudah Ka Acha senggol di atas. Nggak
jauh berbeda dengan Rivaldy, Pevita punya sisi serupa. Apalagi kan, dia
perempuan ya. Seolah Pevita yang anak baik, ternyata jadi pelakor di ruang dan
waktu yang lain. Minta dibejek kayak bumbu rujak sih rasanya.
Dua orang yang kalau mau disatukan, terasa sulit sekali,
kecuali sama Milo, kucing yang mereka asuh berdua di kantor. Kalau nggak ada
Milo, entah bagaimana caranya membuat keduanya bisa berbicara tenang, nggak
sampai saling tarik urat leher.
Kalau Milo nggak ada, Pevita nggak akan belajar untuk nggak semudah itu menjatuhkan cap “biang kerok” ke Rivaldy. Sebaliknya, Rivaldy pun jadi perlahan-lahan berhenti menjadikan Pevita sebagai sasaran empuk kejahilannya. Milo memang magis, kehadirannya, membawa keduanya saling menyingkap tabir mereka yang ternyata bodoh cenderung bego untuk urusan perasaan.
Si Kucing bernama Milo … telah membukakan jalan terang bagi
keduanya. Menunjukkan, ke arah mana seharusnya hati mereka dilabuhkan. Bukan ke
seseorang yang malah berpotensi besar menimbulkan peperangan, kehancuran atas
kebahagiaan orang lain.
Kisah seru dengan plot yang sederhana, tapi interaksi dan
percakapan antar semua tokoh di dalamnya, menjadikan Milo on Monday, cerita
yang perlu kamu nikmati juga keseruannya.
Apakah ujungnya Pevita dan Rivaldy berbaikan dan berubah
menjadi teman, walau tanpa kehadiran Milo? Atau, malah lebih dari itu? Kalau
kamu penasaran, silakan unduh aplikasi Cabaca dan temukan novel Milo on Monday
karya Robin Wijaya di sana.
Mungkin kamu selanjutnya akan tenggelam seperti Ka Acha,
sepanjang membacanya. Terombang-ambing, bahkan sampai membawa saya mengenang
kucing yang juga pernah saya pelihara di kantor, dulu sekali. Bersepakat pada
daya pikat dari Kucing yang bisa mengakrabkan dua orang yang sering nggak
sefrekuensi.
Terima kasih untuk kisah yang memberi pesan, menegur nona
muda dan tuan muda usia dua puluh tahunan, supaya lebih baik dalam menilai
perasaan, mengenal dan mengidentifikasi orang-orang di sekitar, sebelum memilih
untuk menjatuhkan hati dan terbuai pada cinta yang menjadi pilihan.
Saya, Acha, berharap bisa menikmati karya dari Robin Wijaya,
selanjutnya.
Yakin nih novelnya unik. Sudut pandangnya saja unik. Dari seekor Milo dibalut menjadi kisah sepasang manusia. Dan setuju banget kak, bacaan itu seperti film, sesuai selera ya.
BalasHapusAh masa segitunya ya Kak daya magis si Milo. Tapi konon memang kucing punya sesuatu yang bisa bikin si tuannya punya sikap penyayang, baik dan juga lembut. Tapi aku ga pernah pelihara kucing sih kak, jadi ga tahu. Btw, aku jadi penasaran ini sama kisah duo Tom dan Jerry ini.
BalasHapusUntung ada Milo yang ngebantu membukakan jalan terang. Semoga Rival ngga gamon mulu deh sama mantannya yang udah nikah. Cus ahh download cabaca biar tau lanjutannya.
BalasHapusNahvketemu ternyata acha bacanya di aplikasi cabaca.. boleh nih buat referensi ketawa2 sendiri di depan HP
BalasHapusCerita yang unik dan memberi pesan manis. sudut pandang yang di bawa juga memang beda membuat novel ini asik buat di baca ya.
BalasHapusAku bukan pecinta kucing tapi bukan yang takut juga, kalau liat di luar dan pas makan ya kadang aku kasih hihi
BalasHapusTapi novel ini lucu ya mengangkat cerita tentang kucing. Unik aja jadi penasaran kisah lengkapnya.
yg bikin salfok adalah istilah pebinor wkwkwk.. baru tau deh ternyata ada jg ya :)
BalasHapusSahabat dekatnya pelakor sih Mba istilah ini tuh.
Hapusjadi penasaran sm kisah selanjutnya.. mau download langsung aplikasinya biar bisa lanjutin bacanya
BalasHapusAduh penasaran banget nih pengen ngelanjutin bacanya hahaha, kayaknya kudu pasang Cabaca buru-buru deh, bisa nemenin ngabuburit
BalasHapusCeritanya menarik ya, seperti di luar imaginasi pada umumnya, jadi penasaran pengen baca ceritanya
BalasHapusAku kayaknya pernah baca judul ini tapi lupa dimana, baca reviewnya di sini jadi makin penasaran
BalasHapusLengkap sekali ulasannya kak Cha, segitu magis ya si Milo sampai bisa menyatukan orang dg karakter yg berbeda. Tapi benar, kalau sudah menikah tak perlu merunyamkan diri dg masa lalu ya, meski dulu mantan
BalasHapuswah jadi baca ini. Ulasannya menggoda banget untuk dibaca. Apa ada di Ipusnas ya?
BalasHapusNggak ada Mba. Cuma ada di aplikasi Cabaca karena memang diterbitkan langsung sama platform-nya.
HapusCeritanya asik nih kak. Cari bukunya di mana ya? pingin baca aku
BalasHapusCuma bisa dibaca di aplikasi Cabaca sih sejauh ini, Mba.
HapusMemang yang bisa menyatukan sesuatu karena perbedaan seperti mur dan baut hehehe, seru ya kisahnya. Kebetulan aku ini yang nulis sepupu temenku yang juga penulis di Gagasmedia
BalasHapusBaca ulasan mbak Acha, jadi mupeng baca bukunya nih. Sepertinya menarik banget si Milo ini.
BalasHapusHarus download dulu cabaca nih ya biar bisa ikut baca sampai tuntas. Penasaran sama daya tarik Milo ini. Sampai bisa segitunya
BalasHapusBaca revirwnya kak Acha jadi pengin baca novelnya juga 😍 Agendakan minggu ini ah..
BalasHapusWah si kucing punya magis ya hihi seru juga ya ceritanya
BalasHapusMenarik bgt ceritanya, tapi memberikan inspirasi yang mendalam. Terutama soal relationship. Sebenarnya pernikahan adalah hubungan yang bukan lagi sekedar rasa cinta, tapi cinta yang sifatnya universal. Tentang pengorbanan, bakti, memberikan manfaat, berbagi, dan melayani.
BalasHapusjadi ikut penasaran nih dengan bukunya, udah lama juga nih gak baca buku yang romance-romance nih hihihih
BalasHapustapiii, ini ada di audiobook gak ya? *mulai keenakan dibacakan buku *upsss
Ahahaha Acha paham nih kenapa Kak Diah mendadak jatuh cinta sama audiobook. Semoga kapan kapan Cabaca mau bikin fitur audiobook biar pembaca yang lelah bisa menikmati bacaannya sambil rebahan, kapan kapan ya.
HapusMilo nya gemesin. Semoga nanti dari aplikasi cabaca bisa hadir dalam bentuk novel/buku real ya kak acha.
BalasHapusAamiin. Biar kayak platform saingannya nih, ngeluarin versi cetak dari buku yang banyak ditayangkan di aplikasinya juga.
HapusJudulnya aja sudah unik ya ..siapa Milo, ngapai Milo di hari hari Senin. Aku bayangin kalau dua tokoh utama saling tarik urat tapi mendadak jadi kalem saat bersama Milo sudah gemes. Pesan untuk menghempaskan hubungan yang tak akan ada tujuan dapat banget kalau dikemas dengan cara istimewa begini. Jadi penasaran nuntasin ceritanya,cus ke cabaca
BalasHapusMetropop Milo on Monday ini asyik banget ya Mbak, saya baca karakter Pevita kok jd inget tokoh Yu Ri di drakor VIP, polos, innocent eh gak taunya pelakor huhu.
BalasHapusKembali ke novel MoM ini, ternyata Milo is a cat hehe
Aha, aku malah jadi penasaran nih sama drakor VIP. Semoga ada di platform nonton langgananku.
HapusBelum ada aplikasi cabaca nih mba. Bukunya sendiri ga tersedia fisik Yaa? Sampe skr aku memang lebih suka buku fisik drpd e-book 😅. Maklum mata minus bikin pegel kalo kelamaan liat layar.
BalasHapusReview-nya menarik! Apalagi ada cerita kucing di dalamnya. Sebagai ratu kucing aku selalu suka kalo ada berbau kucing2nya 😄
Huum Mba Fanny. Belum ada buku vers cetaknya. Semoga kalau makin banyak yang baca, Cabaca tergerak untuk menghadirkan bukunya dalam versi cetak juga ya.
HapusCeita reviewnya seru jadi pengen baca ceritanya secara utuh nih langsung lanjut deh ke aplikasi cabaca
BalasHapusBetul betul penasaran sama endingnya.
BalasHapusApakah terbuka jalan untuk mereka berdua untuk bersama?
Sepertinya memungkinkan terbuka untuk keduanya memiliki perasaan.
BalasHapusNamun apakah memang benar seperti itu?
Hanya dengan baca lengkap kisahnya sih bakal tahu jawabannya, eeeaa
Saya pernah baca blurb ini.. unik ceritanya tapi belum baca2. Saya udah install app cabaca cm belum baca2 lagi hehe
BalasHapusCoba tanya ke Robin, Cha. Siapa tahu dia nulis tokoh Kenes itu karena terinpirasi oleh sosok Windy. Mau kutanyain? Hihi... :))
BalasHapusMau dong Teh. Mau mau mau. Penasaran soalnya Acha. Mau nanya langsung kan Acha malu-maliu, Teh.
Hapus