pada tanggal
Baca
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
“Hai Bandung ….”
Begitulah kalimat yang saya bisikkan pada diri, ketika mobil
yang saya tumpangi, mulai merayap, meningkahi kemacetan di pintu tol Pasteur.
Ada rindu yang lama menunggu untuk saya hidu kembali. Aih, Kota Kembang, entah
bagaimana, selalu punya bab ceritanya sendiri.
Banyak sudah tempat yang alhamdulillah berhasil saya
kunjungi di Paris Van Java. Cerita-cerita yang dihaduahkan oleh ibukota
provinsi Jawa Barat ini pun, sungguh nggak terlupa.
Mulai dari momen nan bikin deg-degan karena harus melakukan liputan
pertama saya sebagai ujung tombak sebuah brand dalam event di
Lapangan Tegalega. Kali lain, saya menemukan teman baru yang kemudian menjadi
akrab, hanya karena menginap di Zzz Express Backpacker sampai kami namakan Zzz
Group.
Ada lagi kesempatan traveling
bersama beberapa rekan lainnya yang membawa saya duduk di bagian belakang
sebuah mobil pick up. Menumpang dalam
arti sebenarnya, ketika menjajal wisata
Kawah Putih untuk pertama kalinya. Hhh … masa muda yang penuh cerita. Sungguh
ratusan jalinan kisah hidup Ka Acha, pernah diisi oleh Bandung sebagai latar
tempatnya.
banyak alasan untuk saya jatuh cinta pada Bandung |
Saya menarik napas dalam, sepanjang memandangi Taman
Pasupati. Mobil yang dikemudikan oleh seorang rekan dari partner Ka Acha,
melaju perlahan. Jalanan masih ramai lancar sore itu. Saya yang duduk di bangku
tengah sebelah kanan, khusyuk mendengarkan candaan partner saya dan kedua temannya
tadi.
Perjalanan kali kesekian menapaki Bandung, membuat saya
haru. Tentu, kesempatan yang maha berharga buat saya sebab jarang sekali
beranjak keluar rumah. Duduk manis di teras depan saja, dalam sebulan, bisa
dihitung jari. Pun durasinya nggak pernah lama. Ya … saya memang jarang
kemana-mana. Namun sekalinya keluar, bisa jauh jaraknya.
Segalanya berawal dari keputusan saya untuk pensiun dini
sebagai budak korporat. Memilih mengalirkan segala potensi yang saya miliki
dengan menyematkan jabatan freelancer
di jidat, rupanya nggak semenyenangkan yang orang lain lihat. Aih, bahkan dari
mulut partner saya sendiri, ia mengungkapkan bahwa pekerjaan saya sungguh a big dream for a mommy. Hish, mungkin
dia nggak lihat stres dan mumetnya saya kali ya?
Sepanjang kendaraan roda empat ini melaju, saya benar-benar
memanjakan mata yang lama hanya bercengkerama dengan layar laptop saja. Hhh …
diam-diam, saya mengucap syukur banyak-banyak.
“Selamat datang di Bandung untuk kali kesekian, Acha.”
Eh, memangnya kenapa? Nggak ada yang mewajibkan setiap kali jalan-jalan, harus dibarengi berkeliling mengunjungi tempat wisata ina inu ini itu kan ya?
Bagi Ka Acha pribadi, jalan-jalan atau liburan, bukan lagi
tentang kemana saja kaki saya melangkah, dan seberapa banyak potret dengan
pose-pose unyu binti menggemaskan yang bisa saya bawa pulang. Sudah lama –
entah karena saya makin mendewasa atau perkembangan karakter saya yang lebih
haus akan pengalaman dan cerita – membentuk saya jadi sosok pejalan lelet yang
mau banyak santainya.
Buat apa sih, mengunjungi banyak tempat dalam waktu kurang
dari 24 jam, tapi hanya secuil cerita yang bisa dibawa pulang? Kesan yang
dikenang hanya sepintas lalu? Demi materi konten yang ujungnya hanya nampak
aestetik, tanpa cerita yang seru?
Maka, saya gembira luar biasa karena di kesempatan
jalan-jalan saya kali ini, tujuan untuk pure
staycation tanpa menclok ke sana ke mari, terlaksana. Hahaha … entah sih
kalau partner saya. Soalnya dengan lugas, doi bertanya tentang destinasi wisata
di Bandung mana saja sih yang nggak jauh dari kawasan Dago Giri?
Waktu saya nyeletuk, ‘Taman
Hutan Raya Juanda’ bisa jadi pilihan, eh … doi bilang kalau dia sudah
pernah ke sana dan sekarang mulai nggak hits. Hadeuh, memangnya kalau traveling, harus selalu ke tempat yang
lagi naik daun dan disambangi segambreng wisatawan? Ckckck … perseteruan ronde
pertama sebelum packing pun sudah
dimulai, gais.
Namun, segala semangatnya itu meredup ketika mobil yang kami
berempat tumpangi, melintasi kawasan Dago yang padat merayap di malam minggu.
Oke, untuk sementara, niat itu belum luntur. Menjajal Jalan Dago Giri yang
padat dan beberapa kali memaksa si rekan di bangku kemudi menginjak rem untuk
berhenti akibat macet, masih mengiangkan “ah, nggak apa-apa, macetnya nggak
seberapa”.
Nah, waktu mobil mulai berbelok menyusuri Jalan Sindangwaas
… tadaaa … luruh semua keinginan tadi. Bagaimana nggak begitu, coba. Jalan yang
melintasi tepian bukit, berbelok-belok, naik turun pula, dengan bayangan akan
gulita saat malam. Horeee … impian Ka Acha untuk beneran berdiam saja di
penginapan sampai waktunya pulang, dikabulkan keadaan.
Sebuah pagar tinggi yang dicat abu-abu muda, dengan plang bulat berwarna kuning kunyit cenderung jingga, menyambut mobil kami di kala lembayung sudah turun sempurna. Semburat jingga di langit sedang melambaikan salam perpisahan, ditingkahi adzan Maghrib yang berkumandang.
Vila BW 44 Bed and Breakfast yang tenang, bersih, dan bikin nyaman |
Mobil yang membawa saya, berbelok hati-hati ke sebelah kiri.
Kontur menanjak dari jalan utama, berubah turunan saat memasuki pekarangan
penginapan BW 44 Bed and Breakfast. Bangunan pertama yang lekas tertangkap mata
saya adalah sebuah garasi terbuka. Nah lho, mana vila-nya nih?
Rupanya, jalan setapak mengajak saya menuruni punggung
bukit. Sebuah bangunan bercat putih bersih, menunggu kedatangan saya. Lampu
taman sudah dinyalakan semua. Sesekali, saya dapat sapaan dari Jangkring yang
entah bersembunyi dimana, kompak dengan hawa dingin khas Lembang yang langsung
terasa.
Jalan setapak dari vila menuju parking area |
Melewati pagar kecil bercat abu-abu muda yang hanya bisa
dilalui oleh satu orang saja, wajah manis rekan-rekan partner saya yang sudah
lebih dulu tiba, menyapa dari balik beningnya jendela dapur. Dari luar, saya
bisa melihat beberapa di antara mereka, sibuk meracik menu makan malam untuk
kami semua. Wah, beneran staycation
di vila sih ini namanya.
Segala perlengkapan makan, termasuk peralatan masak, sudah tersedia.
Berbagai bahan makanan yang ingin dinikmati sepanjang menginap, tinggal angkut
saja. Asik ya, jadi nggak perlu menambah berat barang bawaan karena semuanya
lengkap tersedia.
Ada 4 buah kamar yang disediakan di BW 44 Bed and Breakfast
ini. Satu kamar berada di lantai atas, dan dihubungkan oleh tangga ulir bercat
hitam. Saat naik untuk melihat-lihat, keadaannya serupa kamar di loteng yang
dimunculkan dalam beberapa drama korea. Langit-langitnya membentuk segitiga
dengan jendela yang tepat berada di bagian tengah. Pun kasurnya diletakkan
persis di bawah jendela. Presisi sekali.
Tadinya mau bobo di lantai atas tapi buyar karena mageran (malas naik turun tangga) |
Wah, andai tangganya nggak berputar serupa tangga di kosan
saya jaman baheula, bisa jadi sisi kekanak-kanakan
saya akan mengubah kekaleman saya seketika jadirengekan manja agar bisa tidur
di sana. Anak-anak mana sih yang nggak terbayang serunya punya kamar tidur di
bagian paling tinggi di rumah? Hmm, atau bisa jadi itu angan-angan Ka Acha
saja?
Terbayang, akan ada berapa banyak pose foto ala ala saya
kalau memilih lelap di kamar loteng begini. Sayangnya, pertimbangan jarak dan
usaha lebih yang harus dilalui kalau mau ke kamar mandi, bikin saya mundur
cantik. Pun kalau saya tidur di atas, rasanya, saya yang bukan bagian utuh
alias datang buat ngekorin si partner begini, malah membentangkan jarak, serasa
mau menyendiri.
Akhirnya memilih bobo di kamar sebelah kanan dari kamar mandi |
Di lantai dua tempat dapur dan ruang tengah berada, tersedia
tiga kamar lainnya. Salah satu kamar, punya kamar mandi dalam, dengan ukuran kamar
tidur yang tentu lebih besar dibanding lainnya. Nah, dua kamar lainnya, saling
berseberangan, dipisahkan oleh sebuah kamar mandi bernuansa hitam putih. Sebuah
wastafel dengan cermin besar, menempel di samping pintu kamar mandi ini.
Ruangan tengah terasa lapang dan nyaman. Tersedia sebuah TV
yang bisa lekas dihubungkan dengan jaringan internet. Saat menginap di sana,
kami semua banyak meluangkan waktu untuk karaoke bersama.
Ada pula keyboard – kalau nggak mau disebut piano soalnya
nggak kelihatan senarnya – juga gitar yang bersanding dengan sofa, nggak jauh
dari pintu balkon. Ada pula berbagai pemainan semisal lego block, dan kartu.
Sebuah meja makan bulat dan lemari buffet berisi buku-buku
pun, membawa suasana rumahan sepanjang di sana. Dapur yang lega mengajak saya
dan beberapa rekan, menyempatkan diri untuk mengobrol sehabis makan, sembari
mencuci peralatan makan.
Pada balkon, sudah tersedia pemanggang, jadi bisa bawa
bahan-bahan untuk barbeque-an saja jika berkunjung ke mari. Untuk arang, saya
kurang tahu apakah perlu dibawa sendiri atau disediakan oleh pihak penginapan.
Jika kamu ingin memesan vila BW 44 Bed and Breakfast Dago Giri ini, ada baiknya
kamu bertanya detail, disesuaikan dengan kegiatan apa saja yang ingin kamu
lakukan selama menginap.
Lalu, bagaimana dengan lantai dasar? Sebenarnya, saya nggak
mampir ke lantai bawah. Partner saya yang sempat melihat-lihat berujar kalau di
sana terdapat sepeda statis untuk olahraga, dan ruang tamu nyaman berisi sofa
dan TV lagi. Aih, lantai dua saja rasanya sudah cukup bagi saya.
Layanan yang paling menyenangkan buat saya adalah menu
sarapan paginya. Ka Acha amaze karena menemukan sepaket besar Nasi Kuning
lengkap dengan lalapannya di pagi hari. Rasanya pun yummy. Bagaimanalah saya
nggak seketika nyeletuk, “betah banget” ke si partner.
Pagi itu, seusai sarapan, saya mengajak partner saya untuk
berkeliling. Segarnya udara pagi ditingkahi hangatnya cahaya matahari, menggoda
saya untuk mengeluarkan kamera yang saya bawa dari tas khususnya. Ringan
langkah saya melangkah menjauhi balkon untuk memotret hamparan lahan hijau
sejauh mata memandang.
Salah satu tanaman yang jadi objek foto saya dan ada di pekarangan vila |
Di sekitar vila pun, begitu banyak bebungaan yang ditanam.
Saya membidik tanaman Mahkota Duri, juga ada Bunga Teratai yang ditanam dalam
pot besar. Duh, betah.
Tergoda untuk menikmati pemandangan sekitar, saya dan
partner memutuskan untuk keluar pagar. Nggak lama, koleksi foto yang saya bawa
pulang jadi makin banyak. Rupanya, cukup banyak bangunan dengan gaya unik juga
yang ada di sepanjang Jalan Sindangwaas ini.
Rasanya, waktu yang nggak sampai seharian, pun niat saya
yang beneran datang hanya untuk pindah tidur doang, berbonus banyak cerita ya,
kali ini. Terima kasih, Bandung.
Beneran refresh soul banget gaes, terutama yang suka motret pemandangan |
“Pengen deh, bisa nginap lagi di sini cuma buat pindah tempat
nulis.” Celetuk saya pada si partner sebelum saya memanggul kembali ransel
mungil yang saya bawa-bawa sejak kemarin. Suasana tenang dan nyaman, terutama
bersih, dari vila BW 44 Bed and Breakfast bikin betah. Pas lah kalau masuk daftar
penginapan di Bandung yang bisa dicoba kalau mau staycation intim bareng keluarga.
Kalau di dago atas viewnya memang bagus, rumah ibuku ya di dago.
BalasHapusDaridulu ya mba, kota di mana aku sering datanginnya, tapi malah ga tau tempat2 wisatanya Krn lebih suka mager, itu Bandung ๐. Ini kota tempat aku istirahat. Makanya ga pernah mau eksplor . Palingan tempat wisata yg ddeket penginapan aja. Sisanya kami habisin mager di hotel. Bandung, terutama Lembang selalu perfect buat istirahat ๐. Jadi kalo baca tulisan temen2 yg kesana kesini di Bandung, aku cuma sekedar tahu tp ga pernah datangin langsung.
BalasHapusAku pun ga suka kalo ngetrip, tapi dipaksain datang ke banyak tempat. Capeeeeek. Di umur sekarang mah, aku milih kenyamanan. Tujuan traveling kan supaya refresh Yaa, kalo dipaksain DTG ke banyak tempat tp ga ada memory yg nyangkut, ya males ๐คฃ๐คฃ
Nah itu dia Mba. Buat apa aku jalan ke banyak tempat tapi perasaannya nggak ada yang tertinggal. Sesuka-sukanya eksplor tempat baru, aku pun lebih menyukai ada "perasaan" yang bisa kubawa pulang, bukan sekadar foto doang.
HapusCucok banget yaa buat goler2an kalo ke bandung ๐ฅน
BalasHapusLembang setiap sudutnya berkesan ya mom
BalasHapusLembang emang enak banget buat goler2 istirahat maksimalin arti liburan sesungguhnya ya mom, mau kemana mana juga macet
BalasHapusMasyaa allah seneng baca blog nya mba, alurnya ky cerpen ๐ฅฐ
BalasHapusJadi kangen dago deh. Aku setuju sama kata-kata kalo traveling tu bukan sekedar ngejar banyak-banyakan tempat cuma buat foto-foto. Seharusnya emang traveling itu dinikmatin yah, bukan cuma dipamerin hahaha
BalasHapusRefreshing bisa sekalian futu2 ini buat konten, alamnya cantik2 Bandung tuh ๐
BalasHapusMasukin list kalau mau nginep di Bandung deh ๐
BalasHapusDuhh Enak dan nyaman sekali suasananya ya kak, Rekomend banget. Pengen banget klo pas ke Bandung singgah ๐ฅณ
BalasHapusBaru tahu Acha pensiun dini sebagai budak korporadan memilih mengalirkan segala potensi sebagai freelancer. Sukses yaa Acha karena as a freelancer itu menyenangkan, bisa milih waktu
BalasHapusAku save akh kak infonya, udah lama nggak goler goler di Bandung. Mau nongkrong di Dago akh ha ha ha
BalasHapusKawasan Lembang dan Dago memang jadi favorit para wisatawan yang berkunjung ke Bandung, udaranya cenderung lebih adem dengan banyak pemandangan ijo2. btw saya salfok sama salah satu foto hasil jepretannya, saya baru ngeh kalo nama tanaman tersebut adalah mahkota duri. Nice picture :)
BalasHapusLembang dan Dago mah emang gak pernah bikin bosan deh. Selain udaranya cenderung adem dan sejuk, alamnya masih asri dan terjaga, jadi enak banget buat refereshing dan healing tipis-tipis. Kayaknya saya kalau nginap di BW 44 Bed and Breakfast bakal milih kamar yang paling atas karena tampaknya enak buat menyendiri dan kerja deh. hehehe.. Heh.. mau liburan apa kerja, ndah... hehehehe...
BalasHapuswah itu penginapannya enak dan homey banget yaa kayaknya. lokasinya juga cakep bisa lihat pemandangan di atas gunung
BalasHapusSaya malah selalu menghindari tempat wisata yang lagi hits. Karena biasanya bukan kenyamanan yang saya dapat. Tapi, malah jadinya melelahkan saking banyaknya orang hahaha.
BalasHapusMemang jauh lebih nyaman untuk mager di villa, deh. Apalagi kalau fasilitas dan cuacanya juga mendukung. Makin mager deh saya. Rebahan seharian juga bisa betah :D
Wah vila kayak gini emang cucoknya buat rame2 rombongan atau keluarga besar ya. Kalau cuma berdua aja, rasanya kog iseng banget, secara kamarnya banyak๐
BalasHapusSuka bacanya, perjalanan ke Bandung saja bisa diceritakan dengan antusias dan panjang. Bandung sudah jadi rumahku. Memang banyak penginapan menenangkan dengan pemandangan memanjakan mata, cocok untuk menyepi dan tetirah.
BalasHapuskadang memang butuh staycation yang beneran pindah tempat tidur aja udah buat lega, yah.
BalasHapuskalau aku nginep di sini pun tertarik dapat kamar di tingkat atas. Tangga ulirnya cakep deh ... tapi kalau bawa anak atau ortu ya bakal lebih repot, hehe.
Padahal kalau bobok di atas, lewat tangga cantik gitu, bisa pose ala-ala seleb ya. Kayanya Bandung tuh salah satu kota yang ngangenin, pengen balik lagi dan lagi
BalasHapusWah masyaAllaah jadi pengen ikutan ke Bandung kak hehehe.. aku sendiri ke Bandung pertama kalii malah ga bisa jalan2 hhahaa soalnya jadi pengiring pengantinn wkwkwkw
BalasHapusBandung masih jadi salah satu list kota yang ingin ku kunjungi, bagus banget ya... Villa2nya juga keren2, baca postingan ini jadi makin mupeng liat villanya
BalasHapusKota impian yang belum dikunjungi. Bisa jadi rekomendasi kalau ke Bandung ke sana.
BalasHapus