pada tanggal
Travel
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Banyak yang berkata bahwa kisah cinta itu paling mudah dituliskan, terutama dalam dunia fiksi, genre romance dianggap sebagai genre yang paling ringan untuk dihadirkan kepada pembaca. Sampai beberapa waktu lalu, Ka Acha mengikuti sebuah webinar bertema “Memikat Hati Editor dengan Kisah Romance Mainstream”.
Tuh kan, bahkan di dunia penerbitan dan perbukuan, dunia romansa
ini sudah bertebaran dimana-mana. Padahal, disadari atau nggak, kisah cinta
sebenarnya paling tricky karena bisa
punya banyak versi.
Mundur pada diri Ka Acha beberapa tahun lalu yang pernah
menganggap, kisah cinta tertinggi ada di tangan seorang ibu dengan anaknya, kemudian
saya menghadirkannya dalam antologi
Perempuan Itu … Sesuatu, rupanya membawa saya untuk menyelam lebih jauh.
Satu dekade berlalu. Waktu mengubah saya dari seorang remaja menjadi ibu muda, berkali-kali pula perasaan saya diombang-ambing oleh urusan cinta. Menuntun saya melengkapi kisah cinta antara ibu dengan anak tadi, dengan kisah serupa, antara ayah dan anak perempuannya dalam antologi Romantika Cinta Pertama yang lahir pada Februari tahun ini.
Judul : Romantika Cinta Pertama
Penulis : Agi Tiara, Akarui Cha, dkk.
Penerbit : Wonderland Publisher
Cetakan : Februari 2022
Tebal : 180 halaman
ISBN : 978-623-5760-50-6
Ada yang cinta pertamanya berakhir indah. Ada juga yang
berakhir lara. Apa pun itu, cinta pertama akan menjadi bagian dari hidupku. Aku
cukup menerima dan mensyukuri semua pengalaman yang ada.
(Yulia Fridayanti)
Rasa itu hadir saat aku baru menginjak bangku sekolah
menengah pertama. Kalau benar ini adalah cinta pertama, maka akan menjadi
kenangan indah masa putih biru yang tak akan pernah bisa aku lupakan.
(Wiwin Pratiwanggini)
Bagaimana aku bisa melupakanmu, bahkan dengan banyaknya
waktu yang kulalui tanpamu, aku masih mampu mengingatmu dengan baik, sebaik
saat kamu ada di sisiku saat itu.
(Silvie Baihaty)
Tuhan, inikah cara-Mu agar aku bisa menghalau dengan cepat
bayangan Yuan yang selalu mengganggu itu? Inikah cara-Mu, agar dengan segera
aku bisa menjaga hatiku? Kuhela napasku dalam-dalam. Ya, ini yang terbaik.
(Erika Yuriana)
Entah terdorong oleh apa, ketika saya menemukan ajakan dari
Mba Purwani Wijayanti untuk menulis antologi bersama di Instagram Story beliau,
tanpa basa-basi dan nggak memberi jeda pada diri, saya lekas mengajukan
keikutsertaan. Sedikit impulsif, memang.
Walau dalam hati kecil saya sebenarnya, ada rasa bahwa bukan
begini lagi jalan yang harus saya tempuh untuk menghadirkan sebuah karya.
Mungkin saya perlu menantang diri lebih jauh lagi dengan menghadirkan tulisan
yang lebih panjang dari cerpen, dan memajang nama Akarui Cha sendirian saja.
Oh, bukannya saya pernah mencicipi euforianya ketika
beberapa karya cerpen saya dipinang oleh beberapa majalah? Cerpen pertama saya
yang dulu berjudul Hati
untuk Sebuah Nama, pernah mejeng di majalah CHIC sekitar satu dekade lalu,
sungguh membuat saya menangis haru karena kemunculannya?
Kemudian saya menyadari, saya sudah terlalu lama berdiam di
tempat saya yang sekarang. Maka … mungkin antologi Romantika Cinta Pertama akan
saya jadikan sebagai penutup bab dari perjalanan menulis fiksi pendek saya
dalam buku antologi.
Ya … saya memilih pamit. Mungkin, kelak saya bisa saja
kembali lagi, setelah perasaan saya dalam menulis antologi, membaik.
Maka … walau ada rasa enggan yang entah mencolek
berkali-kali, ya sudah … saya memilih jalan terus. Saya ingin berkarya dengan
jujur, pun … seolah mengamini pesan pendek yang pernah Teh Eva Sri Rahayu
ungkap dalam sebuah sharing session
yang saya hadiri beberapa waktu lalu, bahwa … ide itulah yang memilih
penulisnya.
Saya menyerahkan semua impian saya, pada jalan literasi yang
sudah saya pilih. Luka yang kadang saya buat sendiri – bisa jadi – semoga kelak
menjadi jejak perjalanan untuk menguatkan, menegur setiap kali saya melayang
jumawa, bahwa saya bermula bukan dari sesiapa.
Proses penulisan yang membawa saya membuka-buka kembali
beberapa tulisan lama saya, sebenarnya. Saya terdorong untuk sekali saja, bukan
hanya mencipta diksi menggoda, melainkan plot twist. And, I try it hard.
Dalam antologi Romantika Cinta Pertama, Ka Acha berhenti
untuk mewujudkan kisah cinta nan manis antara seorang lelaki dan seorang
perempuan yang dipertemukan takdir untuk saling jatuh cinta. Terjebak hasrat
untuk menyatukan diri dalam kebersamaan.
Nggak. Saya mengeliminasi ide yang pernah saya munculkan
dalam Flash
Fiksi berjudul Lelaki Pertama yang pernah saya tulis dulu sekali. Ide yang
seketika menjebak saya dalam ruang hampa, dan di sana, saya mendapati gema tawa
saya sendiri. Duh … mentah.
Sempat saya tergoda untuk menyajikan kisah manis antara dua
orang yang dipersatukan oleh pekerjaan, lalu menemukan diri mereka saling jatuh
cinta sebab terbiasa bersama. Ide yang serupa dengan cerpen saya dalam antologi
How To Script A Kiss. Tapi belum selesai menuliskan beberapa paragraf awal,
saya menyerah.
Memangnya, cinta pertama harus selalu begitu ya? Ini buku
antologi lho. Apa kisah begitu, bisa menarik perhatian? I dunno, honestly.
Selanjutnya, saya menemukan diri saya yang menjadi cinta
pertama dari Papa saya. Pemantik kisah yang membawa saya mengobrol panjang
dengan si partner saya, tentang pengalamannya saat pertama kali kami memiliki
buah hati.
Lalu di sana, saya membentuk karakter anak perempuan yang
menjadi cinta pertama dari dua orang lelaki. Sosok pertama yang sudah lekat
dengannya sedari kecil, dan lelaki baru yang datang di kala si gadis mulai
mendewasa.
Selanjutnya, cinta itu penuh persimpangan yang mau nggak mau
harus dilalui untuk memilih, bukan? Maka … si gadis saya biarkan untuk memilih
jalan cinta mana yang ingin ia sambut untuk masa depannya. Makanya saya nggak
ragu menyematkan kata “selamanya” dari judul cerpen saya di buku Romantika
Cinta Pertama.
Rupanya, cukup banyak juga yang mengungkapkan makna cinta
pertama itu seperti sudut pandang Ka Acha. Nggak selalu menghadirkan haru biru
kisah cinta antara dua gender manusia yang indah memesona walau penuh luka.
Ada beberapa ide dalam tulisan nonfiksi dan fiksi yang saya
acungi jempol dalam sepi, karena mengangkat sudut pandang yang nggak selalu
picisan. Mulai dari, pertama kali jatuh cinta pada skill baru yang diasah sendiri karena desakan ekonomi, rasa cinta
pada alam yang dihadiahkan Tuhan, bahkan cinta segala aktivitas yang dijalani
sehari-hari.
Sayangnya, mungkin karena saya nggak mau menerima perasaan enggan
saya sedari awal, maka kelahiran antologi Romantika Cinta Pertama selanjutnya
membuat saya kehilangan rasa saat akhirnya buku-bukunya sampai ke tangan saya.
Datar saja. Rasa yang akhirnya mendorong diri saya untuk menepi sementara dari
dunia buku antologi.
Sempat saya memaksa diri saya untuk mengalah, kemudian
beranjak mempromosikannya. Namun sudah. Saya memilih menyimpannya saja sendiri.
Sedih untuk mengakui, kalau saya merasa nggak puas, malah cenderung kecewa
karena banyaknya saltik dalam cetakan bukunya. Seolah pengerjaan akhirnya
dilakukan dengan kurang cermat.
Cukuplah bagi saya sebab bisa menyalurkan ide tentang cinta
pertama yang telah memilih untuk mendatangi saya, mengajak saya mengisahkannya
dalam sebuah buku antologi berjudul Romantika Cinta Pertama.
Ngomongin cinta pertama memang gak pernah ada habisnya ya kak. Tapi salut buat kak Acha yang gak bosenan dengan nulis antologi. Gak kayak eike. Baru dua kali udah bosen. Pengen nulis novel sendiri kebanyakan nanti, kebanyakan tapi. Hahaha. InsyaAllah kalo lancar pengen banget segera nulis novel sendiri.
BalasHapusWelcome back Kak Acha...setelah satu dekade lalu tayang di CHIC kini ada antologi Romantika Cinta Pertama. Bener memang ya, ide itu memilih penulisnya, dan kini Kak Acha sudah mendapatkan hasilnya. Sukses untuk cerita-cerita dan antologi juga buku selanjutnya ya...
BalasHapusApapun sudut kandang dan pendapat tentang cinta pertama, yang pasti saya penasaran dengan semua cerita dalam buku antologi nya ini. Keren banget udah bisa berkolaborasi menghasilkan banyak buku
BalasHapusJangankan bagi penulis, buat pembaca buku yang memang hobi dan fanatik, mendapati buku yg dia beli dan baca penuh kesalahan ketik, jujur aja kecewa mba. Aku suka sebel juga kalo buku yg aku baca banyak typo nya. Ngerasa kok ini editornya ngecek atau ga sih -_- . Jadi aku ngerti banget kalo sampe mba Acha ngerasa kecewa dengan bukunya.
BalasHapusTapi aku suka nih pemilihan tema yg mba ambil, beda dari yg lain. 😄👍, Walopun aku blm baca sih bukunya. Tema cinta udah terlalu banyak soalnya. Jadi utk menarik pembaca, memang LBH BGS kita memilih cerita yg ga biasa
Rasanya tuh beneran "iiihhhhh" banget gitu ya Mba. Makanya aku memilih untuk pamit sementara dari dunia antologi. Kayak auto kapok gitu.
HapusAh Ka Acha... ngomongin cinta pertama berjuta rasanya ya,, malu tp kok bikin kesengsem... kl saya akhirnya ya dibiarin terpendam namun terungkap di diary zaman SMA, ahaha....
BalasHapusSeruuu antologi2 Ka Acha yaa
Kalau tentang cinta pertama, bakal gak ada habisnya sih ide ceritanya. Apalagi kalau ditulis menjadi buku bakal jadi novel sih, Kak Acha :D
BalasHapusKalau menulis tentang romance walau dibilang banyak yang suka, tetap aja sih gak mudah. Daku aja gak bisa nge-gombql mode-on haha... Karena malah cenderung lebih suka menulis tentang kisah persahabatan ketimbang romance, jadilah gak bisa nulis romance
BalasHapusWah tema seputar cinta pertama memang asyik buat dibahas ya...hehe...tapi aku bahkan tak tahu yang mana cinta pertamaku...hahaha....
BalasHapusCinta pertama emang sejuta rasanya..keren banget tulisannya, pengen nulis kayak gini tapi entah kapan bisa nulisnya..
BalasHapusPernah baca buku yang bertabur typo di dalamnya. Belum lagi penulisan kata ganti Aku dengan A besar di tengah kalimat. Mungkin bagi sebagian orang nggak masalah ya. Tapi bagiku jujur aja itu sangat mengganggu.
BalasHapusBanget Teh. Aku tuh beneran terganggu banget menemukan kekacauan di dalam bukunya kalau penuh typo begini. Sayang banget aja rasanya kalau sudah beli.
HapusSelamat untuk buku antologinya. Ngomongin cinta memang gak akan pernah ada habisnya. Selalu ada sisi menarik untuk dibahas. Tidak pula sebatas antara hubungan sepasang kekasih
BalasHapusSelamat ya kak.. atas terbitnya buku antologinya. Jadi penasaran nih soal cinta pertama. Tiap orang punya ya cinta pertama dengan kisah yang berbeda
BalasHapus